Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Minggu, 26 Mei 2013

Sejarah Menara Babel dan Alasan mengapa Tuhan memberi Hukuman atas pembuatan menara ini.

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas

 Hermeneutika Perjanjian Lama I

Dosen Pengampu
Pdt. Tawar S, M.Th




  
Disusun oleh
NELSIA KARTIKA PASARIBU
OBET NEGO
VINI ISTRALINA



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS

BANJARMASIN, MARET 2013


I.                   PENDAHULUAN

Menafsir adalah kegiatan yang biasa kita sekalian lakukan setiap hari di dalam hidup kita. Pada saat kita mendengar pernyataan lisan atau membaca pernyataan tertulis dan berusaha untuk memahaminya, kita sebenarnya tengah melakukan penafsiran (eksegese). Istilah “eksegesis” berasal dari kata Yunani exegomai yang dalam bentuk dasarnya berarti “membawa keluar” atau “mengeluarkan”. Apabila dikenakan pada tulisan-tulisan, kata tersebut berarti “tafsiran” atau “penjelasan”. Jadi pada waktu kita membaca tulisan atau mendengar suatu pernyataan yang kita coba pahami dan tafsirkan, kita sebenarnya tengah melakukan penafsiran atau eksegesis.[1]

A.    Sumber Y
Seluruh ceritera tentang pembangunan mena Babel itu adalah karangan Y. Hal itu ternyata dari pemakaian nama TUHAN (=YAHWE) untuk Allah (ayat 5, 6, 8, 9) pun gaya lukisan cerita itu sesuai dengan langgam bahasa pengarang Y. Sumber cerita yang tertua dalam Pentateukh adalah sumber Yahwist. Banyak alasan untuk menyatakan, bahwa sumber Yahwist itu berasal dari Selatan (Yehuda). Tulisan-tulisan dalam suber Y itu mencerminkan adanya kesatuan, keteguhan, dan kepercayaan serta kepenuhan nasional.
Sumber Y bergantung kepada tradisi lisan yang ada sebelumnya. Di dalam tradisi lisan itu sudah terdapat tema-tema pokok yang menjadi bagian dari seluruh sejarah keselamatan. Mulai dari pemanggilan nenek moyang sampai dengan pendudukan tanah Kanaan. Para penulis sumber Y tidak hanya terpancang kepada tema-tema itu saja. Mereka memperkembangkan seluruh cerita dan memasukan tema-tema yang lain ke dalam cerita yang ditulisnya. Tema kejadian mula alam semesta dimasukkannya ke dalam sejarah keselamatan. Demikian juga dengan pokok-pokok kecil lain, sehingga seluruh hasil tulisan mereka merupakan tafsiran theologis Yahwist yang unik terhadap sejarah keselamatan.
Sumber Yahwist mulai cerita purbakala dengan kejadian awal mula alam semesta sampai cerita menara Babel yang mengakhiri seluruh cerita purbakala dengan nada suram. Dengan pendahuluan seperti itu sumber Y berusaha menonjolkan beberapa tujuan theologis. Penulis menekankan bahwa Yahweh bukan hanya Allah Israel, tetapi juga adalah pencipta dan Tuhan atas dunia dan manusia dan bangsa-bangsa di bumi. Penulis juga menempatkan sejarah bangsa Israel dalam konteks sejarah dunia, mulai dari permulaan dan seterusnya.
Dua aspek yang ditekankan oleh sumber Y. Pertama, sumber ini menempatkan sejarah keselamatan Israel dalam kerangka dan orientasi yang universal. Aspek universal karya penyelamatan Allah  diungkapkan oleh penulis sumber Yahwis dalam cerita sejarah purbakala (Kejadian 1-11) yang mendahului dan menjadi latar belakang cerita sejarah keselamatan. Kedua, dari mula sampai pada akhirnya, penulis sumber Yahwist menekankan, bahwa tidak ada halangan manusiawi apapun yang bisa meninggalkan kehendak Allah untuk melakukan karya penyelamatan-Nya.[2]

B.     Aspek Sejarah
Babel merupakan cerita aetiologis. Artinya cerita ini mengandung keterangan sebab atau asal-usul. Cerita itu mencoba menerangkan mengapa di dunia ini terdapat begitu banyak ragam bahasa. Cerita ini juga memberikan keterangan populer, yang tidak ilmiah, mengenai nama Babel. Nama Babel diterangkan sebagai yang berasal dari kata bahasa Ibrani balal yang berarti “kacau”. Padahal nama Babel itu sendiri berarti “gerbang Allah”.
Latar belakang seluruh cerita menara Babel adalah Mesopotamia. Para penulisnya tentu mengenal adanya menara-menara atau monumen-monumen di mesopotamia, yang disebut ziggurat. Ziggurat itu merupakan bangunan tinggi yang mencerminkan hubungan langit dan bumi. Bangsa Babel tentu sangat bangga dengan ziggurat itu. bangunan itu merupakan kuil suci untuk bangunan tempat ibadah mereka. Dengan demikian bangunan ziggurat itu merupakan ekspresi atau pencerminan kesalehan dari bangsa Babel di Mesopotamia. Tetapi untuk para penulis sumber Yahwist semuanya jadi lain, para penulis sumber Yahwist melihat bahwa ziggurat yang tinggi dan megah itu adalah simbol kebanggan manusia. Ziggurat itu adalah pencerminan dari sikap manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Selanjutnya para penulis sumber Yahwist menganggap ziggurat itu bukti usaha manusia untuk memperoleh keselamatan lepaas dari Allah. Bahkan dengan ziggurat itu manusia mau menyamai Allah. Hasilnya adalah malapetaka, kehancuran, kekacauan, dan keterpecahan dunia ini.[3]

v  Catatan mengenai soal ilmu sastra
Di dalam berita menara Babel dalam bentuknya yang sekarang ini tersembunyi dua cerita. Pertama, tentang pembangunan sebuah kota. Kedua, tentang pembangunan sebuah menara.



A.    Corak Kota
B.     Corak Menara

(1) Adapun seluruh bumi, satu bahasa dan satu logatnya. (3a) Mereka berkata seorang kepada yang lain: “marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik. (4) marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota.” (6a) berfirmanlah TUHAN: “mereka ini satu bangsa dan satu bahasa untuk semuanya. (7a) baiklah kita turun dan mengacau-balaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.” (8b) dan mereka berhenti mendirikan kota itu. (9a) itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di sanalah dikacau-balaukan TUHAN bahasa seluruh bumi. 







Corak A memberitakan rencana mendirikan kota. Allah mengacau-balaukan bahasa.

(2) Maka berangkatlah mereka kesebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah sinear, lalu menetaplah mereka di sana. (3b) lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. (4) juga kata mereka: “marilah kita dirikan bagi kita sebuah menara  yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi. (5) lalu turunlah TUHAN untuk melihat menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu. (6) dan berfirmanlah TUHAN: (6b) “ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.” (8a) demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ keseluruh bumi, (9b) dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.



Corak B memberitakan pembangunan sebuah menara. Allah menyerakkan bangsa ke seluruh bumi.

Tanggapan yang menyatakan bahwa ada dua rupa berita dipersatukan dalam Kejadian 11:1-9 adalah terutama berdasarkan perlawanan ayat 5 “lalu turunlah TUHAN” dengan ayat 7 “Baiklah kita turun” dalam ayat 8b dikatakan “mereka berhenti mendirikan kota itu” tidak disebut di sini pembangunan menara. Kedua bentuk karangan ini termasuk karangan Y. Pengarang Y lah yang mempersatukan dan memintal keduanya.[4]

v  Menurut Para Ahli
Zaman sebelum air bah tidak lagi primitif dan biadab. Bukti-bukti menunjukan bahwa zaman itu telah mempunyai peradaban tinggi. Pada zaman itu umur manusia sangat panjang, bahasanya seragam, hidupnya  dekat  kepada penyataan Allah dan hubungannya dengan Allah dan sesama manusia lebih bebas. Bayangkanlah apa arti semua itu! Petunjuk mengenai karya seni dan industri pada zaman itu dapat dibaca dalam Kej. 4:20-24. Tapi peradaban manusia pertama dengan segala Ilmu Pengetahuan dan pengalamannya, pertaniannya, dan kerajinannya, kesenian dan kesusastraannya kini lenyap, dan umat manusia mendapat  permulaanbaru dalam Nuh dan anak keluarganya masing-masing.
Kemudian diadakan peraturan-peraturan untuk mencegah perbuatan dosa. Umur manusia dipersingkat. Tanah lebih banyak menuntut tenaga manusia, tapi kurang memberi hasil. Karena itu daging  ditambahkan kepada makanan manusia. Takut akan manusia ditanamkan dalam diri binatang-binatang. Peraturan hukuman mati diadakan untuk mencegah pembunuhan terhadap sesama manusia __  (menjelang air bah, aniaya dan pembunuhan merajalela, lihat Kej. 6:11,13). Ditengah-tengah segala macam pencegahan itu, kesetiaan Allah dinyatakan dalam rupa pelangi. Janji Alllah perlu sekali untuk meneguhkan pengharapan manusia akan masa depan.
Tapi, masih dibutuhkan suatu peraturan pencegahan yang lain lagi, yaitu PENGACAUAN BAHASA MANUSIA (11: 1-9). Penjamakan bahasa-bahasa itu merupakan puncak peraturan pencegah. Pengacauan bahasa didahului persekutuan manusia yang bermaksud hendak mendirikan suatu pusat rasial berupa satu menara yang tinggi sekali. “Janganlah mengira mereka bodoh  karena hendak mendirikan satu menara yang puncaknya sampai ke langit”. Dalam naskah ibrani kata “sampai” itu tidak  ada. Ayat itu bukannya hendak  menyatakan tingginya menara. Maksudnya ialah “Yang puncaknya berlangit”. Artinya, pada puncak itu terdapat  peta perbintangan dan lukisan masing-masing kelompok bintang seperti telah ditemukan di dalam kota kuno di Esneh dan Denderah di Mesir. Bintang-bintang itu dipuja sebagai dewa dan ilah yang hidup, jadi Babel menjadi pusat dan permulaan agama palsu.
Letnan Jendral Cheaney almarhum melukiskan penemuan bekas-bekas reruntuhan Babel sbb: “Kira-kira 8 km sebelah barat daya hillah terdapat reruntuhan paling istimewa diantara sekian banyak reruntuhan Babel, yaitu reruntuhan Birs Nimroud , yang banyak menjulang  setinggi 46 meter keatas dari landasan persegi empat  seluas 11/2 hektar. Menara itu terbuat dari batu-batu dan bertingkat tujuh, sesuai banyaknya bintang  kepada siapa menara itu dipersembahkan. tingkat paling bawah berwarna hitam, yaitu warna bintang Sayarat  Zuhal (Saturnus); tingkat diatasnya kuning emas, menurut warna bintang  Mustari (Yupiter), diatasnya  lagi merah, warna bintang Marikh (Mars), dan demikian selanjutnya.  Tingkat-tingkat itu merupakan satu menara yang amat megah, dan di puncaknya  terdapat  banyak  tanda  dan gambar  perbintangan. Dengan demikian puncak menara itu MENGGAMBARKAN langit. maka kurang tepatlah jika Kej. 11:4 diterjemahkan, “yang puncaknya sampai  ke langit”. Kita tidak tahu apakah reruntuhan itu bekas menara yang tersebut dalam Kejadian, tapi mungkin bekas menara itu menggambarkan maksud dan cara pembangunan menara Babel.
Kamelut  Babel terjadi kira-kira 300 tahun sesudah air bah; terbukti dari Kej. 10:25 yang mengatakan bahwa dalam zaman Peleg “bumi terbagi”, yaitu pada masa Tuhan mengacaukan bahasa. Dan Peleg meninggal 340 tahun sesudah air bah. Ini dapat dihitung dalam 11:10-19. Menara Babel dimaksudkan untuk  menjaga kelangsungan segala tradisi zaman sebelum air bah. Kesalahan pembuatan menara itu ialah berlawanan dengan perintah Allah yang menghendaki  manusia tersebar  dan memenuhi  segenap muka bumi. “Marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak diseluruh bumi” ( Kej. 11:4 ).
Menurut Dr. Alfred Edersheim, “seruan” itu merupakan semangat Babel yang terdapat sepanjang zaman.  Pastilah maksud seruan itu ialah: Marilah kita memberontak ! ___ karena bukan saja dengan itu Allah hendak  memenuhi segenap bumi manusia, dirintangi, melainkan kerajaan dunia semacam itu bahkan merupakan tantangan terhadap Allah dan kerajaan-Nya. Terlebih pula alasan yang mendorong mereka berbuat demikian ialah kesombongan dan kemegahan diri.
Babel adalah ibukota kerajaan Nimrod dan semenjak itu nama Babel menjadi lambang  dunia yang jahat, yang dirasuki oleh jiwa iblis, pemberontak terbesar itu. Kebinasaan total dari Babel Zaman purba, yang terjadi sebagai penggenapan nubuat seperti tersebut dalam Yes. 13:19-22, merupakan salah satu keajaiban nubuat alkitab. Namun Babel dalam arti kiasan masih hidup terus, seperti tersebut dalam Wahyu 18. Kebinasaan negeri Babel zaman purba itu menjadi lambang bagi kebinasaan dunia kini yang jahat ini.[5]

II.                TAFSIRAN

A.    Tafsiran Masing-masing Ayat.
Ayat 1. Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya: ayat ini menyatakan, bahwa cerita itu asli adalah berdiri sendiri, oleh karena ayat 1 ini berkeyakinan, bahwa terbaginya manusia atas bahasa-bahasa belumlah terjadi. (pengarang Y telah menerangkan nama peleg (kej 10:25) dengan penjelasan, “sebab dalam zamannya bumi terbagi”). Ternyata dari situ, bahwa cerita pembangunan menara Babel itu sekali-kali tidaklah mengenal daftar bangsa-bangsa dalam Kejadian 10 seluruhnya ataupun daftar bangsa-bangsa oleh Y. Kej 11:1 menganggap manusia bersatu; seluruh bumi berbahasa satu dan mempunyai perbendaharaan kata-kata gabungan.
Ayat 2. Maka berangkatlah mereka: Bahasa Ibrani berarti menurut huruf: “sambil mereka mencabut(menyetakan) pasak kemah”( yaitu=berangkat); dari istilah itu nampaklah, bahwa cara kehidupan manusia adalah pengembaran pada aslinya. Barulah sebagai akibat dari perjalanan (pengembaraan dan pemindahan) suku-suku dan marga-marga yang besar itu terjadi pembentukan bangsa yang tinggal menetap. Dalam ayat 2 ini Alkitab menyimpan ingatan yang benar, yakni bahwatidak pernah ada orang “bumi putra” atau “orang asli”(penduduk autochton) di suatu negeri, melainkan terbentuknya dan lahirnya satu bangsa adalah terjadi dengan beralih dari pengembaraan kepada kediaman menetap. Alkitab di sini adalah jauh lebih dekat kepada hasil perkerjaan ilmu etnologi dan sisiologi daripada segala mitos bangsa yang mencoba membuktikan bahwa bangsa itu adalah asli dan kekal di suatu daerah tertentu.
Ingatlah segala perpindahan bangsa-bangsa yang besar dalam sejarah! Perpindahan bangsa-bangsa Melayu dari daratan Asia kepulauan Lautan Teduh; perpindahan Indo-German dari Asia(pegunungan Kaskus?) keIndia dan semenanjung Eropah (lebih kurang 2000 SM) ; dan pembentukan Amerika, sesudah perpindahan(pelayaran) menyeberangi”tasik besara”(Lautan Atlantik) dalam abad ke-18. Israel pun menjadi bangsa, barulah sesudah perjalanan keluar dari perhambahan di Mesir (1200-1000 SM). Ke Sebelah timur: barang kali harus diterjemahkan “dari sebelah timur”) tetapi istilah itu dapat juga diterjemahkan ke sebelah timur,bnd Kej 13:11.satu terjemahan memberikan teks” di sebelah timur”). Timur(qadem) dapat dipahamkan secara tempat lokal dan secara waktu (temporal); qadem adalah tempat terbitnya matahari, tempat asal awal zaman). tetapi dalam hubungan kalimat kita ini tentulah istilah itu haruslah diartikan secara tempat, oleh karena Sinear( Mesopotamia) terletak ditimur, dipandang dari tempat pengarang Y(Palestina).
Dan menjumpai tanah datar: juga dalam ungkapan itu tersimpan ingatan kepada suatu kenyataan sejarah: pegunungan selalu sulit diduduki: gunung-gunung dan bukit-bukit merupakan halangan dan rintangan besar yang tidak cukup kuat untuk merebut dataran. Tetapi daratan rendah, seringkali lembah sungai yang yang lebar, adalah tempat pemusatan kebudayaan dan kuasa politik besar. Ingatlah di Afrika kepada sungai Nil dan lembah di sebelah kiri dan kanannya sebagai pusat negara dan kebudayaan Mesir selama 3000 tahun. Di Asia, ingatlah kepada sungai-sungai di India Utara sebagai tempat perkembangan kuasa negara pertama,. Teks kita ini memandang daratan rendah di tengah-tengah kedua sungai Efrat dan Tigris(Mesopotamia) sebagai dasar kebudayaan dan kuasa dasyat yang timbul selama tiga ribu tahun” disebelah timur”. Hasil pekerjaan ilmu sodok(arkeologi) membuktikan, bahwa sudah sejakk zaman melenium ke III SM. Di daerah Babel ada suatu pemusatan kuasa yang besar(sumer 2800-2360SM) sisa-sisa dari masa dan zaman yang dahulu adalah berasal dari melenium yang ke IV dan ke V SM. Nama bangsa dan dinasti yang berkuasa berganti-ganti ibukota kerajaan mereka berpindah-pindah; selama 3000 sebidang tanah yang bersungai dua(atas Alitab lama, Hal 34) merupakan tempat menunjukan perkembanagna kesanggupan manusia yang paling besar dan paling luhur disegala lapangan usaha manusia: politik,kenegaraan besar, agama, ilmu, bintang dan nujum, ekonomi dan perdagangan, dan terutama tehnik pembangunan(bnd ay 3 dan 4).
Sinear (bnd dalam alkitab: Kej 10:10;11:2;14:1,9:Yus 7:21:Yes 11:11:Za 5:11:dan 1:2) dalam bahasa sumer adalah “singi-Uri” dalam bahasa Akkad “sa-an-ha-ra”,)dalam bahasa Mesir “sngr”. Menurut naskah kerajaan Hetit, sinear berbeda dar Babel. Tetapi dalam alkitab, nama itu sama dengan Mesopotamia, daerah di antara sungai Efrat dan Tigris Hilir dalam Daniel !:2 praktis sama dengan Babel sendiri. Lalu menetaplah mereka disana: Alkitab mengenal macam-mancam cara kehidupan manusia. Untuk pembentukan negara dibutuhkan kediamanyang tetap dan rapat.

Ayat 3. “Mereka bekata seorang kepada yang lain”. Perhatikanlah, bahwa musyawarah dan mufakat manusia tersebut tidak didahului oleh firman, Allah. Segala usaha dan keaktifan segala kegiatan pembangunan hebat" yang berikutnya adalah inisiatif manusia semata-mata. Pembangunan yang bersemangat itu bukanlah pelaksanaan pesan Allah, melainkan buatan tangan manusia saja, cita-cita hasrat manusia. “ marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik”.) dataran itu tidak berisik bukit batu, yang dapat dipecah-pecahkan untuk batu bangunan. Tetapi tanah liat ada berlimpah-limpah. Di sinilah ternyata kesanggupan manusia tukang (homo faber) itu: dengan perantaraan pertukangan (tehnik) ia mengatasi kesulitan-kesulitan semesta alam dan menghasilkan kebutuhan-kebutuhannya secara besar-besaran karena keahliannya. Kata “membuat” itu adalah istilah yang dipakai juga oleh Kel 5:7.14;ternyata dari situ, bahwa tehnik adalah sama di Mesir dan di Babel: tanah liat dicampur dengan jerami(Kej 5:7-18),cetak (diperas) dan dibakar dalam api dan dikeringkan dalam cahaya matahari menjadi batu ubin(batu merah). memang ilmu sodok telah mengali dan mambuka banyak bukti pembangunan tehnik batu bata Babel itu.
Marilah: kita merasakan seluruh semangat dan “Ilham” kemajuan tehnik yang pada masanya “moderen-utara”!dalam programma,dalam rencana bangunan raksasa tersebut ada tersembunyi kepercayaan akan kemajuan dan tehnik sebagai juruselamat manusia; di dalam seruan itu tercantum hasrat massa manusia akan derajat-penghidupan yang lebih tinggi. Tehnik dan industri, keahlian dan ilmu sebagai alat penebusan manusia oleh tangan manusia sendiri. Hebat sekali semangat itu! Alangkah banyaknya ahli dan perintis ilmu-ilmu telah mengurbankan nyawanya untuk pembangunan itu!a__dan rencana itu pada mulanya di laksanakan:
Lalu bata itulah dipakai mereka segala batu ter gala-gala sebagi tanah liat: dalam bahasa Ibrani dipergunakan suatau permainan kata(labenah)=bata menjadi le’aben=batu;khemar=ter gala-gala menjadi khomer= tanah liat ) permainan kata itu dengan sangat baik diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dalam bagian pertama : bata menjadi batu. Bagian kedua tidak dapat meniru permainan kata dalam bahasa asing itu. Permainan kata dengan aliterasi adalah sangat layak dan berguna sebagai semboyan dan saran(propaganda) untuk aksi pembangunan tersebut. Untuk mempengaruhi massa-massa haruslah ada semboyan yang jitu dan yang termakan hati orang banyak : bata-batu, labenah- la’aben, khemar-khomer.sebagi kunci yang dapat membuka rahasia teka teki zaman baru, semboyan itu akan dilisankan oleh beratus-ratus ribu rakyat. Untuk semboyan itu berlaksa-laksa,berketi-keti, berjuta-juta orang banyak akan berkerja,berkuban,berpeluh,dan mati. kerjasama dan gotong royong mengabulan manusia menuju satu tujuan dan cita-cita bersaman dalam uraian dalam.

Ayat 4. Juga kata mereka: “marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara”. Dengan itu disinggung pula bentuk masrayakat yang berupa negeri kota, polis,negara. Pengarang Y telah mengungkapkan pokok itu dalam Kejadian 4: 17,mengenai kota Henokh. “marilah”: kita mendengarkan untuk kedua kalinya semangat dasyat yang memenuhi hati dalam kerja sama. Tetapi kejadian itu ditunjukkan sekarang sakarang ke arah maksud dan cita-cita bersama. idee dan ideologi persamaan menguasai diri seseorang. perorangan dikuasi oleh kebersamaan (kolektif).
Dirikan: bangun; alkitab menginsafi kekuatan semangat pembangunan yang dipusatkan ibukota Babel. Taman-taman di atas sonoh rumah Babel dianggap sebagaisalah satu di antara 7 keajaiban dunia. Babel adalah metropolis, ibukota dan pusat kemanusiaan di segala lapangan. Bagi kita: pembangunan itu berhaluan perikemanusiaan dan humaniter progamamma, rancangan dan pujian negara( hadiah,lencana,dan lain-lain) dibutuhkan manusia untuk mendorong manusia mencapai hasil kerja dan hasil otak yang termulia disegala lapangan jasmani dan rohani. Dengan sebuah menara: seperti yang dibuktikan oleh hasil perkerjaan ilmu sodok, banyak ibukota negeri, baik Babel(Efrat Hilir) maupun di Asyur(Tigris Hulu), yang mempunyai sebuah menara yang bertingkat-tingkat. Dalam reruntuhan dari ibukota Asyur-Babel-Elam telah terdapat sisa-sisa dari 33 menara bertingkat-tingkat itu, antara lain Babylon, Borsippa, Nippur, Syuruppak, Ur, Eridud, Uruk(Erekh), El-Obeid, lagasy, syusyan. Semua itu mungkin sekali harus dianggap sebagai bagunan agama, yaitu tangga (7 tingkat ) yang dipakai dewa-dewa, terutama dewa marbuk,untuk dapat turun dari langit ke bumi. oleh karena di katakan:
Menara yang puncaknya sampai kelangit: ucapan itu hampir menurut huruf sama dengan laporan pembangunan yang diberikan raja Nabopolassar(625-604) tentang menara”Etemenanki” yang diperbaikai di Babel: “Marduk Tuhan itu menyuruh aku mendandani Etemenanki, menara yang bertingkat-tingkat diBabel yang telah rusak dan runtuh sebelum masaku, supaya aku meletakan dasarnya diatas pangkuan dan membuat puncaknya samarata dengan langit.  Berita pembangunan Nabopolassar”membuat sama rata dengan langit” menyatakan bahwa banguan menara yang bertingkat-tingkat itu adaah tempat suci,gedung agama,bait dewa Babel, yaitu Marduk atau Bel. Herodot dari Halikarrnasospun mengemukakan dalam laporannya mengenai perjalanan ke Babylonia pada tahun 460 SM. ,bahwa dalam tingkatan tertinggi dari kuil dewa bel yang bertingkat  8 itu ada suatu tempat suci. dari berita tersebut itu nyata, bahwa bangunan menara yang bertingkat-tingkat itu (dalam bahasa Akkad”Ziggurat”, yang berarti “tinggi” atau “Terangkat”)adalah bangunan agama. Tingkat tinggi adalah rumah tinggi dewa marduk; tetapi muka bumiada sebuah bait dewa juga. Tingkat-tingkat merupakan anak tangga, yan dipakai dewa itu untuk turun ke muka bumi di tengah-tengah manusia. Dan manusia pun dapat naik berjumpa dengan dewanya.
Dengan ini menara bertingkat-tingkat itu  sebenarnya adalah suatu “Bab-ilu”(nama Akkad untuk Babel), yaitu suatu gerbang allah marduk. Dari suatu laporan pembangunan oleh raja Nabopolassar dari Babel 625-604) kita mengetahui nama dari menara yang ada di menara Babel itu tersebut yakni: “Etemenanki”; luas landasannya adalah 90 meter persegi, tingginya pun 90m. Suatu gedung dasyat yang mengatasi segala bangunan lain yang ada di Babel. Dengan ini “ziggurat”, atau menara yang bertingkat-tingkat itu adalah hasil karya agama yang agung, menurut pengertian orang Babel. Menurut kehendak para pembangun.” Menara Babel itu” bukanla didiriakan untuk melawan, melaikan untuk kepentingan Allah.
Ucapan Alkitap yang puncaknya sampai ke langit adalah menurut huruf  sama dengan berita dengan Babel; tetapi artinya berbeda sama sekali, “sampai ke langit” menyatakan percobaan manusia merebut sorgawi seperti prometeus dalam cerita bahasa Yunani. Dalam hasil karya agama dan manusia yang bermutu tinggi seperti menara Babel, maka Alkitab(pengarang Y) hanya dapat melihat tinggi dan bangganya hati manusia yang merebut surgadengan kekuatan tangannya san atas namanya sendiri menara Babel mewakili disini seluruh kebudayaan. Tetapi bukan negara Babel atau Mesopotamia saja yang di maksudkan di sini : seluruh kemanusiaan membangun nmenara itu. Suatu gejala sejarah( kebudayaan Babel)  diperluas menjadi kelahiran awal zaman seluruh manusia: inilah inti dan hasrat yang tersembunyi dalam semua penjelmaan manusia dan agama tinggi manusia : merebut surga dengan tangannya sendiri, mencakar langit utuk menunjukan kepada Allah: kami sanggup; kami ida membutuhkan Engkau.
Alkitab melihat puncak dosa manusia bukanlah dalam kejahatannya  yang agama, melainkan dalam hasrat akan hasil karya tenaganya sendiri yang paling bermutu tinggi. Manusia mencoba membenarkan dirinya dengan perantaraan usahanya dan hasil karyanya di hadapan Allah. Dala istilah sampai kelangit tersembunyi kebanggaan(hybris) manusia yang merupakan dosanya yang asali, yaitu ia menjadi “seperti Allah” (Kej 3:5) oleh karena manusia tidak berhasil dalam usaha itu secara perorangan(Adam –Hawa,Kej 3), maka sekarang usaha itu dimulai secara bersama-sama secara masal(usaha raksasa) dan global (seluah bumi harapan merka adalah begini: penyerbuan dan serangan manusia bersatu aka mengalahkan Allah.  Perhatiakanlah, bahwa keputusan Alkitab itu tidak tertuju terhadap suatu sistem serbazat atau ateis, melainkan kepada sistem kebudayaan Babel yang merupakan perwujudan cita-cita agama manusia yan termulia. “dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak keseluruh bumi”. Mari, untuk ketiga kalinya kita mendengar seruan dan nasehat itu yang hendak mengelorakan semangat dan mengerakan hati massal rakyat tidur. Suasana penebusan manusia oleh manusia adalah suasana appel da pesan harian, komando dan keajaiban. Kita cari nama:di dalam golongan Sem(=nama), maka nama Allah Yahwe dipuji (Kej 9:26), oleh sebab hanya satu  nama yang agung, dan megah, luhur dan mulia, yaitu Yahwe Israel. Tetapi dalam usaha pembangunan, manusia mencari nama, disamping nama Allah Yahwe. Bagi kita(bnd ay 4a juga, yakni masih ada bagi kita dalam bahasa Ibrani!): amusia adalah “incurvartus in se”(= berbelok berbalik mengenai dirinya sendiri). Usahadan perkerjaan manusia tidak merupakan pelayanan dan pemujian nama Allah (ad maiorem gloriam Dei), melainkan percobaan mengabdikan nama manusia sendiri(,maiorem gloriam sui ipsius). perkerjaan manusia bukanlah lagi tugas dan amanat dan pesan yang diberikan Allah seperti dalam Kej 2:15, melaikan alat untuk mempermuliakan nama dan keagungannya manusia sendiri. Mencari nama berati merindukan atau menghasratkan kehormatan, nama abadi, kemulian. oleh karena mausia fana, oleh karena ia mati dan dilupakan namanya dan ingatan kepadanya, maka manusia mencoba maka manusia mencoba mengabadikan namanya dan ingatanya kepadanya dengan pembangunan tugu batu. Menara Babel seperti tugu raksasa: juga sudah kita semua berpulang kepada debu, maka tugu, hasil karya tangan kita  ini, banyaknya pembangunan rumah, gedung kapal,gereja, istana,dan roket(misil) timbul dari hati  yang rindu hasrat akan hormat dan nama.
Tetapi ada juga menara-menara Babel yang tidak berupa batu, melaikan berupa pemikiran (ideologi,ilmu-ilmu) berupa kuasa (mendirikan persatuan kerajaan) dan berupa agama(harapan atas hasil karya dan usaha sendiri). Ingatlah, alangkah besarnya peranan yang dipegang oleh pencaharian hormat dalam seluruh  usaha  ilmu, pelajaran (gelar), masyarakat dan politik,termasuk ekonomi.
Allah bertindak dan menciptakan dengan (Adam ditidurkan nyenyak, Kej2:21,pada hawa waktu diciptakan; abrahampun ditidurkan, Kej15:12,pada waktu Allah mengadakan perjanjian dengan dia). Dari Allah hanya dapat dilihat dibelakang-Nya, bukanya wajahnya(Kel 33:23). tetapi oleh karena”nama orang fasik menjadi busuk”.  Maka seluruh kehidupan manusia adalah usaha”mencari” atau “membuat nama”, mereka mencari kemasyuran,keluhuran dalam pemandangan masyarakat. Manusia tukang/tahnik adalah cucu-cucu dari orang–orang kenamaan. Kebudayaan dan pembangaunan,kemajuan dan tehnik adalah bukan hanya perintah Allah.

Ayat 5. Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara, yang didirikan oleh anak-anak manusia: dengan istilah “turun TUHAN” pengarang Y memakai suatu olok-olok dan ejek-ejek yang bukan main pedisnya: pada akhir ay 4 pengarang bermaksud mengatakan ,bahwa pembanguan telah dimulai. Barangkali temboknya telah tinggi dari semua bangunan yang lain. Pembangunan itu dapat dilihat dari segala penjuru sampai puluhan kilometer. Demikian seluruh babel bersemangat dan berbakti dihadapan kebesaran dan ketinggian proyek pembangunan itu. Semua orang melihat semua orang tahu, tingginya belum setinggi langit, tetapi Allah harus takut melihat  penambahan tingginya tiap-tiap hari. Tetapi kebesaran menara itu sedemikian kecilnya, hingga Allah tidak dapat melihat sama sekali. Supaya dapat melihat, maka Allah harus turun dulu dari ketinggianNya. Seluruh menara Babel yang di sembah dan di hormati oleh seluruh manusia karena ketinggian itu adalah seperti seekor semut di pinggir sol sepatuNya. Segala usaha dan kerja keras dan susah payah keaktifan manusia yang bersatu, tidak mencapai atau memecat Allahnya Israel, pencipta langit dan bumi.

Ayat 6. Kedatangan( turunnya Allah untuk melihat usaha manusia adalah tindakan jaksa yang meriksa dan tindakan hakim yang menghakimi untuk mencegah akibat-akibat yang tidak dinginkan dari dosa manusia. tiap-tiap perbuatan pengarang Y memangil Allah sebagai pemeriksa . maksud hukuman itu bukanlah hanya siksa, melainkan juga pembatalan renacana pemberontakan itu, agar dicegah pembinasaan penciptaan dan rencana Allah.
Ayat ini memberikan hasil pemeriksaan jaksa agung dari surga. Sebenarnya  kesatuan bahasa dan kesatuan manusia memberikan kepada manusia kemungkinan yang terbatas lagi. Sebenarnya kedudukan Allah Israel tidak dapat digoyangkan, tetapi andaikata manusia yang mambuk kemajuan dan hasil tehnik  itu berpendapat  untuk sekejap mata, bahwa Allah dapat dicakar oleh langit oleh usaha dari manusia, maka Allah telah mengambil tindakan-tindakan yang tegas membatakan dan mengagalkan setiap pencobaan pemecatan dia dari pimpinanNya.

Ayat 7. Baiklah; bertentangan dengan rencana politik dan keaktifan sejarah manusia dan segala macam ideology manusia, maka Allah membentangkan rencana program yang sekali-sekali tidak pernah diganggu oleh programma manusia. Segala kegiatan manusia ada dibawah hukumann dan pengaruh kegiatan Allah. Kita turun; Allah memperdulikan, mengiraukan dan mencampur tanggan dalam pilitik manusia. Allah  mengunakan manusia gerakan serta cita-cita gologan-golongan dan bangsa-bangsa unntuk mencapi tujuanNya dan mewujudkan rencanaNya. Bukan manusia pahlawan yang menciptakan sejarah, melainkan Allah Israel yang menciptakannya. Pembatalan dan pengagalan renana manusia dilakukan dengan pemecahan: bahsa merupakan alat pergaulan dan komunikasi, alat persekutuan dan dan sejahtera. Ayat 7b aslinya hendaknya menerangkan bagaimana timbaulnya bahasa-bahasa di dunia ini. bahasa adalah ungkapan idiom, cara berfikir: tabiat manusia dan wata k manusia. pengkacauan bahasa bukan lah soal kamus saja, melaikan juga soal persehatian, persetujuan, kesepahaman pergaulan persekutuan, perdamaian dan sejah tera.
Ayat 7b .Mereka tidak lagi sependapat. Pikirlah: dengan alat –alat bahasa moderen haruslah mudah mencapai persetujuan dalam semua persoalan antar-bangsa.

Ayat 8. Ayat 7 menyatakan rencana dan keputusan Allah, dan ayat 8 ini memberitahukan pelakasanaanya: kesatuan manusia sekaligus terbelah untuk selama-lamanya dan mereka diserakkan ke empat mata angin. Menyerakkan ( Hephiz ) adalah istilah hukuman Allah, pun terhadap umatNya sendiri. Allah akan menghamburkan ( menyerakkan ) orang mesir diantara bangsa-bangsa. Allah menetapkan  manusia atas dosanya (( dosa = Perceraian, pemisahan, pengasingan ). Manusia memisahkan diri daripada Allah yang esa, sebab itu mereka tidak dapat mempertahankan keesaan ( kesatuan ) manusia. Di luar Allahnya Israel ( yaitu diluar Yesus Kristus ) tidak ada kesatuan, keamanan, perdamaian diantara manusia. Tiap-tiap persekutuan manusia merusak dirinya, diluar dan terpisah daripadanya Allah Israel.
Dan mereka berhenti mendirikan kota itu : Rencana manusia gagal ( Yes 8:10 ), mereka membubarkan persatuan mereka oleh karena perselisih faham.  Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga akan terpecah-pecah tidak dapat bertahan “ ( Mat 12: 25 ). Perpecahan, yang mengancam setiap persatuan diluar dan terpisah daripada Allahnya israel, menggagalkan dan membatalkan rencana sejarah  besar dari kerajaan manusia.

Ayat 9 adalah rumusan penutup suatu cerita  sebab : “ Itulah sebabnya “. Y  suka menerangkan suatu nama secara etimologi : Ia menerangkan nama Babel seasal dengan kata ibrani  “ balal “ (mengacaukan). Itu memang etimologi popular, tetapi secara ilmu bahasa tidak dapat dipertahankan , oleh karena Babel ( dalam bahasa Akkad “ Bab-ilu “ atau “ Bab-ili “ ) berarti “ Pintu gerbang Allah “.  Serba banyaknya dan terbaginya manusia atas  kebangsaan-kebangsaan dan bahasa-bahasa bukanlah hanya tanda kelimpahan pencipta, melainkan adalah juga tanda hukuman dan pencegahan hakim terhadap manusia yang tinggi hati. Bangsa-bangsa yang beraneka warna dan ragam itu bukanlah hanya kesukaan, melainkan juga tanggungan dan beban yang sukar.
Gerhard v. Rad menitikberatkan, bahwa selama ini dalam seluruh berita pengarang Y tiap-tiap hukuman Allah diikuti oleh suatu tanda dan tindakan anugerahNya. Adam dan Hawa, yang dikenakan hukuman susah payah kehidupan, diberi pakaian sebagai pelindung oleh Allah ( Kej 3:21 ) Kain, pembunuh yang terkutuk oleh Allah, menerima dari Allah tanda pelindung ( Kej 4:15 ). Pembalasan dibatasi oleh Allah untuk menjamin kemungkinan hidup. Supaya kelaliman orang-orang raksasa dan orang-orang kenamaan ( Kej 6:1-4) jangan menjadi abadi, maka Allah menarik kembali rohNya, sehingga kegagahan mereka terbatas sampai 120 tahun saja ( Kej 6:3 ) bahkan, hukuman yang terlebih berat, yaitu air bah, diiringi atau diikuti oleh pengikatan perjanjian pemeliharaan dengan Nuh ( Kej 8:21-22, 9:8-17 ) dengan demikian, dalam semua hukuman Allah dinyatakan juga kemauan Allah untuk menyelamatkan. Hakim adalah juga penyelamat.
Seorang pujangga dari Jerman, Johann Wolfgang Goethe, pernah mengucapkan kekecewaannya tentang nasts alkitab Kej 11:10-26, dimana akhirnya perhatian hanya ditujukan kepada satu orang yaitu Abraham.  Apakah pentingnya  Abraham, moyang Israel bagi persoalan yang ditimbulkan oleh Kej 1----11. Apa guna kehidupan satu orang untuk keseluruhan manusia, mungkinkah datang pertolongan dari satu orang manusia untuk segala bangsa, bagaimanakah seorang khusus yang juga telah dicap dan ditentukan oleh kebangsaannya dan zamannya dapat menjadi keselamatan untuk umum,  untuk  manusia  segala bangsa dan segala zaman , dan menurut pertimbangan otak manusia, itu mustahil adanya.
Tetapi, itulah keyakina Alkitab, bahwa Kej 12----25, bahwa Kej 12---kel 24, bahwa Kej 12 ---Kis 2, bahwa Kej 12----Wah 22 adalah jawab Allah atas Kej 1---11. Kita telah memberikan kepada Kej 1----11 judul “ Sejarah seluruh manusia melawan Allah “. Maka dengan Kej 12:1 mulailah “ Sejarah tindakan-tindakan Allah untuk ( guna ) seluruh manusia “. Di dalam Abraham, moyang bangsa Israel, yang ditengah-tengah lahir Yesus Kristus, Allah mulai menyelamatkan “ semua kaum “ ( Kej 12:3 ). Abraham adalah kebijaksanaan Allah terhadap kekacau-balauan manusia. Dengan perantaraan Abraham maka Allah mulai menciptakan manusia baru yang menjelma dalam Yesus Kristus. Tersembunyi di dalam, bersama dengan dan di bawah sejarah  ( kebinasaan ) manusia maka Allah memulai, dengan perantaraan Abraham, suatu sejarah baru, yaitu sejarah ( penyelamatan ) manusia oleh Allah, dan itu disaksikan oleh seluruh alkitab dari Kej 12 sampai denga Wah 22. Tersembunyi dalam sejarah bangsa-bangsa yang banyak rebut dan gaduh besar itu maka secara diam-diam  Allah memulai dengan seorang manusia suatu sejarah yang hakiki dan yang baru, yang akan meliputi dan mempengaruhi segala bangsa. Di dalam  Abraham ( dan Israel ) Allah memulai suatu sejarah yang penting untuk seluruh kemanusiaan. Bukan kekristenan yang bercorak dunia barat, tetapi sejarah, kebijaksanaan dan tindakan-tindakan yang dimulai  Allah di dalam Abraham ( dan yang digenapi Allah di dalam Yesus Kristus ) adalah jawaban Allah atas persoalan manusia ciptaanNya, yaitu semua kaum. Pemanggilan Abraham bukanlah hanya berarti penyelamatan jiwa Abraham secara perseorangan, melainkan juga adalah awal keselamatan bangsa-bangsa. Dengan demikian kedua cerita, yaitu menara Babel dan pemanggilan Abraham, yang kelihatannya begitu berbeda dan berjauhan, adalah sebenarnya berhubungan seerat-eratnya. Di dalam Abraham, di dalam Yesus Kristus, soal yang paling sulit bagi manusia, yaitu persekutuan dan pergaulan dengan Allah ( yang dapat dipisahkan dari persekutuan dan pergaulan dengan sesama manusia ) dipecahkan : Kis 2:6-11 memberitahukan kepada kita, bagaimana Allah melenyapkan ketidakfahaman dan kesalahfahaman manusia, sehingga manusia dari segala macam bangsa ( Kis 2:9-11 ) dapat memahami satu sama lain dan bersatu dan berdamai dengan jemaat Yesus Kristus ( Bnd Gal 3:28, Ef 2:14, Luk 13:29, Wah 7:9 ).

B.     TAFSIRAN MASA KINI (PENYEBARAN DARI BABEL)

1, 2 seluruh bumi, jika ‘eres dipakai seperti dalam 10:32, pengamatan memperlihatkan keadaan tidak lama sesudah air bah, dan ayat ini menjembatani suatu waktu yang agak panjang, jika ‘eres menunjuk kepada tanah Sinear, maka perspektif ayat 1 itu tidak universal. Bandingkan ayat 9. Yang manapun yang dipilih, golongan yang pindah yang disebutkan dan ayat 2 hanyalah sebagian umat manusia saja. Perpindahan mereka sebelum Babel termasuk proses penyebaran dari Ararat yang sedang berjalan (bnd Kej 10), dan penyebaran mereka sendiri yang lebih lanjut dari Babel (ayat 8) diceritakan sebagai penghakiman khusus atas penjelmaan roh kefasikan, yang sesudah air bah mencirikan lagi kebudayaan manusia.
4 Kota sekali lagi (bnd Kejadian 4) menjadi pusat kebudayaan dari kecongkakan manusia yang membumbung tinggi. Menara dapat juga sebuah benteng; Ul 1:28 dan 9:1 menyebutkan hal kota-kota yang berkubu ‘sampai ke langit’. Kesejajaran-kesejajaran dalam sastra Babel dan menara kuilnya memberi kesan bahwa migdol adalah sebuah pola dasar zigurat atau teras kuil, yang pertama-tama terdapat dalam bentuk tertua pada bagian pertama dari 30 abad sM. Mengenai kegemaran membuat nama,
5 Turunlah TUHAN untuk melihat.  Allah tertawa terhadap permusyawarahan raja-raja, demikianlah di sini Ia menertawakan dan merendahkan kesia-siaan para pembangun menara, sebab Ia harus turun (demikianlah cara berkata secara manusia) untuk melihat kemegahan manusia jauh di bawahnya.
7 baiklah kita turun. Mengacaubalaukan bahasa mereka. Kekacauan itu mungkin akibat dari suatu proses alam yang diperpanjang, tapi barang kali yang dimaksud adalah sebuah campur tangan yang adikodrati, sebuah mujizat kekacauan yang aneh, yang akan dijawab pada hari pentakosta dengan suatu perbuatan yang lain, ketika yang ilahi turun dalam sebuah mujizat penyatuan bahasa. Ayatnya tidak menganggap segala perbedaan bahasa sebagai berasal dari kejadian ini, juga tidak menuntutnya sebagai umpama yang pertama dari perbedaan bahasa sesudah air bah, juga tidak menyangkal adanya keanekaragaman bahasa sebelum air bah.
8. diserakkan TUHAN. Apa yang dikira oleh orang Babel dapat dihindarinya, justru dapat menimpa mereka dengan lebih memecah-belah, dari pada ia ditempat lain dikenal  sebagai yang kodrati.
9 Babel, karena disitulah dikacau-balaukan TUHAN. Apapun artinya yang semula, nama itu berarti “pintu gerbang Allah”, menurut etimologi (ilmu asal dan sejarah kata-kata) yang  dikenal dalam terjemahan bahasa Sumer dan Babel. Polemik yang terkandung di dalam tulisan-tulisan Musa ini nampak dalam permainan kata Babel Balal ini. Dilihat melalui terang  dari cerita itu, gerakan penyebaran dari Kejadian 10 nampak sebagai suatu kutuk, suatu kekuasaan sentrihugal (meninggalkan pusat), yang menoleh dari pusat keluar, yang memisahkan manusia yang merintangi penaklukan bumi (bnd ayat 6b). Namun dalam hubungan dosa, kutuk ini merupakan suatu berkat, sebab kutuk ini juga merintangi kejahatan yang makin menjadi matang, yang menyertai perkembangan keadaban (ay 6). Demikianlah kejadian itu menghindarkan penghakiman yang dapat menyela atau mengganggu pengungkapan penyelamatan.[6]

III.             APLIKASI
Motivasi mereka membuat menara Babel merupakan simbolisasi keangkuhan manusia terhadap Tuhan. Itu terbukti dari sikap  mereka  dalam  membangun Menara Babel. Menara ini melambangkan  kesombongan dan kemegahan diri mereka.  Dimana mereka tinggi hati dan merasa bangga dengan kekuasaan sehingga memisahkan mereka dari Tuhan. Keinginan  dan hasrat yang tersembunyi dalam penjelmaan sebagai manusia mereka berusaha dalam  merebut  sorga, mencakar langit kekuasaan tertinggi  Allah dan menunjukannya kepada Allah, bahwa mereka sanggup dan  tidak membutuhkan Allah.
Mereka merusak dirinya dan membuat hubungan persekutuan mereka dengan Allah menjadi terpisah, pemisahan  membuat mereka berada diluar kuasanya Allah (Israel). Bahwa kemegahan mereka jauh dibawahNya. Sehingga kekacauan menimpa dan memecah-belahkan mereka menjadi bangsa-bangsa yang terserakkan. Allah memperlihatkan keesaanNya bahwa manusia bukan apa-apa tanpa Allah. Saat ini juga kita sering hanya mengandalkan kemampuan diri kita masing-masing tanpa memohon Allah untuk campur tangan dalam hidup kita. Menggangap bahwa diri ini mampu tanpa pertolongan Allah. Teguran ini membuat kita harus mengkoreksi juga memperbaiki diri agar tidak mengulangi hal yang sama seperti yang dilakukan pada zaman pembuatan menara Babel. Hidup kita tanpa Tuhan bukanlah siapa-siapa jadi kita harus hidup dalam Tuhan.  




[1] John H.Hayes. Carl R. Holladay, PEDOMAN PENAFSIRAN ALKITAB, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hal 1
[2] Prof. S. Wismoady Wahono, DI SINI KUTEMUKAN, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hal 61-62
[3] Prof. S. Wismoady Wahono, DI SINI KUTEMUKAN, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hal 88-89
[4]  Dr. Walter Lempp, TAFSIRAN ALKITAB KITAB KEJADIAN 5:1~13:3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hal 176-177
[5]  J.Sidlow Baxter, MENGGALI ISI ALKITAB KEJADIAN-ESTER, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, hal 41-43
[6]  Donal Guthre, TAFSIRAN MASA KINI 1, JAKARTA:YAYASAN KOMUNIKASI BINA KASIH/OMF, 1983, 97-98


1 komentar:

  1. terima kasih banyak... karena lebih memahami asal bangsa dan bahasa..

    BalasHapus