Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Selasa, 31 Desember 2013

Belajar dan mengenal Kitab Nahum dalam Perjanjian Baru

MAKALAH
DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS
PENGANTAR HERMENEUTIKA PERJANJIAN LAMA II
Dosen pengampu :
Pdt. Bimbing Kalvari M.Th

Oleh:
Pransiska
11.16.27



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
BANJARMASIN 2012
Ø  PEMBAHASAN
KITAB NAHUM
v  Latar Belakang
            Namun memasuki zaman nabi nahum, semuanya berubah, kehidupan orang-orang Niniwe kembali seperti saat mereka belum bertobat. Mereka mulai menentang Tuhan dan melakukan kejahatan terhadap Tuhan. Melihat gelagat yang tidak berkenan tersebut, melalui Nahum, Tuhan menyatakan ketidaksenangan-Nya. Allah murka terhadap cara hidup orang-orang Niniwe. Intinya Pada zaman Nabi Yunus, penduduk Niniwe bertobat. Tetapa lama kelamaan mereka terjerumus lagi ke dalam kejahatan yang lebih besar. Dalam Kitab Yunus ditunjukkan kesabaran Allah. Dalam kitab nahum ditunjukkan kemarahan Allah.
            Kitab Nahum tentang malapetaka untuk Asyur dan menghibur bangsa-bangsa yang diancam dan dirugikan oleh bangsa Asyur termasuk Yehuda. Kitab Nahum memiliki keunikan sekaligus kesamaan dengan kitab Para Nabi yang lain. Sebagian besar Nabi adalah Pengkhotbah dan nubuat-nubuat mereka yang semula disampaikan secara lisan selanjutnya dituliskan dalam sebuah Kitab. Hal ini berbeda dengan Nahum. Ia lebih sebagai seorang penulis daripada pengkhotbah.
            Kitab Nahum juga memiliki kesamaan dengan kitab lain. Kesamaan ini terutama berhubungan dengan Kitab Yunus. Nubuat dalam kitab ini sama-sama ditujukan secara eksklusif pada satu bangsa kafir, yaitu penduduk Niniwe (Yun 1:2;Nah 1:1). Perbedaannya terletak pada respon terhadap berita penghukuman yang dibawa oleh dua Nabi Allah ini. Kalau pada abad ke-8 SM Yunus berkhotbah dengan enggan tetapi penduduk Niniwe berkabung dan bertobat sehingga diselamatkan dari murka Allah, sekitar satu abad sesudahnya Nahum memberitakan penghukuman tetapi Niniwe akhirnya benar-benar dimusnahkan oleh Allah.
v  Tentang Nabi Nahum
            Nahum adalah salah satu Nabi Perjanjian Lama yang berkarya sebelum bangsa israel (Yehuda) ditaklukkan dan penduduknya dibuang ke Babel. Nahum adalah pengarang sastra yang sangat baik, hanya sedikit penyair dalam Perjanjian Lama yang menyainginya.[2]  Penulis Kitab Nahum ialah Nabi Nahum. Ia hidup pada masa yang sama dengan Nabi Yeremia. Nahum seorang nabi yang memperkenalkan dirinya orang Elkosh atau Elkosy (Nah 1:1). Dalam bahasa ibrani Nahum berarti “penghiburan” atau “dihibur oleh Tuhan”. Nahum mempunyai misi untuk memberitakan penghakiman Allah yang akan datang melawan Niniwe dan penghiburan Allah atas Israel.  Tidak diketahui apa-apa tentang nabi ini kecuali ia berasal dari elkosy (nah 1:1), sebuah kota kecil yang tempatnya tidak diketahui.[3] Nahum memberitakan nubuatnya sebelum kejatuhan Niniwe. Melalui Nabi Nahum, Allah telah mengumumkan rencana penghancuran kota Niniwe.
            Nabi Nahum menubuatkan kejatuhan kerajaan Asyur dan Niniwe, ibukotanya. Asyur yang sangat berkuasa telah membuat sejumlah bangsa lain menderita, termasuk umat israel. Asyur memang telah menyerang dan mengalahkan Kerajaan Israel Utara  pada tahun 722 SM, menawan banyak penduduknya ke pembuangan. Selama seratus tahun berikutnya, Asyur menjadi ancaman bagi Kerajaan Selatan (Yehuda). Namun, Nahum menenangkan penduduk Yehuda bahwa Allah segera akan membebaskan mereka dari belenggu-belenggu Asyur, sehingga mereka bisa menikmati damai dan merayakan hari-hari keagamaan mereka.
            Nahum bernubuat setelah jatuhnya kota Tebe, di Mesir, pada tahun 662 sM (bdk Nahum 3:8), dan sebelum jatuhnya kota Niniwe pada tahun 612 sM. Di mana Kota Tebe adalah ibu Kota Mesir yang kaya dan makmur selama lebih dari seribu tahun hingga tahun 663 SM,ketika raja Asyurbanipal merebutnya. Nahum bernubuat pada masa antara dua peristiwa, yakni jatuhnya Kota Tebe ketangan pasukan Asyur dibawah pimpinan Asyurbanipal pada tahun 663 sM (Nah 3:8-10) dan hancurnya kota besar Niniwe pada tahun 612 sM. Nahum melaksanakan tugasnya sebagai nabi sekitar tahun 615 SM. Pada saat ia berkarya, israel berada dalam kekuasaan bangsa Asyur.
            Berbeda dengan warta Nabi pada umumnya, pewartaan Nahum menekankan pada kecongkakan, kesombongan, kekejian dan penindasan yang dilakukan oleh bangsa Asyur. Ia mewartakan penghukuman Yahwe akan segera datang bagi kota yang jahat itu. Wartanya merupakan harapan, doa dan pujian dari umat israel (Yehuda) kepada Allah.
                Nahum mempunyai dua tujuan dalam kitab nubuat ini:
1.       Allah memakai dia untuk memberitakan datangnya kebinasaan ibu kota Asyur, Niniwe, yang kejam dan jahat. Tidak ada bangsa sekejam Asyur yang dapat berharap akan lolos dari hukuman Allah.
2.       Pada saat yang bersamaan, Nahum memberitakan penghiburan untuk umat Allah sendiri. Hiburan ini tidak diperoleh karena melihat darah musuh yang tertumpah, tetapi karena mengetahui bahwa Allah sedang menegakkan keadilan di dunia dan suatu hari akan mendirikan kerajaan damai-Nya.
v  Mengenai Kota Niniwe dan Pemerintahannya
            Kota kuno Niniwe terletak di dekat Sungai Tigris, di Mesopotamia Utara. Mungkin orang sudah mendiami Niniwe sebelum tahun 3000 SM. Niniwe dibangun dan didiami kembali berkali-kali pada abad-abad sebelum sanherib menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan Asyur yang sedang berkembang tahun 705 SM.
            Penelitian arkeologis selama lebih dari seabad di Niniwe telah menunjukkan kemegahan ibukota Asyur selama masa kejayaan Asyur di bawah pemerintahan Sanherib (kira-kira 705-681 sM), Esardon (kira-kira 681-669 sM) dan Asyurbanipal (kira-kira 669-633 sM). Di bawah Raja Esarhadon dan Asyurbanipal, kekuatan Asyur terus bertumbuh dan menancapkan pengaruhnya sampai ke Mesir. Selama masa itu, Niniwe merupakan kota yang paling berpengaruh di dunia dan menjadi sebuah pusat perdagangan dan kebudayaan.
             Saat itu, Niniwe adalah kota terkuat di dunia yang dikelilingi oleh tembok setinggi 100 kaki (lebih dari 30 m) yang lebarnya bisa memuat empat kereta kuda dikendarai secara berjajar. Di beberapa tembok tersebut, terdapat menara yang tingginya 100 kaki di atas tembok kota sebanyak 200 menara.[4] Lagipula tembok tersebut di kelilingi oleh parit yang lebarnya 150 kaki (lebih dari 45 m) dan dalamnya 60 kaki (lebih dari 18 m).
            Kemegahan-kemegahan lain diantaranya termasuk tembok besar sepanjang 13 km yang didirikan oleh Sanherib, sistem pengairannya termasuk salah satu saluran buatan yang terkuno dan istana Asyurbanipal serta perpustakaan kerajaannya yang menampung lebih dari 20.000 lempengan tanah liat yang dijemur untuk membuat batu bata yang digunakan untuk membuat tembok. Perpustakaan yang sangat besar ini ditemukan oleh para arkeolog 2500 tahun sesudah masa hidupnya. Begitu pula halnya dengan Asyurbanipal yang menjadikan Niniwe tempat tinggalnya yang utama. Pahatan gambar-gambar timbul di istananya. Dimana pada saat itu Asyur yang sedang berada dalam puncak kejayaan pemerintahnya, yang memancarkan kesombongan, kemakmuran dan kekuasaannya. Dengan kondisi kota semacam itu, pada zaman nabi nahum, tidak terbayangkan bagaimana kota Niniwe bisa dihancurkan oleh musuh. Bangsa Niniwe mengira bahwa kota mereka tidak akan terkalahkan oleh apapun juga. Namun, kekayaan serta kekuatan yang hebat itu tidak dapat menyelamatkan mereka.
            Di zaman dahulu bangsa Asyur terkenal sangat kejam, bengis, congkak dan tidak bermoral terhadap para tawanan perang mereka. Setelah menyerbu sebuah kota, mereka tanpa mengenal ampun akan membantai ratusan orang dan mengangkut sisanya ke berbagai bagian kerajaan mereka. Ketika menuju ke tempat pembuangan makin banyak lagi yang tewas akibat perjalanan berat dan sangat melelahkan (bdk Nah 3:3). Para pemimpin kota dan bangsa yang dikalahkan disiksa tanpa belas kasihan dan akhirnya di bunuh. Allah memakai orang Asyur yang jahat ini sebagai pelaksana hukuman untuk membinasakan ibu kota Israel, samaria dan mengangkut kerajaan utara ke dalam pembuangan.
            Asyur melakukan banyak kekacauan di seluruh wilayah kekuasaannya, termasuk di wilayah Yehuda. Raja-raja Asyur adalah raja-raja yang suka berperang. Dengan kejam mereka memusnahkan bangsa-bangsa yang berani memberontak melawan mereka,  menuntut pajak yang berat, dan tidak berkompromi terhadap pembatalan perjanjian. Asyur memerintah dengan keras dan kejam.
            Niniwe dikalahkan oleh bangsa Medes dan Babel sekitar 600 tahun SM. Seperti yang telah dinubuatkan oleh Nabi Nahum bangsa yang menetang Allah akan mendapat hukuman. Nubuat Nabi Nahum digenapi saat banjir yang membuat sungai tigris meluap dan menghancurkan sebagian tembok kota Niniwe, sehingga bangsa Babel bisa menyerbu masuk melalui tembok-tembok yang runtuh, lalu bangsa itu menjarah dan juga sebagian kota itu dihanguskan oleh api. Banjir merupakan hukuman Allah atas Asyur bagaikan air bah yang tidak dapat dihentikan. Kejahatan penduduk kota Niniwe yang luar biasa membuat rencana hukuman kali ini tidak ditunda lagi. Keadilan Allah tidak ragu-ragu untuk menjatuhkan hukuman. Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang Ia janjikan (baik berkat maupun hukuman) dan Dia setia memegang janjiNya. Tidak ada yang bisa menghalangi Allah untuk menghukum bangsa yang tidak taat, tidak tembok-tembok kota, tidak juga sungai yang mengelilinginya, tidak juga pasukan Asyur. Penghancuran kota Niniwe begitu tandas tidak bersisa sama sekali. Tahun 1945 para arkeolog menggali puing-puing kota besar Niniwe itu. Mereka menemukan sisa-sisa istana yang dahulu begitu indah, juga ribuan prasasti yang mengisahkan sejarah Asyur. Niniwe menjadi timbunan puing yang sunyi sampai sekarang, pada masa ini menjadi padang rumput bagi kawanan ternak.
v  Tema Di dalam Kitab Nahum
-          Allah itu sabar dan mengasihi.
-          Baik pujian bibir maupun karya tangan, bersama-sam memampukan kita untuk menyembah Allah.
-          Satu orang yang dipimpin Allah adalah mayoritas.
-          Janji Allah adalah past baik berkat maupun penghukuman.
-          Kita tidak seharusnya bersandar pada kekuatan kita tetapi pada Dia Allah yang luarbiasa.
-          Pembalasan adalah hak yang disimpan dan diperuntukkan bagi Allah saja.
v  Isi Kitab Nahum
            Gambaran isinya secara garis besar adalah:
1.      Gambaran tentang kedatangan Tuhan yang akan melaksanakan hukumanNya ditengah-tengah bangsa-bangsa (Nah 1)
2.      Gambaran tentang keruntuhan Niniwe (Nah 2-3)
            Secara sederhana, kitab ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian tema besar yakni:
  Nahum 1:2-8 :  menonjolkan aspek dari sifat YHWH
  Nahum 1:9-2:2 : restorasi atau pemulihan Israel dan Yehuda dari penyerbuan yang mereka alami
  Nahum 2:3-3:19 : kehancuran kota Niniwe, ibukota kerajaan Asiria
Versi lain menggambarkan struktur kitab ini sebagai berikut:
  Nahum 1:2-14 : Pemberitahuan umum akan penghukuman Niniwe. Nubuat yang tegas dari Allah melalui Nahum untuk melawan dan menghukum Niniwe memastikan kedaulatan Allah. Niniwe akan mengalami keganasan murka Allah sehingga penindasan terhadap kota itu akan dirasakan dengan segera.
  Nahum 2:1-14 : Gambaran penghakiman Allah atas Niniwe. Penghakiman Allah ini digambarkan dengan realitas luka dan darah yang jauh lebih buruk dari rasa sakit, panik, atau malapetaka yang disebabkan oleh gerombolan perampok bersenjata. Murka atau amarah digambarkan dengan hebat.
  Nahum 3:1-19 : Kepastian penghakiman atau penghukuman Niniwe. Dengan sebuah pertanyaan retoris (bdk. 3:7), Nahum menegaskan akan kepastian datangnya penghukuman Allah. Kepastian akan penghukuman Allah ini disebabkan oleh dosa mereka dan sebuah seruan kejatuhan dan kelemahan Niniwe.
            Secara rinci, bagian-bagian dalam kitab Nahum dapat dilihat dalam skema sebagai berikut:
  Judul (Nahum 1:1)
  Mazmur pujian terhadap Allah (Nahum 1:2-8)
  Yahwe-sebagai Allah yang pencemburu (Nahum 1:2-3a)
  Yahwe-Allah sang pencipta (Nahum 1:3b-5)
  Yahwe-Allah sang pengasih dan hakim (Nahum 1:6-8)
            Tanggapan atau jawaban atas nubuat (Nahum 1:9-2:3)
  Kata-kata perdebatan dan ramalan penghakiman atas Asiria (Nahum 1:9-11)
   Sabda keselamatan bagi yehuda (Nahum 1:12-13)
  Sabda penghakiman atas Raja Asiria (Nahum 1:14)
  Sabda keselamatan bagi Yehuda (Nahum 2:1,3)
  Kata-kata penghakiman terhadap Niniwe (Nahum 2:2, 4-11)
  Nyanyian sindiran melawan Niniwe (Nahum 2:12-14)
  Sabda penghakiman melawan Niniwe (Nahum 3:1-7)
  Perbandingan kejatuhan Niniwe dengan Tebe (Nahum 3:8-13)
  Peringatan bagi Niniwe (Nahum 3:14-17)
  Kesukacitaan atas takluknya Niniwe (Nahum 3:18-19)
v  Nilai-nilai sastra
              Nahum menggunakan banyak kiasan yang wajar dan singkat, misalnya dayang-dayang istana yang:
              “mengaduh seperti suara merpati
                     Sambil memukul-mukul dada,”(Nah 2:7)
Benteng-benteng Asyur disamakan dengan pohon-pohon ara yang berbuah:
              “jika diayunkan, maka jatuhlah buahnya
ke dalam mulut orang yang hendak memakannya.”(Nah 3:12)
Nahum juga memakai sekurang-kurangnya dua kiasan panjang:
§  Niniwe disamakan dengan tempat persembunyian di mana singa betina dan anak-anaknya mondar-mandir dengan gelisah sementara menunggu singa jantan pulang dengan mangsanya (Nah 2:11-12). Yang menggambarkan Asyur yang mempertahankan diri dengan menaklukkan bangsa-bangsa asing setiap tahun;
§  Niniwe bukan lagi pelacur cantik yang menggoda bangsa-bangsa menuju kehancuran; Niniwe sekarang menjadi tontonan dunia, ketelanjangannya tidak tertutupi, ia dilempari dengan sampah oleh orang-orang yang lewat dan tidak seorangpun memperdulikannya (Nah 3:4-7).
Walaupun Nahum ahli sastra, namun Kitab Nahum tidak termasuk tulisan Perjanjian Lama yang terbesar, oleh karena jenis temanya.

v  Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
              Perjanjian Baru secara langsung memakai kitab ini. Satu-satunya ayat yang mungkin dikutip dalam Perjanjian Baru ialah Nah 1:15; sebuat ayat yang dipinjam Nahun dari Yes 52:7. Paulus memakai kiasan “eloknya kaki” untuk menekankan bahwa sama seperti seorang pembawa berita dalam Perjanjian lama diterima dengan penuh sukacita oleh umat Allah ketika menyampaikan kabar baik damai sejahtera dan pembebasan dari musuh mereka, yaitu Asyur (Nahu 1:15) dan Babel (Yes 52:7), demikian pula pengkhotbah perjanjian yang baru membawa kabar baik pembebasan dari belenggu dosa dan kuasa iblis melalui Yesus Kristus (Rom 10:15). Kitab Nahum juga menggarisbawahi amanat Perjanjian Baru bahwa Allah tidak akan membiarkan orang-orang berdosa bebas dari hukuman (Nah 1:3).    


v  Ajaran-Ajaran Utama Dalam Kitab Nahum:
ü  Nahum memberitakan hukuman atas bangsa niniwe dan hal itu justru merupakan pembebasan bangsa yehuda dari penindasan. Nahum melukiskan kebesaran Allah sebagai raja yang sabar dan berkuasa atas seluruh dunia, tetapi Allah jiga adil dan suci sehingga Ia menghukum kejahatan. Allah yang mahakuasa membalas perbuatan yang jahat dengan penghukuman yang keras.
ü  Gambaran tentang hukuman atas bangsa niniwe yang tidak mau bertobat. Nabi nahum menggambarkan bahwa kota niniwe akan direbut, dikepung, dijajah, dan dihancurkan sehingga tidak ada lagi orang yang membangunnya (nah 2:1-13).
ü  Sebab-sebab hukuman atas kota niniwe. Di sini nabi nahum menjelaskan bahwa pemusnahan kota niniwe disebabkan karena bangsa itu tidak mau bertobat dari keserakahan serta kejahatan-kejahatan. Dan sebagai hukuman Allah terhdap dosa bangsa itu maka kota niniwe dihancurkan.
Kesimpulan:
1)      Kitab nahum mengajarkan bahwa Allah adalah Allah yang mahapengampun dan panjang sabar, tetapi Ia juga adalah Allah yang penuh kemurkaan terhadap bangsa atau orang yang tidak mau bertobat dari dosa-dosanya.
2)      Kehancuran kota niniwe merupakan peringatan terhadap bangsa-bangsa yang tidak mau mengenal Allah.
3)      Allah membalaskan perbuatan manusia sesuai dengan perbuatannya.
v  Pokok Ajaran Teologis Kitab Nahum
            Ada beberapa pkok ajaran teologis singkat yang dapat ditemui dalam kitab nahum yakni sebagai berikut:
1.      Syair pertama dari kitab ini menggambarkan Allah sebagai hakim untuk seisi dunia sekaligus Allah yang pencemburu, pembalas dan pendendam bagi mereka yang bersalah. Allah yang maha adil sangat menentang tindakan ketidakadilan dan ketidakberkemanusiaan. Dengan menjalani kehidupan yang beriman, yang ditentukan oleh Allah, maka orang dapat lepas dari kemarahan Allah.
2.      Suatu konsep tabur-tuai yang mana barangsiapa hidup dengan ketidakadilan, ia mati dalam ketidakadilan; barangsiapa hidup dalam kejahatan akan dirangkul oleh kejahatannya sendiri; barangsiapa hidup dalam perang akan jatuh oleh perang; barangsiapa hidup dengan pedang akan mati oleh pedang. Dengan ini, kitab Nahum berusaha menekankan akan adanya kesamaan hak dan keadilan bagi semua manusia.
3.      Hubungan antara Allah dengan kehidupan manusia nyata digambarkan dengan jelas melalui penggambaran hubungan antara Allah dengan bangsa Israel dan Yehuda. Gambaran Allah mengasihi umat-Nya menunjukkan bahwa terjadi patokan-patokan etis serta sikap moral sebagai bentuk nyata dari hubungan tersebut.















DAFTAR PUSTAKA
Kramer, A. Th. Singa Telah Mengaum Nabi Sebagai Penyambung lidah tuhan. Kupang: BPK Gunung Mulia, 1997.
Blankerbaker, Frances. Inti Alkitab Untuk Para Pemula, terj. Ny. D. Susilaradeya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cetakan ke-4, 2004.
Alkitab Edisi Studi. Jakarta : LAI, 2010.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jilid II, 1995.
Pringgodigdo, A. G. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta : Kanisius, 1990.
W. S. Lasor & F. W Bush, Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cetakan Ke-2, 1996
www. SABDAwebpengantarfulllife-Nahum.org
 http//www. Ajaran Utama Alkitab-Nahum. Com
http//www. GEMA, Santapan Harian jumat 2 maret 2012. Com
I .Snoek. Sejarah Suci. Kwintang, Jakarta pusat: BPK Gunung Mulia. 1955



[1] http//www. Suhartanatanael@gmail.com on January 8, 2011 in Alkitab di download pada hari kamis tanggal 25 pukul 12.13 wita
[2] Menurut von Rad (1965: hal. 188) syair Nahum “luar biasa indahnya”
[3] Kampung halamannya, elkosy, juga tidak diketahui tempatnya walaupun ada yang mengusulkan beberapa tempat di Asyur, Galilea dan Yehuda.
[4] http//www. Suhartanatanael@gmail.com on January 8, 2011 in Alkitab

Rabu, 25 Desember 2013

BELAJAR MENGENAL KITAB ESTER DALAM PERJANJIAN LAMA

                                                                KITAB ESTER
Latar belakang kitab Ester
          Kitab Ester ditulis sesudah kitab Nehemia, sekitar tahun 30 tahun sebelum masa hidup Nehemia. Kitab Ester menceritakan kembali bagaimana Allah membebaskan umat-Nya pada waktu mereka terancam pembinasaan fisik. Ester, sang pahlawan disebut 52 kali, sehingga dengan mudah ia memenuhi syarat untuk dijuluki “wanita yang paling banyak dibicarakan dalam Alkitab. Orang-orang Yahudi membaca kitab Ester pada hari-hari raya, yang dinamakan hari raya purim. Kitab Ester selalu dibacakan setiap tahun sebagai bagian dari perayaan, jemaat diberi kesempatan mengambil peranan pada bagian-bagian tertentu untuk mengungkapkan kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka atas isi bacaan itu. Pada saat itu orang Yahudi mengalami pengejaran di sepanjang masa, kitab ini selalu menopang harapan akan kelepasan terakhir dan kehidupan seterusnya, dan menghidupkan juga pengharapan nasional. Asal kata ‘Purim’ berasal dari kata ibrani ‘Pura’ “yang berarti pemeras anggur” pemeras anggur menunjukan kemurkaan Allah. Kitab Ester adalah kitab ke-12 dari kitab sejarah, dan kitab ke-17 dari perjanjian lama. Kitab Ester lebih mendasarkan pada suatu penilaian subjektip mengenai dapat tidaknya diperayai daripada mendasarkannya atas pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa Persia pada abad 5 sm. Kitab Ester juga termasuk dalam 5 megillot dan dibaca pada saat pesta Purim, yaitu pada tanggal 14-15 adar, yaitu bulan terakhir dari tahun Yahudi pada bulan februari. Ada  5 sumber utama mempunyai penjelasan yang tidak berkaitan satu sama lain  dalam  kitab Ester.
1.      The Histories (sejarah) karya ahli sejarah yunani, Herodotus. Setelah mengadakan perjalanan yang  panjang dan luas dia menulis pada parohan ke-2 abad ke-5 SM. Herodotus menelusuri kejadian-kejadian yang membawa Persia bertentangan dengan Yunani. Pada pasal 7-9 berkaitan dengan periode ketika itu dalam mana Ester termasuk.
2.      Prasasti dari raja Ahasyweros yang ditemukan di Persepolis dan diterjemahkan dalam Anet dan kita dapat mengetahui kesaksian raja Ahasyweros”saya Ahasyweros, raja agung satu-satunya raja dari semua negara yang memakai segala macam bahasa, raja dari bumi raya.
3.      Penggalian-penggalian di Susan oleh beberapa arkeolog Perancis menemukan suatu naskah yang melaporkan bagaimana raja Darius membangun istananya dengan menggunakan bahan-bahan dari semua pelosok kerajaan itu. Ahasyweros menyelesaikan apa yang di mulai oleh bapanya. Seluruh kompleks istana itu dikelilingi tembok bata yang tinggi, terletak di luar sebelah barat  kota, diantara kota dengan sungai khoaspes. Sungai itu mengalirkan air ‘Paradiso raja’ atau taman di sekitar ruangan tahta.
4.      Suatu lempengan tanah liat bertuliskan huruf baji dari Borsippa dekat babel, menyebutkan Marduka sebagai pejabat tinggi istana Susan pada permulaan pemerintahan Ahasyweros, sebagai bawahan Ustannu  wali negara dari babel dan daerah di seberang sungai. Marduka ini telah disamakan dengan Mordekhai, jika saran ini diterima, rupanya Marduka adalah  pejabat penting sebelum tampil dalam Ester.
5.      Dalam kumpulan lempengan tanah liat dari masa pemerintahan Artahsasta 1 dan Darius II, lebih dari 100 nama Yahudi timbul karean kedudukan penting dalam kerajaan itu. kita tahu bahwa Nehemia adalah juru minuman raja Artahsasta 1 (nehemia 1:11), tapi kita dapat tambahan bahwa beberapa orang Yahudi juga menjabat sebaga bupati daerah administratip. Hal demikian tidak mungkin dalam masa Darius 1, karena suatu perubahan tentu telah terjadi antara pemerintahannya dan waktu pemerintahan Artahsasta yaitu, pada masa Ahasyweros. S .H. Horn (biblical Reasearch, IX, 1964) menyarankan bahwa pengaruh Mordekhai adalah unsur penyebabnya.

Isi  Kitab Ester
1.     Orang-Orang  Yahudi Terancam
       Kejatuhan Ratu wasti (pasal 1) perjamuan besar yang diselenggarakan Ahasyweros pada kesempatan ini merupakan pertemuan perencanaan untuk mempersiapkan serangan militer terhadap Yunani. Jika memang demikian, pesta itu mengakibatkan pertempuran-pertempuran : Artemisium, Termopile, dan Salamis. Lamanya perjamuan itu tidak hanya memperlihatkan kebesaran kerajaan, tetapi secara praktis bertujuan mengizinkan penampilan para pembesar dan orang bangsawan secara bergiliran sehingga tidak terlalu mengganggu pemerintahan negara. Orang-orang Persia dikenal menggemari jamuan yang mewah, dan sejarah mencatat perjamuan itu dihadiri oleh sekitar 15.000 orang tamu di tengah-tengah keadaan yang mewah dan perbekalan yang melimpah. Perkumpulan –perkumpulan semacam itu menyediakan hiburan dan juga makanan secara cuma-cuma. Ratu Wasti telah melakukan tindakan yang salah ketika menolak untuk tampil di depan raja dan tamu-tamu yang lagi mabuk. Seklipun demikian, raja mengindahkan saran Memukan, seorang penasihat yang menganggap bahwa teladan perbuatan Wasti tidak boleh dibiarkan. Ia beranggapan bahwa Wasti, melalui tindakannya tidak memenuhi perannya secara benar sebagai wanita yang utama dalam kekaisaran. Dengan demikian, Wasti diturunkan dari tahta, dan sebuah maklumat dikirim ke seluruh kekaisaran yang menegaskan bahwa para istri harus menghormati suami mereka. Tradisi bangsa  Media dan Persia menetapkan bahwa setelah  raja mengumumkan keputusannya,maka keputusan itu pantang diubah. Karena itu meskipun raja Ahasyweros mempertimbangkan kembali perihal ratunya, ia tidak dapat membantalkan apa yang telah diputuskannya. Nama Ahasyweros adalah transsliterasi Ibrani dari nama Persia Khshayarsha, yang lebih dikenal dalam bentuk Yunani yaitu Xerxes. Dia menggantikan bapanya Darius dan memerintah tahun 486-465, 4 SM. Identitasnya yang tepat dijamin oleh catatan penulis mengenai keluasan kerajaannya, dari India yaitu daerah yang sungai-sungainya bermuara di sungai Sindhu, yang ditambahkan kepada kekuasaan Persia oleh Darius ke Etiopia atau Kash, sekarang Sudan Utara ditaklukkan oleh Kambyes Persia 530-522 seratus dua puluh tujuh daerah.  Ada seorang gadis yang Tuhan pakai untuk menyelamatkan bangsanya yaitu bangsa Yahudi dari bahaya maut. Ia tinggal dalam ibukota Susan di kerajaan media dan Persia ketika itu orang-orang Yahudi rombongan pertama sudah kembali ke negeri Yehuda gadis itu bernama Ester. Ketika  itu hamba-hamba raja mengusulkan “ baiklah kami mencari seorang permaisuri lain untuk raja kami akan mengumpulkan semua gadis cantik-cantik dari seluruh kerajaan ini, nanti raja yang akan memilih mana yang paling cantik untuk dijadikan permaisuri pegganti Wasti”. Di kota Susan tinggal seorang Yahudi yang sudah tua, namanya Mordekhai dan bersama dia ada seoranag gadis cantik Ester. Mordekhai adalah bapak angkatnya, orang tuanya sudah meninggal dan dia dijadikan anak angkat oleh orang tua yang baik hati itu .Kedua orang itu saling mengasihi, ketika hamba-hamba raja mencari gadis-gadis sebagai calon permaisuri, mereka bertemu dengan Ester yang cantik itu lalu dibawa ke istana.  Tidak lama kemudian Mordekhai mendengar bahwa raja Ahasyweros telah memilih Ester. Daya tarik alamiahnya Ester membangkitkan kekaguman raja, siasatnya berhasil sepenuhnya sehingga “ Ester dikasihi oleh baginda lebih daripada perempuan lain dan baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu”. Wali Ester Mordekhai, saudara sepupu ayahnya memelihara hubungan yang akrab sekalipun Ester mempunyai kedudukan yang tinggi. Kunjungan yang dilakukannya setiap hari bersamaan dengan pelaksanaan tugas-tugas resmi atas nama raja. Karena itu Mordekhai, sanggup turun tangan ketika menemukan bahwa dua orang staf istana berkomplot hendak membunuh raja mereka. Satu teori yang masuk akal beranggapan bahwa orang-orang ini berusaha membalas dendam atas penolakan Wasti. Melalui laporan Mordekhailah orang-orang berkomplotan itu dihukum. Dalam peristiwa itu sifat Ester nampaknya samakali tidak berubah meskipun kedudukannya yang mulia, sekalipun keturunannya disembunyikannya dari orang-orang yang berada di sekelilingnya
·         Komplotan Haman
      Pengangkatan Haman sebagai perdana menteri merupakan bukti bahwa raja dan istananya sangat meghargainya. Karena Haman didorong oleh kecongkakan pribadi yang sangat, ia memperbesar persoalan-persoalan melebihi proporsi yang masuk akal. Oleh karena itu Haman secara licik membujuk Ahasyweros untuk mengeluarkan sebuah dekrit yang mengumumkan pemusnahan orang-orang Yahudi. Jikalau Haman seorang keturunan Agag orang Amalek (bnd 1 samuel 15:33), seperti tampaknya ditunjukkan (ayat 1). Maka permusuhan antara Haman dan Mordekhai  hanya merupakan suatu pegabadian perorangan dari pertikaian yang sudah berabad-abad lamanya. Prosedur yang ditempuh Haman ketika membuang undi (pur) adalah hal yang lazim di antara orang-orang Media-Persia dan rekan-rekan sebaya mereka bila mereka ingin mendapat tuntunan dan  dalam keputusan-keputusan yang penting . dengan cara inilah Haman apa yang diyakininya sebagai hari terbaik bagi pembinasaan orang Israel. Imbalan yang ditawarkan Haman kepada Ahasyweros untuk mendapatkan hak membinasakan bangsa Israel ditawarkan setara dengan empat puluh miliar rupiah dalam nilai mata uang sekarang. Tidak dapat diragukan bahwa Haman berharap memperoleh jumlah uang sebanyak itu dari harta milik yang akan disitanya dari para korbannya. Sifat tidak beperasaan yang kejam dari hati Haman dinyatakan dalam tindakannya-tindakanya setelaah dektrit itu dikeluarkan. “Sementara itu raja serta Haman duduk minum-minum.
·         Reaksi orang-oarang Yahudi
       Reaksi orang-orang Yahudi terhadap dekrit itu tadi dinyatakan dengan keluh-kesah yang bersifat menyeluruh, disertai perkabungan, puasa, dan ratap tangis. Mordekhai secara mencolok bergabung dengan orang-orang yang berkabung, dan ia menolak menanggalkan kain kabungnya sekalipun Ester mengirimkan pakaian yang kepadanya. Rupanya, hanya Mordekhai yang menyadari bahwa ratu yang cantik itu, adalah seorang wanita Yahudi, dan karena itu termasuk dalam dektrit tersebut. Secara manusiawi, Mordekhai menganggapnya sebagai satu-satunya pengharapan bangsa itu dalam saat yang menbahayakan mereka. Atas desakan Mordekhailah, Ester menyetujui untuk menjadi penengah atas nama umatnya. Mordekhai telah memohon pada Ester, “siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu”. Dengan berani Ester menanggapi, “Aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati”. Dengan memohon dilakukannya puasa selama tiga hari, Ester hampir pasti memahami bahwa ia sedang meminta bantuan ilahi. Ia melihat dirinya memulai suatu tugas yang diutamakannya di atas kesenangan dan kesejahteraan pribadinya, dan bahkan nyawanya sendiri. Sekalipun ia seorang ratu yang mulia, Ester tetap menaruh perhatian kepada kebutuhan bangsanya dan patuh kepada wilayah.
·         Perantaraan Ester
       Raja mengulurkan tongkatnya kepada sewaktu ia muncul dihadapan raja, dan nyawanya selamat. Keramahan yang ditunjukkan raja, sedikit-dikitnya secara diam-diam, menyatakan persetujuan permulaan raja terhadap permohonan yang disampaikannya apa pun juga isinnya. Dengan bijaksana Ester menahan diri dan hanya meminta agar Haman menghadiri suatu jamuan yang diadakannya. Ester hanya memperbaharui undangannya untuk jamuan yang kedua. Kitab Ester secara efektif menggambarkan prinsip peranan yang penting sekali dari para peserta manusiawi yang bijaksana dan terampil dalam penyingkapan rencana Allah yang abadi. Haman sangat gembira dapat hadir pada jamuan ratu, Haman menceritakan penghormatan yang diterimanya kepada kelurga dan para sahabatnaya lalu kemudian mengatakan “Akan tetapi semua itu tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat si Mordekhai si Yahudi itu duduk di pintu gerbang istana raja”. Atas nasihat istrinya Zeresy, Haman terus mengatur pendirian sebuah tiang gantung yang tinggi sambil mengharapkan segera akan menggunakannya untuk menggantung Mordekhai.
·         Haman menghormati Mordekhai
      Kecongkakkan Haman sangat mencolok, karena tidak terbayangkan olehnya bahwa raja ingin menghormati orang lain selain dirinya. Kekuatiran dan frustasi hebat dialami Haman ketika mengetahui bahwa ia sendiri ditugaskan untuk menghormati Mordekhai adalah suatu ironi kehidupan yan terhebat dalam kesusastraan sepanjang masa. Perubahan status yang tiba-tiba sudah pasti menyakinkan Mordekhai bahwa tangan Allah menyertainya. Kitab suci secara khusus mencatat hikmat rekan-rekan Haman dalam hubungan hal-hal ini , “maka kata para orang arif bijaksana dan Zeresy, istrinya kepadanya jikalau Modekhai yang di depannya engkau sudah mulai jatuh, adalah keturunan Yahudi maka engkau akan sanggup melawan dia, malahan engkau akan jatuh benar-benar didepannya”. Para arif bijaksana harus mengakui bahwa tangan Allah melindungi orang-orang Yahudi dan tak satu pun usaha untuk menghancurkan mereka sebagai suatu bangsa dapat berhasil. Haman harus belajar mendapat pelajaran ini dengan mengorbankan nyawanya, sama seperti setiap pengatur komplotan yang diilhami iblis pada generasi-generasi berikutnya.
·         Jamuan terakhir Haman digantung
       Pada perjamuan kedua yang diadakannya, akhirnya Ester membeberkan keadaan buruk yang menimpanya kepada Ahasyweros. Karena telah terbujuk oleh kecantikan dan kemurahan hati Ester, serta juga oleh peristiwa pada malam yang lalu, Ahasyweros dengan cepat mendukung maksud Ester. Perilaku Haman yang pengecut dan tak pantas pada saat ini membawa pelaksanaan hukuman yang cepat terhadapnya di tiang gantungan yang telah disiapkannya bagi Mordekhai. Haman adalah sebuah contoh yang mencolok dari  orang fasik yang terjebak dalam perangkap yang dibuatnya sendiri. Terdapat dasar sejarah tertentu untuk menganggap bahwa tiang gantungan pada zaman Persia hanyalah sebuah pancang yang runcing yang digunakan untuk menyulakan korban.  
2.     Orang-Orang Yahudi Diselamatakan
·        Dekrit Kedua Dari Raja
       Sesudah kematian Haman, raja Ahasyweros terus melimpahkan kepada Ester tidak hanya harta milik Haman, tetapi juga wewenangnya sebagai perdana menteri. Sebaliknya, Ester melimpahkan semuanya  kepada Mordekhai. Demikianlah, Mordekhai dapat memiliki cincin stempel raja. Kebiasaan pada masa itu menetapkan bahwa seorang raja akan mengesahkan dokumen-dokumen resmi dengan menanamkan rancangan cincin stempelnya ke dalam segel lilin pada dokumen itu. Memiliki cincin stempel raja berarti mengambil bagian pada tingkat tertinggi dalam pemerintahan negeri. Sekalipun orang-orang Persia yakin akan keilahian para penguasaan mereka dan beranggapan bahwa tak satu pun dekrit raja dapat dibatalkan, Mordekhai diberi wewenang untuk berusaha sedapat-dapatnya untuk meluputkan orang-orang Yahudi dari hukuman yang mula-mula telah ditetap bagi mereka. Dengan petunjuk khusus dari raja Ahasyweros, Mordekhai mempersiapkan sebuah dekrit resmi agar orang-orang Yahudi dapat bertahan hidup. Pada tanggal yang ditetapkan untuk pemusnahan, mereka diizinkan untuk berkumpul dan membentuk rombongan bersenjata dan bebas untuk melindungi diri mereka serta melakukan pembalasa dendam terhadap musuh-musuh sebagaimana mereka anggap perlu. Sewaktu dekrit ini mencapai masyarakat Yahudi, perkabungan yang pahit segera berubah menjadi sukacita yang riang gembira, dan pengaruhnya telah dibandingkan dengan pemberitahuan keselamatan kepada orang-orang berdosa yang patut dihukum. Mordekhai meninggalkan istana raja dengan berpakaian menjadi penganut agama Yahudi.

·         Pembunuhan Besar-Besaran Musuh Orang-Orang Yahudi
     Orang-orang Yahudi tidak hanya berhasil melindungi diri mereka pada hari malapetaka yang telah diumumkan, tetapi mereka juga berhasil dalam melancarkan perang yang menyerang dan mampu membinasakan sejumlah besar musuh mereka. Di provinsi-provinsi, orang-orang Yahudi menggunakan hari yang ketiga belas bulan Adar untuk bertempur dan hari yang keempat belas maupun hari keempat belas untuk bertempur dan baru pada hari kelima belas mereka beristirahat. Pada hari kedua pertempuran di Susan orang-orang Yahudi membinasakan 300 orang musuh mereka lagi lalu mempertontonkan tubuh kesepuluh anak laki-laki Haman pada sebuah tiang gantungan. Rupanya musuh orang Yahudi yang dibunuh berjumlah 75.000 orang yang terorganisasi secara militer, sekalipun tidak ada barang rampasan yang diambil. Melalui rangkaian peristiwa-peritiwa yang agak tegas ini, orang-orang Yahudi terjamin bebas dari penganiayaan dan menikmati perdamaian nasional selama tahun-tahun mendatang mendatang.
·         Mordekhai Perdana Mentari
       Kebesaran Ahasyweros dan kekaisaran Persia benar-benar mempertinggi status Mordekhai dalam peranannya sebagai perdana menteri. Baik dalam kata-kata maupun dalam perbuatan, selama hari-hari yang sangat kelam, Mordekhai telah mengusahakan hanya kebajikan dan kemakmuran  untuk kaumnya. Pengharapannya, dan pasti doa-doanya, telah dibenarkan dan demikianlah ia dinyatakan sebagai seorang pelepas agung dari kaumnya. Bahwa hamba Allah yang saleh ini telah ke suatu kedudukan yang demikian penting dalam sebuah kekaisaran yang bukan Yahudi sesungguhnya merupakan suatu kesaksian terhadap cara-cara Allah yang diliputi misteri. Dalam penyingkapan rencana Allah yang ilahi sepanjang zaman, jari Allah senantiasa menjamah orang-orang pilihan-Nya untuk mengisi peranan yang penting sekali, dan jelas bahwa Ester dan Mordekhai bersamanya, hanyalah orang-orang pilihan semacam itu.
Ø Latar Belakang Sosial
       Berpesta adalah kehidupan sosial yang penting untuk raja-raja Persia, raja sering membuat perjamuan atau pesta makan besar untuk pejabatnya dan kadang-kadang juga untuk masyarakat umum. Kalau banyak orang diundang, pesta itu diadakan di luar taman halaman yang dihiasi khusus untuk pesta itu. Kitab Ester ada beberapa pesta yaitu:
o   Pada tahun yang  ketiga dalam pemerintahannya, diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, tentara Persia dan Media, kaum bangsawan dan pembesar daerah hadir di hadapan baginda ( Ester 1:3 ).
o   Ratu Wasti mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja Ahasyweros ( Ester 1:9 ).
o   Permohonan Ester kepada raja untuk menyelamatkan bangsa orang Yahudi ( Ester 7:2-4 )keduanya terjadi pada waktu pesta.

Ø Latar Belakang Budaya
       Pada perayan purim ( sekitar bulan maret ) lalu Ester, sang ratu anak Abihail, menulis surat bersama-sama dengan Mordekhai orang Yahudi itu. Surat yang kedua tentang hari raya purim dituliskannya dengan segala ketegasan untuk menguatkannya. Lalu dikirimkanlah surat-surat kepada semua orang Yahudi didalam keseratus dua puluh tujuh daerah kerajaan Ahasyweros, dengan kata-kata salam dan setia. Supaya hari-hari  purim itu dirayakan pada waktu yang ditentukan, seperti yang diwajibkan kepada mereka oleh Mordekhai, orang Yahudi itu dan oleh Ester sang ratu dan seperti yang diwajibkan mereka kepada dirinya sendiri serta keturunan mereka mengenai hal berpuasaan dan meratap-ratap. Demikianlah perintah Ester menetapkan perihal Purim, kemudian dituliskan didalam kitab ( Ester 9:29-32 ).
Ø Latar Belakang Ekonomi
       Kerajaan Persia sangat luas, jadi raja mempunyai istana di semua tiga kota terbesar. Pada waktu kisah ini, raja tinggal di kota Susan. Istana raja yang Susan itu sangat luas, kompleks istana dibangun di atas tanah yang atau berbukit yang sedikit jauh dari kota Susan dan dikelilingi benteng. Kompleks istana, atau “benteng istana” itu. sekitar 120 hektar luasnya, ribuan pelayan, pejabat, tentara, dan orang lain di dalam kompleks istana itu.
·        Hal-hal Yang Khusus
1)      Kitab Ester memperlihatkan betapa takhyul adalah tanpa nilai pedoman hidup. Bahkan Haman tidak pernah hidup untuk melihat “nasib baiknya” karena ada Allahlah dan suatu takdir mutlak yang berdaulat penuh mengatur tujuan hidup manusia.
2)      Kitab Ester menyampaikan sesuatu yang penting kepada orang-orang kristen yang percaya. Allah terlihat bertindak memberikan perlindungan kepada umat perjanjian-Nya agar ia boleh menguatkan janji-janji-Nya bahwa Mesias harus lahir benih Abraham.
3)      Tujuan penulis kitab Ester untuk memberitakan keajaiban pelepasan orang Yahudi pada zaman Ahasyweros, supaya kenangan akan itu tetap hidup sepanjang generasi penerus di kemudian hari melalui pelaksanaan perayaan Purim setiap tahun. Keajaiban citra Yahudi yang dipertahankan di tengah-tengah begitu banyak kebudayan lain, adalah suatu fakta sejarah yang tidak dapat disangkal. Demikian juga keajaiban ketahanan Yahudi, kendati semua usaha untuk melenyapkannya berupa pemburuan, penganiayaan. Allah tidak mengenyahkan umat pilihan-Nya pada zaman purba itu, tapi meneruskan memeliharanya dengan rahmat karena Dia setia memegang teguh janji pemeliharaan-Nya untuk selama-lama.
·        Penulisan dan Tanggal
       Tidak diketahui siapa yang menulis kitab Ester ini, tetapi diperkirakan seorang Yahudi yang tinggal di kerajaan Persia, karena jelas si penulis itu tahu adat dan kebiasaan Persia. Tidak disebut sama sekali tentang tanah Yudea atau kota Yerusalem, kitab ini ditulis sekitar tahun 460 SM. Tidak lama sesudah peristiwa-peristiwa yang terjadi.
·        Pokok-pokok Utama Isi Kitab Ester
1)      Pasal 1 : Raja Ahasyweros menceraikan istrinya, ratu Wasti.
2)      Pasal 2 : Ester, seorang gadis Yahudi menggantikan wasti sebagai ratu. Kemudian Mordekhai raja dari suatu musibah.
3)      Pasal 3 : Haman berniat untuk membunuh semua orang Yahudi yang ada di dalam kerajaan Persia.
4)      Pasal 4-5 : Atas desakan Mordekhai, Ester bersedia menolong bangsanya dan menyelamtkan mereka dari dari rencana Haman. Haman menyediakan sebuah tiang sula untuk Mordekhai.
5)      Pasal 6 : rencana Haman gagal, sebab raja menghormati Mordekhai karena jasa-jasanya untuk menyelamatkan raja.
6)      Pasal 7 : Ester menuduh Haman di depan raja karena niatnya untuk membunuh semua orang Yahudi. Atas perintah raja, Haman dihukum sula dan semua orang Yahudi diberi izin untuk membela diri dari musuh-musuhnya ( ayat 1-9:17 ).
7)      Pasal 8 : Wali negara baru dan maklumat baru.
8)      Pasal 9 : Penetapan hari perayaan Purim.
9)      Pasal 10 : Kebesaran Mordekhai














                                                            Daftar Pustaka
1)       Siahaan-Nababan. Ny. J. Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Lama. Pt Bpk Gunung Mulia, 2007.
2)       Blankenbaker. Francos. Inti Alkitab Untuk Para Pemuda. Jakarta, Gunung Mulia, 2004.
3)      Dr. Soedarmo. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. Jakarta, Bpk Gunung Mulia, 1980.
4)      Holdcroft. L. Thomas.  Kitab-Kitab Sejarah. Gandum Mas cetakan pertama 1992, cetakan kedua 1996.
5)      Dr. J. Blommendaal. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Pt Bpk Gunung Mulia. 1996.

6)      Kitab Ester-Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas.