Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Selasa, 31 Desember 2013

Belajar dan mengenal Kitab Nahum dalam Perjanjian Baru

MAKALAH
DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS
PENGANTAR HERMENEUTIKA PERJANJIAN LAMA II
Dosen pengampu :
Pdt. Bimbing Kalvari M.Th

Oleh:
Pransiska
11.16.27



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
BANJARMASIN 2012
Ø  PEMBAHASAN
KITAB NAHUM
v  Latar Belakang
            Namun memasuki zaman nabi nahum, semuanya berubah, kehidupan orang-orang Niniwe kembali seperti saat mereka belum bertobat. Mereka mulai menentang Tuhan dan melakukan kejahatan terhadap Tuhan. Melihat gelagat yang tidak berkenan tersebut, melalui Nahum, Tuhan menyatakan ketidaksenangan-Nya. Allah murka terhadap cara hidup orang-orang Niniwe. Intinya Pada zaman Nabi Yunus, penduduk Niniwe bertobat. Tetapa lama kelamaan mereka terjerumus lagi ke dalam kejahatan yang lebih besar. Dalam Kitab Yunus ditunjukkan kesabaran Allah. Dalam kitab nahum ditunjukkan kemarahan Allah.
            Kitab Nahum tentang malapetaka untuk Asyur dan menghibur bangsa-bangsa yang diancam dan dirugikan oleh bangsa Asyur termasuk Yehuda. Kitab Nahum memiliki keunikan sekaligus kesamaan dengan kitab Para Nabi yang lain. Sebagian besar Nabi adalah Pengkhotbah dan nubuat-nubuat mereka yang semula disampaikan secara lisan selanjutnya dituliskan dalam sebuah Kitab. Hal ini berbeda dengan Nahum. Ia lebih sebagai seorang penulis daripada pengkhotbah.
            Kitab Nahum juga memiliki kesamaan dengan kitab lain. Kesamaan ini terutama berhubungan dengan Kitab Yunus. Nubuat dalam kitab ini sama-sama ditujukan secara eksklusif pada satu bangsa kafir, yaitu penduduk Niniwe (Yun 1:2;Nah 1:1). Perbedaannya terletak pada respon terhadap berita penghukuman yang dibawa oleh dua Nabi Allah ini. Kalau pada abad ke-8 SM Yunus berkhotbah dengan enggan tetapi penduduk Niniwe berkabung dan bertobat sehingga diselamatkan dari murka Allah, sekitar satu abad sesudahnya Nahum memberitakan penghukuman tetapi Niniwe akhirnya benar-benar dimusnahkan oleh Allah.
v  Tentang Nabi Nahum
            Nahum adalah salah satu Nabi Perjanjian Lama yang berkarya sebelum bangsa israel (Yehuda) ditaklukkan dan penduduknya dibuang ke Babel. Nahum adalah pengarang sastra yang sangat baik, hanya sedikit penyair dalam Perjanjian Lama yang menyainginya.[2]  Penulis Kitab Nahum ialah Nabi Nahum. Ia hidup pada masa yang sama dengan Nabi Yeremia. Nahum seorang nabi yang memperkenalkan dirinya orang Elkosh atau Elkosy (Nah 1:1). Dalam bahasa ibrani Nahum berarti “penghiburan” atau “dihibur oleh Tuhan”. Nahum mempunyai misi untuk memberitakan penghakiman Allah yang akan datang melawan Niniwe dan penghiburan Allah atas Israel.  Tidak diketahui apa-apa tentang nabi ini kecuali ia berasal dari elkosy (nah 1:1), sebuah kota kecil yang tempatnya tidak diketahui.[3] Nahum memberitakan nubuatnya sebelum kejatuhan Niniwe. Melalui Nabi Nahum, Allah telah mengumumkan rencana penghancuran kota Niniwe.
            Nabi Nahum menubuatkan kejatuhan kerajaan Asyur dan Niniwe, ibukotanya. Asyur yang sangat berkuasa telah membuat sejumlah bangsa lain menderita, termasuk umat israel. Asyur memang telah menyerang dan mengalahkan Kerajaan Israel Utara  pada tahun 722 SM, menawan banyak penduduknya ke pembuangan. Selama seratus tahun berikutnya, Asyur menjadi ancaman bagi Kerajaan Selatan (Yehuda). Namun, Nahum menenangkan penduduk Yehuda bahwa Allah segera akan membebaskan mereka dari belenggu-belenggu Asyur, sehingga mereka bisa menikmati damai dan merayakan hari-hari keagamaan mereka.
            Nahum bernubuat setelah jatuhnya kota Tebe, di Mesir, pada tahun 662 sM (bdk Nahum 3:8), dan sebelum jatuhnya kota Niniwe pada tahun 612 sM. Di mana Kota Tebe adalah ibu Kota Mesir yang kaya dan makmur selama lebih dari seribu tahun hingga tahun 663 SM,ketika raja Asyurbanipal merebutnya. Nahum bernubuat pada masa antara dua peristiwa, yakni jatuhnya Kota Tebe ketangan pasukan Asyur dibawah pimpinan Asyurbanipal pada tahun 663 sM (Nah 3:8-10) dan hancurnya kota besar Niniwe pada tahun 612 sM. Nahum melaksanakan tugasnya sebagai nabi sekitar tahun 615 SM. Pada saat ia berkarya, israel berada dalam kekuasaan bangsa Asyur.
            Berbeda dengan warta Nabi pada umumnya, pewartaan Nahum menekankan pada kecongkakan, kesombongan, kekejian dan penindasan yang dilakukan oleh bangsa Asyur. Ia mewartakan penghukuman Yahwe akan segera datang bagi kota yang jahat itu. Wartanya merupakan harapan, doa dan pujian dari umat israel (Yehuda) kepada Allah.
                Nahum mempunyai dua tujuan dalam kitab nubuat ini:
1.       Allah memakai dia untuk memberitakan datangnya kebinasaan ibu kota Asyur, Niniwe, yang kejam dan jahat. Tidak ada bangsa sekejam Asyur yang dapat berharap akan lolos dari hukuman Allah.
2.       Pada saat yang bersamaan, Nahum memberitakan penghiburan untuk umat Allah sendiri. Hiburan ini tidak diperoleh karena melihat darah musuh yang tertumpah, tetapi karena mengetahui bahwa Allah sedang menegakkan keadilan di dunia dan suatu hari akan mendirikan kerajaan damai-Nya.
v  Mengenai Kota Niniwe dan Pemerintahannya
            Kota kuno Niniwe terletak di dekat Sungai Tigris, di Mesopotamia Utara. Mungkin orang sudah mendiami Niniwe sebelum tahun 3000 SM. Niniwe dibangun dan didiami kembali berkali-kali pada abad-abad sebelum sanherib menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan Asyur yang sedang berkembang tahun 705 SM.
            Penelitian arkeologis selama lebih dari seabad di Niniwe telah menunjukkan kemegahan ibukota Asyur selama masa kejayaan Asyur di bawah pemerintahan Sanherib (kira-kira 705-681 sM), Esardon (kira-kira 681-669 sM) dan Asyurbanipal (kira-kira 669-633 sM). Di bawah Raja Esarhadon dan Asyurbanipal, kekuatan Asyur terus bertumbuh dan menancapkan pengaruhnya sampai ke Mesir. Selama masa itu, Niniwe merupakan kota yang paling berpengaruh di dunia dan menjadi sebuah pusat perdagangan dan kebudayaan.
             Saat itu, Niniwe adalah kota terkuat di dunia yang dikelilingi oleh tembok setinggi 100 kaki (lebih dari 30 m) yang lebarnya bisa memuat empat kereta kuda dikendarai secara berjajar. Di beberapa tembok tersebut, terdapat menara yang tingginya 100 kaki di atas tembok kota sebanyak 200 menara.[4] Lagipula tembok tersebut di kelilingi oleh parit yang lebarnya 150 kaki (lebih dari 45 m) dan dalamnya 60 kaki (lebih dari 18 m).
            Kemegahan-kemegahan lain diantaranya termasuk tembok besar sepanjang 13 km yang didirikan oleh Sanherib, sistem pengairannya termasuk salah satu saluran buatan yang terkuno dan istana Asyurbanipal serta perpustakaan kerajaannya yang menampung lebih dari 20.000 lempengan tanah liat yang dijemur untuk membuat batu bata yang digunakan untuk membuat tembok. Perpustakaan yang sangat besar ini ditemukan oleh para arkeolog 2500 tahun sesudah masa hidupnya. Begitu pula halnya dengan Asyurbanipal yang menjadikan Niniwe tempat tinggalnya yang utama. Pahatan gambar-gambar timbul di istananya. Dimana pada saat itu Asyur yang sedang berada dalam puncak kejayaan pemerintahnya, yang memancarkan kesombongan, kemakmuran dan kekuasaannya. Dengan kondisi kota semacam itu, pada zaman nabi nahum, tidak terbayangkan bagaimana kota Niniwe bisa dihancurkan oleh musuh. Bangsa Niniwe mengira bahwa kota mereka tidak akan terkalahkan oleh apapun juga. Namun, kekayaan serta kekuatan yang hebat itu tidak dapat menyelamatkan mereka.
            Di zaman dahulu bangsa Asyur terkenal sangat kejam, bengis, congkak dan tidak bermoral terhadap para tawanan perang mereka. Setelah menyerbu sebuah kota, mereka tanpa mengenal ampun akan membantai ratusan orang dan mengangkut sisanya ke berbagai bagian kerajaan mereka. Ketika menuju ke tempat pembuangan makin banyak lagi yang tewas akibat perjalanan berat dan sangat melelahkan (bdk Nah 3:3). Para pemimpin kota dan bangsa yang dikalahkan disiksa tanpa belas kasihan dan akhirnya di bunuh. Allah memakai orang Asyur yang jahat ini sebagai pelaksana hukuman untuk membinasakan ibu kota Israel, samaria dan mengangkut kerajaan utara ke dalam pembuangan.
            Asyur melakukan banyak kekacauan di seluruh wilayah kekuasaannya, termasuk di wilayah Yehuda. Raja-raja Asyur adalah raja-raja yang suka berperang. Dengan kejam mereka memusnahkan bangsa-bangsa yang berani memberontak melawan mereka,  menuntut pajak yang berat, dan tidak berkompromi terhadap pembatalan perjanjian. Asyur memerintah dengan keras dan kejam.
            Niniwe dikalahkan oleh bangsa Medes dan Babel sekitar 600 tahun SM. Seperti yang telah dinubuatkan oleh Nabi Nahum bangsa yang menetang Allah akan mendapat hukuman. Nubuat Nabi Nahum digenapi saat banjir yang membuat sungai tigris meluap dan menghancurkan sebagian tembok kota Niniwe, sehingga bangsa Babel bisa menyerbu masuk melalui tembok-tembok yang runtuh, lalu bangsa itu menjarah dan juga sebagian kota itu dihanguskan oleh api. Banjir merupakan hukuman Allah atas Asyur bagaikan air bah yang tidak dapat dihentikan. Kejahatan penduduk kota Niniwe yang luar biasa membuat rencana hukuman kali ini tidak ditunda lagi. Keadilan Allah tidak ragu-ragu untuk menjatuhkan hukuman. Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang Ia janjikan (baik berkat maupun hukuman) dan Dia setia memegang janjiNya. Tidak ada yang bisa menghalangi Allah untuk menghukum bangsa yang tidak taat, tidak tembok-tembok kota, tidak juga sungai yang mengelilinginya, tidak juga pasukan Asyur. Penghancuran kota Niniwe begitu tandas tidak bersisa sama sekali. Tahun 1945 para arkeolog menggali puing-puing kota besar Niniwe itu. Mereka menemukan sisa-sisa istana yang dahulu begitu indah, juga ribuan prasasti yang mengisahkan sejarah Asyur. Niniwe menjadi timbunan puing yang sunyi sampai sekarang, pada masa ini menjadi padang rumput bagi kawanan ternak.
v  Tema Di dalam Kitab Nahum
-          Allah itu sabar dan mengasihi.
-          Baik pujian bibir maupun karya tangan, bersama-sam memampukan kita untuk menyembah Allah.
-          Satu orang yang dipimpin Allah adalah mayoritas.
-          Janji Allah adalah past baik berkat maupun penghukuman.
-          Kita tidak seharusnya bersandar pada kekuatan kita tetapi pada Dia Allah yang luarbiasa.
-          Pembalasan adalah hak yang disimpan dan diperuntukkan bagi Allah saja.
v  Isi Kitab Nahum
            Gambaran isinya secara garis besar adalah:
1.      Gambaran tentang kedatangan Tuhan yang akan melaksanakan hukumanNya ditengah-tengah bangsa-bangsa (Nah 1)
2.      Gambaran tentang keruntuhan Niniwe (Nah 2-3)
            Secara sederhana, kitab ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian tema besar yakni:
  Nahum 1:2-8 :  menonjolkan aspek dari sifat YHWH
  Nahum 1:9-2:2 : restorasi atau pemulihan Israel dan Yehuda dari penyerbuan yang mereka alami
  Nahum 2:3-3:19 : kehancuran kota Niniwe, ibukota kerajaan Asiria
Versi lain menggambarkan struktur kitab ini sebagai berikut:
  Nahum 1:2-14 : Pemberitahuan umum akan penghukuman Niniwe. Nubuat yang tegas dari Allah melalui Nahum untuk melawan dan menghukum Niniwe memastikan kedaulatan Allah. Niniwe akan mengalami keganasan murka Allah sehingga penindasan terhadap kota itu akan dirasakan dengan segera.
  Nahum 2:1-14 : Gambaran penghakiman Allah atas Niniwe. Penghakiman Allah ini digambarkan dengan realitas luka dan darah yang jauh lebih buruk dari rasa sakit, panik, atau malapetaka yang disebabkan oleh gerombolan perampok bersenjata. Murka atau amarah digambarkan dengan hebat.
  Nahum 3:1-19 : Kepastian penghakiman atau penghukuman Niniwe. Dengan sebuah pertanyaan retoris (bdk. 3:7), Nahum menegaskan akan kepastian datangnya penghukuman Allah. Kepastian akan penghukuman Allah ini disebabkan oleh dosa mereka dan sebuah seruan kejatuhan dan kelemahan Niniwe.
            Secara rinci, bagian-bagian dalam kitab Nahum dapat dilihat dalam skema sebagai berikut:
  Judul (Nahum 1:1)
  Mazmur pujian terhadap Allah (Nahum 1:2-8)
  Yahwe-sebagai Allah yang pencemburu (Nahum 1:2-3a)
  Yahwe-Allah sang pencipta (Nahum 1:3b-5)
  Yahwe-Allah sang pengasih dan hakim (Nahum 1:6-8)
            Tanggapan atau jawaban atas nubuat (Nahum 1:9-2:3)
  Kata-kata perdebatan dan ramalan penghakiman atas Asiria (Nahum 1:9-11)
   Sabda keselamatan bagi yehuda (Nahum 1:12-13)
  Sabda penghakiman atas Raja Asiria (Nahum 1:14)
  Sabda keselamatan bagi Yehuda (Nahum 2:1,3)
  Kata-kata penghakiman terhadap Niniwe (Nahum 2:2, 4-11)
  Nyanyian sindiran melawan Niniwe (Nahum 2:12-14)
  Sabda penghakiman melawan Niniwe (Nahum 3:1-7)
  Perbandingan kejatuhan Niniwe dengan Tebe (Nahum 3:8-13)
  Peringatan bagi Niniwe (Nahum 3:14-17)
  Kesukacitaan atas takluknya Niniwe (Nahum 3:18-19)
v  Nilai-nilai sastra
              Nahum menggunakan banyak kiasan yang wajar dan singkat, misalnya dayang-dayang istana yang:
              “mengaduh seperti suara merpati
                     Sambil memukul-mukul dada,”(Nah 2:7)
Benteng-benteng Asyur disamakan dengan pohon-pohon ara yang berbuah:
              “jika diayunkan, maka jatuhlah buahnya
ke dalam mulut orang yang hendak memakannya.”(Nah 3:12)
Nahum juga memakai sekurang-kurangnya dua kiasan panjang:
§  Niniwe disamakan dengan tempat persembunyian di mana singa betina dan anak-anaknya mondar-mandir dengan gelisah sementara menunggu singa jantan pulang dengan mangsanya (Nah 2:11-12). Yang menggambarkan Asyur yang mempertahankan diri dengan menaklukkan bangsa-bangsa asing setiap tahun;
§  Niniwe bukan lagi pelacur cantik yang menggoda bangsa-bangsa menuju kehancuran; Niniwe sekarang menjadi tontonan dunia, ketelanjangannya tidak tertutupi, ia dilempari dengan sampah oleh orang-orang yang lewat dan tidak seorangpun memperdulikannya (Nah 3:4-7).
Walaupun Nahum ahli sastra, namun Kitab Nahum tidak termasuk tulisan Perjanjian Lama yang terbesar, oleh karena jenis temanya.

v  Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
              Perjanjian Baru secara langsung memakai kitab ini. Satu-satunya ayat yang mungkin dikutip dalam Perjanjian Baru ialah Nah 1:15; sebuat ayat yang dipinjam Nahun dari Yes 52:7. Paulus memakai kiasan “eloknya kaki” untuk menekankan bahwa sama seperti seorang pembawa berita dalam Perjanjian lama diterima dengan penuh sukacita oleh umat Allah ketika menyampaikan kabar baik damai sejahtera dan pembebasan dari musuh mereka, yaitu Asyur (Nahu 1:15) dan Babel (Yes 52:7), demikian pula pengkhotbah perjanjian yang baru membawa kabar baik pembebasan dari belenggu dosa dan kuasa iblis melalui Yesus Kristus (Rom 10:15). Kitab Nahum juga menggarisbawahi amanat Perjanjian Baru bahwa Allah tidak akan membiarkan orang-orang berdosa bebas dari hukuman (Nah 1:3).    


v  Ajaran-Ajaran Utama Dalam Kitab Nahum:
ü  Nahum memberitakan hukuman atas bangsa niniwe dan hal itu justru merupakan pembebasan bangsa yehuda dari penindasan. Nahum melukiskan kebesaran Allah sebagai raja yang sabar dan berkuasa atas seluruh dunia, tetapi Allah jiga adil dan suci sehingga Ia menghukum kejahatan. Allah yang mahakuasa membalas perbuatan yang jahat dengan penghukuman yang keras.
ü  Gambaran tentang hukuman atas bangsa niniwe yang tidak mau bertobat. Nabi nahum menggambarkan bahwa kota niniwe akan direbut, dikepung, dijajah, dan dihancurkan sehingga tidak ada lagi orang yang membangunnya (nah 2:1-13).
ü  Sebab-sebab hukuman atas kota niniwe. Di sini nabi nahum menjelaskan bahwa pemusnahan kota niniwe disebabkan karena bangsa itu tidak mau bertobat dari keserakahan serta kejahatan-kejahatan. Dan sebagai hukuman Allah terhdap dosa bangsa itu maka kota niniwe dihancurkan.
Kesimpulan:
1)      Kitab nahum mengajarkan bahwa Allah adalah Allah yang mahapengampun dan panjang sabar, tetapi Ia juga adalah Allah yang penuh kemurkaan terhadap bangsa atau orang yang tidak mau bertobat dari dosa-dosanya.
2)      Kehancuran kota niniwe merupakan peringatan terhadap bangsa-bangsa yang tidak mau mengenal Allah.
3)      Allah membalaskan perbuatan manusia sesuai dengan perbuatannya.
v  Pokok Ajaran Teologis Kitab Nahum
            Ada beberapa pkok ajaran teologis singkat yang dapat ditemui dalam kitab nahum yakni sebagai berikut:
1.      Syair pertama dari kitab ini menggambarkan Allah sebagai hakim untuk seisi dunia sekaligus Allah yang pencemburu, pembalas dan pendendam bagi mereka yang bersalah. Allah yang maha adil sangat menentang tindakan ketidakadilan dan ketidakberkemanusiaan. Dengan menjalani kehidupan yang beriman, yang ditentukan oleh Allah, maka orang dapat lepas dari kemarahan Allah.
2.      Suatu konsep tabur-tuai yang mana barangsiapa hidup dengan ketidakadilan, ia mati dalam ketidakadilan; barangsiapa hidup dalam kejahatan akan dirangkul oleh kejahatannya sendiri; barangsiapa hidup dalam perang akan jatuh oleh perang; barangsiapa hidup dengan pedang akan mati oleh pedang. Dengan ini, kitab Nahum berusaha menekankan akan adanya kesamaan hak dan keadilan bagi semua manusia.
3.      Hubungan antara Allah dengan kehidupan manusia nyata digambarkan dengan jelas melalui penggambaran hubungan antara Allah dengan bangsa Israel dan Yehuda. Gambaran Allah mengasihi umat-Nya menunjukkan bahwa terjadi patokan-patokan etis serta sikap moral sebagai bentuk nyata dari hubungan tersebut.















DAFTAR PUSTAKA
Kramer, A. Th. Singa Telah Mengaum Nabi Sebagai Penyambung lidah tuhan. Kupang: BPK Gunung Mulia, 1997.
Blankerbaker, Frances. Inti Alkitab Untuk Para Pemula, terj. Ny. D. Susilaradeya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cetakan ke-4, 2004.
Alkitab Edisi Studi. Jakarta : LAI, 2010.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jilid II, 1995.
Pringgodigdo, A. G. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta : Kanisius, 1990.
W. S. Lasor & F. W Bush, Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cetakan Ke-2, 1996
www. SABDAwebpengantarfulllife-Nahum.org
 http//www. Ajaran Utama Alkitab-Nahum. Com
http//www. GEMA, Santapan Harian jumat 2 maret 2012. Com
I .Snoek. Sejarah Suci. Kwintang, Jakarta pusat: BPK Gunung Mulia. 1955



[1] http//www. Suhartanatanael@gmail.com on January 8, 2011 in Alkitab di download pada hari kamis tanggal 25 pukul 12.13 wita
[2] Menurut von Rad (1965: hal. 188) syair Nahum “luar biasa indahnya”
[3] Kampung halamannya, elkosy, juga tidak diketahui tempatnya walaupun ada yang mengusulkan beberapa tempat di Asyur, Galilea dan Yehuda.
[4] http//www. Suhartanatanael@gmail.com on January 8, 2011 in Alkitab

2 komentar: