TUNTUTLAH ilmu walau sampai ke negeri China. Pepatah ini menunjukkan betapa pentingnya belajar dalam kehidupan umat manusia. Ilmu yang didapat selama proses pendidikan sampai diperoleh gelar atau keahlian tertentu akan dapat menghasilkan nilai tambah dalam kehidupan, tatkala keahlian tersebut didedikasikan dalam bentuk karya. Banyak ragam karya yang dapat dihasilkan oleh umat manusia di berbagai bidang, bisa di bidang kebudayaan dan kesenian, bidang ekonomi, bidang sosial dan bidang sain dan teknologi.
Tidak cukup hanya berhenti sampai pada tahap berkarya saja hidup seseorang setelah menguasai ilmu pengetahuan, tetapi pada dirinya dituntut untuk berbagi. Berbagi pengalaman, berbagi dalam rangka memberikan pembelajaran dan berbagi dalam memberikan berbagai bentuk solusi atas berbagai masalah yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan kerangka konsep pemikiran seperti itu dan sangat sederhana dasar-dasarnya yang menjadi landasan pemikirannya, maka Belajar, Berkarya dan Berbagi hakekatnya sebuah perilaku manusia yang berakal budi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Three in one pendekatannya. Belajar terus menerus, pagi, siang dan malam sampai menguasai banyak hal di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa pernah didedikasikan ke dalam karya-karya besar, maka ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya menjadi tidak/kurang memberi manfaat bagi kehidupan.
Demikian pula, kalau karya-karya besar yang dihasilkanya hanya berhenti di laboratorium penelitian dan berpindah ke penelitian yang lain, maka karya-karyanya bisa dianggap hanya sebagai kegiatan intelectual exercise saja atau maaf, bisa disebut sebagai kegiatan “onani intelektual”. Berkarya dengan cara demikian tidak dapat dipersalahkan, namun belum bisa menghasilkan nilai keberbagian yang tinggi, yang dapat berkontribusi langsung dalam penyelesaian berbagai masalah kehidupan bermasyarakat ,bernegara dan berbangsa.
Belajar, berkarya dan berbagi yang mengalir secara alami dan berkelanjutan akan menghasilkan nilai tambah yang tinggi bagi upaya membangun kemandirian dan bernilai ibadah. Kemandirian tersebut bisa melekat pada diri seseorang, juga berguna bagi membangun kemandirian bagi sebuah organisasi, negara dan bangsa. Belajar, berkarya dan berbagi inilah sejatinya tiga pilar pokok untuk membangun masyarakat, negara dan bangsa yang mandiri.
Masyarakat, negara dan bangsa yang akan memiliki jati diri dan harga diri, menjadi masyarakat yang tidak mudah didekte oleh bangsa lain dan bergantung terus menerus kepada bangsa lain. Tiga pilar pondasi kehidupan tersebut akan menjadikan aura negara sebagai bangsa yang bermartabat dan berperadaban tinggi di dunia akan muncul.
Menguasai ilmu pengetahuan tidak boleh dan jangan pernah bermimpi untuk sekedar digunakan untuk mendapatkan kenikmatan sesaat yang bersifat kebendaan dan dengan tujuan ini kemudian tega melakukan perselingkuhan intelektual atau pelacuran intelektual. Demikian pula dalam hal berkarya, sangat tidak diharapkan karya-karya besar yang berhasil dibuat berselimut di balik tirai nepotisme, kolusi dan korupsi yang ujung-ujungnya juga untuk memperoleh kenikmatan sesaat yang bersifat material/kebendaan semata.
Kalau dilakukan dengan cara ini, maka kebangkrutan yang akan menghadang, bukan kemandirian yang akan datang. Belajar dan berkarya harus memiliki nilai keikhlasan dan kejujuran agar kita dapat berbagi dengan tulus dan jujur. Belajar, Berkarya dan Berbagi dengan semangat ketulusan dan kejujuran adalah modalitas untuk menciptakan perdamaian dan keadilan yang abadi di bumi pertiwi.
Belajar, berkarya dan berbagi yang distimulasi semangat ketulusan dan kejujuran, akan terlahir pula kesejahteraan dan kemakmuran bersama yang menjadi cita-cita kita bersama sebagai negara yang berdaulat yang berlandaskan pada demokrasi ekonomi dan kepentingan nasional. Oleh karena itu, Belajar, Berkarya dan Berbagi harus dikelola dan terkelola dengan baik. Semboyannya adalah lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah.
Anggaran pembangunan pendidikan melalui APBN sebesar 20% dari total APBN nasional harus dapat digunakan dengan tepat untuk benar-benar menghasilkan insan-insan kamil yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai bidang yang dikuasainya sangat diharapkan dapat diamalkan melalui karya-karya yang besar maupun kecil dan yang penting harus dapat dishare untuk mengatasi berbagai isu dan masalah pembangunan di negara kita.
Belajar, berkarya dan berbagi adalah sebuah panggilan pengabdian yang tidak semata-mata berorientasi kepada motif ekonomi, tetapi juga harus dapat didedikasikan berdasarkan motif sosial dan bahkan ibadah. Dengan cara demikian, menegakkan dalam kehidupan nyata trias politika berbasis belajar, berkarya dan berbagi, negeri ini mudah-mudahan akan dapat terbebas dari hutang, terbebas dari kegaduhan-kegaduhan dalam bentuk apapun seperti yang selama ini kita lihat kasat mata.
Semua kita memiliki tanggung jawab bersama untuk senantiasa mau belajar dengan benar, berkarya dengan produktif, kreatif inovatif dan juga berbagi agar negeri ini dapat menyelesaikan berbagai masalah dan tantangan yang dihadapinya dan kemudian kita dapat menjadi bangsa yang mandiri, sejahtera dan makmur yang berkeadilan. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar