PLURALITAS (MENGAPA MAJEMUK?)
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa
pluralitas masyarakat Indonesia yang demikian itu terjadi. Yang
pertama,keadaan geografik wilayah Indonesia yang terdiri atas kurang lebih
tiga ribu pulau yang terserak di sepanjang equator kurang lebih tiga ribu mil
dari timur ke barat, dan seribu mil dari utara selatan, merupakan faktor yang
sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya pluralitas sukubangsa di
Indonesia. Tentang berapa jumlah sukubangsa yang sebenarnya ada di Indonesia,
ternyata terdapat berbagai pendapat yang tidak sama di antara para ahli ilmu
kemasyarakatan. Hildred Geertz misalnya menyebutkan adanya lebih kurang tiga
ratus sukubangsa di Indonesia, masing-masing dengan bahasa dan identitas kultural
yang berbeda-beda.
Skinner menyebutkan adanya lebih dari 35 sukubangsa di Indonesia,
masing-masing dengan adat istiadat yang tidak sama. Lebih dari sekedar
menyebutkan banyaknya sukubangsa di Indonesia, Skinner menggambarkan juga
perbandingan besarnya sukubangsa-sukubangsa tersebut. Beberapa sukubangsa yang
paling besar sebagaimana disebut oleh Skinner adalah Jawa, Sunda, Madura,
Mingangkabau, dan Bugis. Kemudian ada beberapa sukubangsa yang lain yang cukup
besar, yaitu Bali, Batak Toba, dan Sumbawa. Mengikuti pengertian sukubangsa
yang dikemukakan oleh para ahli antropologi, Dr. Nasikun menggolongkan
orang-orang Tionghoa sebagai salah satu sukubangsa di Indonesia, dan
berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik, dan berdasarkan perkiraan tambahan
penduduk golongan Tionghoa 3 persen, serta dengan mengingat kurang lebih
100.000 orang Tionghoa kembali ke Tiongkok selama tahun 1959 dan 1960,
diperkirakan jumlah orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia pada tahun 1961
sebanyak 2,45 juta orang, sementara penduduk pribumi waktu itu diperkirakan
90.882 juta orang. Walaupun jumlah orang Tionghoa sangat kecil dibandingkan
dengan penduduk pribumi, tetapi mengingat kedudukan mereka yang sangat penting
dalam kehidupan ekonomi, mereka sangat mempengaruhi hubungan mereka dengan
sukubangsa-sukubangsa yang lain (yang secara keseluruhan disebut pribumi).
Faktor kedua yang menyebabkan pluralitas masayarakat Indonesia adalah
kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia dan Samudera
Pasifik. Keadaan ini menjadikan Indonesia menjadi lalu lintas perdagangan,
sehingga sangat mempengaruhi terciptanya pluralitas agama di dalam masyarakat
Indonesia. Telah sejak lama masyarakat Indonesia memperoleh berbagai pengaruh
kebudayaan bangsa lain melalui para pedagang asing. Pengaruh yang pertama kali
menyentuh masyarakat Indonesia adalah agama Hindu dan Budha dari India sejak
kurang lebih empat ratus tahun sebelum masehi. Hinduisme dan Budhaisme pada
waktu itu tersebar meliputi daerah yang cukup luas di Indonesia, serta lebur
bersama-sama dengan kebudayan asli yang telah hidup dan berkembang lebih dulu.
Namun, pengaruh Hindu dan Budaha terutama dirasakan di Pulau Jawa dan Pulau
Bali.
Faktor ketiga, iklim yang berbeda-beda dan struktur yang
tidak sama di antara berbagai daerah di kepulauan Nusantara, telah
mengakibatkan pluralitas regional. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah
merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda,
yakni daerah pertanian basah(wet rice cultivation) yang terutama banyak
dijumpai di Pulau Jawa dan Bali, serta daerah ladang (shifting cultivation)
yang banyak dijumpai di luar Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar