Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Kamis, 23 Mei 2013

Sejarah Gereja tentang Gnostik dan Pertahanan Gereja


Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
SEJARAH AGAMA KRISTEN
Pdt. Alexandra Binti M.Th
Gnostik dan Pertahanan Gereja

OLEH:
Adang
Hainah Lupita
Nelsia Kartika Friliya Pasaribu
Pramitha selvia
Yunlie F



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
Banjarmasin,   September 2012


Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami Panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas berkatnya kelompok kami telah menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan makalah ini kita bisa sama-sama belajar tentaang Gnostik dan pertahanan Gereja. Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, oleh karena itu kelompok mengharapkan kelompok lain dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.
            Menjaga integritas kitab-kitab yang akan menjadi Perjanjian Baru sangatlah penting dalam generasi Polikarpus, karena para pengajar gnostik mencampur-adukkan ajaran para rasul dengan elemen-elemen lain yang berlawanan. Kelompok Gnostik mengatakan bahwa mereka punya pengetahuan batin istimewa tentang Yesus yang tidak dimiliki oleh jemaat-jemaat Kristiani. Kelompok ini sudah ada sejak jaman Paulus, tetapi mereka makin berani ketika semua rasul meninggal. Teologi mereka bervariasi, tetapi semua tampaknya setuju bahwa dunia materi tidak penting-hanya dunia roh yang penting. Mereka membenci tubuh fisik dan mengagungkan roh dalam dua persamaan yang cukup sederhana: tubuh = buruk, roh = baik.[1]
              Khasanah Gnostik adalah kumpulan tulisan yang dijilid (kodeks) dalam bahasa Koptik yang ditemukan di perpustakaan Chenoskion yang lebih di kenal di lokasi Nag Hamadi di tepi Sungai Nil di Mesir. Penemuan itu terjadi pada tahun 1945 dan kemudian baru pada tahun 1957 dikenal luas setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Perpustakaan itu berasal dari abad ke 3-4 M, sedangkan kita tahu bahwa faham Gnostik baru berkembang sekitar abad 2-3 M di Palestina. Khasanah Gnostik itu ada 13 kodeks papirus, dijilid dengan sampul kulit (perkamen) yang seluruhnya terdiri dari 52 traktat Gnostik, termasuk 3 karya Corpus Hermeticum dan terjemahan karya Plato “Republik”. Setelah melalui berbagai tangan di pasar gelap barang antik, sebagian besar khasanah Gnostik itu akhirnya terkumpul dan disimpan di Museum Koptik di Kairo Mesir.[2]
            Salah satu sinkretisme (paham/aliran baru yang merupakan perpaduan dari beberapa paham yang berbeda untuk mencari keserasian atau keseimbangan) yang dualistis-panthestis, yang berusaha mengabungkan filsafat barat dengan agama timur, ialah gnostik yaitu ajaran tentang gnosis. Adapun kata “Gnostik” berasal dari kata Yunani “gnosis” berarti  “pengetahuan yang dimaksudkan disini ialah “hikmat tinggi” yang rahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia.
            Adapun ajaran Gereja dan pemberitaan Injil pada waktu itu dikatakan terlampau sederhana sehingga mudah untuk diartikan dan dimengerti. Dengan keadaan ini maka akhirnya banyak orang terpelajar mengejar hikmat tinggi itu dengan giat, sebab merasa akal dan sanubarinya kurang dipuaskan oleh ajaran gereja. Mereka mencari suatu hikmat yang lebih dalam, lebih indah dan penuh rahasia.  Oleh sebab itu mereka menafsirkan Injil secara alegoris (kiasan). Akan hal ini sama halnya dengan munculnya filsafat atau mengapa orang mulai berfilsafat ketika mereka (masyarakat Yunani pada waktu itu) mulai memikirkan/berpikir tentang alam sekitar dan dirinya.
            Paulus telah mengingatkan pembacanya jangan mereka tertipu oleh pengajaran-pengajaran sesat yang menyangkal bahwa Kristus telah datang dengan tubuh manusia. Baru pada abad  II, Gnostik Kristen itu mulai berpengaruh kuat dalam Gereja. Dimana terbentuklah kelompok orang Kristen yang merasa dirinya lebih berhikmat dan rohani daripada umat biasa. Kedudukan orang gnostik dalam Gereja itu berbeda. Ada yang masih bergaul dengan jemaat yang lain, ada yang mengadakan perkumpulannya sendiri dan ada juga yang dikucilkan oleh pemimpin Gereja sehingga menjadi jemaat pisahan. Puncak pengaruh gnostik kira-kira tahun 150 yang berpusat di kota Alexandria, tempat kerja Basilides yang mengarang sebuah tafsiran Perjanjian Baru secara Gnostik, dan kota Roma tempat Valentinus mengajarkan gnostiknya. Ia seorang ahli gnostik Kristen yang paling terkenal dan ahli.
            Dalam makalah ini kami hanya akan membahas dan mengulas tentang :
1.      Bagaimana ajaran Gnostik, bagaimana Gnostik Kristen? (Bagaimana pengaruh filsafat)
2.      Apa yang dilakukan gereja dalam melawan Gnostik?





I. AJARAN GNOSTIK
            Salah satu contoh aliran Gnostik adalah aliran Valentinus dan aliran Basilides pada abad II. Valentinus pernah mencalonkan diri untuk jabatan uskup Roma, tetapi ditolak. Pokok utama dalam ajaran Gnostik ialah: asal dunia, tabiat manusia dan asal kejahatan. Secara ringkas aliran Valentinus percaya bahwa dunia yang penuh penderitaan tidak mungkin merupakan penciptaan suatu Allah yang baik. Ada oknum pembuat dunia, yang menjadi Allah israel. Barulah kehadiran Kristus memperkenalkan Allah sejati yang mahatinggi kepada manusia. Bahkan Kristus sendiri tidak mengenakan tubuh manusia, melainkan tubuh maya sehingga kematian di kayu salib adalah kepura-puraan saja. Penebusan dilakukan melalui ajaranNya, bukan dengan kematian dan kebangkitan. Keselamatan diperoleh dengan mengingkari tubuh kita (askese) dan memiliki pengetahuan rahasia tentang jalan terang. Penganut aliran Gnostik menyusun beberapa kitab „Injil‟, antara lain „Injil Thomas‟ yang berisi campuran kata-kata Yesus dan dongeng tentang Yesus yang mendukung paham mereka.
            Ajaran gnostik Kristen dapat diringkas sebagai berikut :
1.      Allah yang tertinggi, yang keadaannya Roh, tidak berhubungan dengan dunia ini.
2.      Dunia dijadikan oleh suatu illah rendah (Demiurgos namanya yang berarti ‘Pencipta Dunia’) yang dikenal dalam Perjanjian Lama.
3.      Manusia mengandung sebagian kecil dari Roh Allah yang maha tinggi itu dalam batinnya.
4.      Kristus diutus oleh Allah dengan tubuh maya untuk membebaskan bagian ilahi yang kecil itu.
5.      Oleh pengajaran dan teladan Kristus, roh manusia diajak berusaha mengubah dirinya dari pada zat benda supaya kembali kepada Allah yang tinggi itu.
Dengan kata lain : Kristus membawa kelepasan (keselamatan) dengan menunjuk kepada jalan askese dan dengan membuka segala gnosis yang tersembunyi. Tetapi gnosis itu hanya dapat dimengerti oleh orang yang rohani atau orang yang bergnosis itu yang tahu membaca Alkitab secara alegoris. Hanya mereka itulah yang dapat membebaskan zat ilahi yang tertanam dalam jiwa manusia dan yang terkurung oleh tubuh jasmani yang fana itu, sehingga akhirnya zat rohani itu dapat dipersatukan pula dengan asalnya yaitu zat Allah.

II. PERBEDAAN AJARAN GNOSTIK DENGAN AJARAN KRISTEN
AJARAN GNOSTIK
AJARAN KRISTEN
1)      Perjanjian Baru dipisahkan dengan Perjanjian Lama, sehingga maknanya diputarbalikkan.

2)    Allah Pencipta tidak sama dengan Allah Bapa dalam Yesus Kristus.

3)    Tidak ada kebangkitan daging dan tidak ada dunia baru sebab seluruh materi akan binasa kelak.

4)    Kehidupan sehari-hari ditekankan kepada perjuangan melawan kelakuan duniawi, dan bukan usaha untuk mensejahterakan sesama.

1)      Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama tidak bisa dipisahkan, karena saling berhubungan.

2)      Allah Pencipta ialah Allah Bapa Yesus Kristus sendiri.

3)     Mempercayai akan adanya kebangkitan daging dan dunia baru.

4)     Segala dosa dan kejahatan adalah kesalahan manusia sendiri, yang bangkit melawan Tuhannya dan merusak ciptaan-Nya yang baik itu. Keselamatan merupakan anugerah Tuhan saja.

III. TENTANG FILSAFAT KESELAMATAN
            Di Alexandria ada seorang Yahudi bernama Philo. Ia menyibukkan dirinya dengan mempelajari hikmat yang terdapat di dalam dunia Yahudi dan Yunani. Ia mengenal, memakai dan menyenangi ide tentang logos, firman dan pikiran Allah. Ia berpendapat bahwa logos adalah hal yang tertua di dunia dan merupakan alat yang dipakai oleh Allah untuk menciptakan dunia. Ia mengatakan bahwa logos adalah pikiran Allah yang dimateraikan ke atas alam semesta. Ia berbicara tentang logos yang dipakai Allah menciptakan dunia dan segala sesuatu. Ia mengatakan bahwa Allah adalah sang pengendali alam semesta dan memegang logos itu. menurut Philo logos memberi manusia nalar yaitu kemampuan untuk berfikir dan kemampuan untuk mengetahui sesuatu. Ia juga mengatakan bahwa logos adalah perantara antara dunia dan Allah. Logos adalah iman yang memperhadapkan jiwa kepada Allah.
            Dalam pemikiran orang Yunani logos adalah melihat kekuatan Allah yang sedang mencipta, membimbing dan mengarahkan kekuatan Allah yang menjadikan alam semesta dan yang membuatnya berjalan terus. Yesus adalah Logos yang datang ke bumi. Firman itu telah menjadi daging. “pikiran Allah telah menjadi pribadi”.
            Konsep tentang Logos merupakan pikiran Allah yang menjadikan dunia dan membuatnya lebih bermakna. Yohanes memberitahukan bahwa pikiran Allah sifatnya menopang, mengendalikan, memberikan terang dan menciptakan, semua itu telah diungkapkan melalui perantaraan Yesus Kristus. Yohanes pun mengungkapkan bahwa manusia tidak perlu lagi menduga dan meraba-raba, yang mereka perlu lakukan hanyalah melihat kepada Yesus, percaya karena dengan demikian mereka dapat melihat pikiran Allah. seperti yang diungkapkan dalam Yohanes 1:1 dan 2. “pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah”.
IV. YANG DILAKUKAN GEREJA DALAM MELAWAN GNOSTIK
            Salah seorang teolog yang paling keras melawan Gnostik adalah uskup Irenaeus dari Lyon-Perancis. Ia menulis karya “Penyingkapan Kedok dan Sanggahan Terhadap Pengetahuan Pura-pura” (± 180 M). Sedangkan teolog-teolog di Mesir seperti Clemens dari Aleksandria (± 150-210 M) dan Origenes (185-254 M) mengambil sikap lain, mereka menampung unsur-unsur Gnostik dalam ajaran mereka dan dengan demikian menciptakan semacam gnostik gerejawi.
            Ada dua alasan mengapa keberadaan aliran Gnostik menjadi tantangan yang berat bagi gereja mula-mula, dari segi organisasi dan kitab suci. Waktu itu, setiap jemaat masih berdiri sendiri. Para rasul dan pengganti mereka telah meninggal dan tidak ada tokoh-tokoh yang berwibawa seperti mereka. Belum ada lembaga pusat yang memberi bimbingan dan penerangan kepada jemaat-jemaat. Hubungan antar jemaat hanya bersifat sukarela misalnya Ignatius mengirim surat ke jemaat-jemaat di Asia Kecil; Uskup Clemens dari Roma menyurati dan menegur jemaat Korintus ketika terjadi pertikaian dalam jemaat itu tahun 96 M. Jika ada jemaat yang terpengaruh oleh ajaran Gnostik, sangat mungkin jemaat yang agak jauh tidak mengetahuinya. Dan jika tahu, protes terhadap ajaran itu susah dibawa kemana-mana. Penolakan terhadap Gnostik hanya bisa terjadi melalui terbentukannya pendapat umum dalam gereja, dan hal itu memakan waktu yang lama.
            Kesulitan terbentuknya pendapat umum dalam perlawanan terhadap ajaran Gnostik juga didorong oleh penggunaan Alkitab. Waktu itu, hanya PL saja yang telah menjadi kitab utama bagi gereja mula-mula. Dengan bahasa Yunani (Septuaginta) dan Arami (bagi orang-orang Kristen di luar lingkungan kebudayaan Helenistis di Asia Barat). Orang-orang Yahudi sendiri telah menetapkan kitab-kitab apa yang tercakup didalamnya. Tetapi kalau lawan-lawan Gnostik mengemukan bukti-bukti dari PL, penganut-penganut membalas dengan memberikan tafsiran “rohani” atas ayat-ayat yang bersangkutan (allegorese). Dalam hal PB, lebih sulit lagi. Para rasul dan murid-muridnya telah menulis  surat-surat dan Injil/Wahyu. Karangan-karangan hanya ditulis untuk jemaat yang mereka kenal. Dan karena kitab-kitab tersebut itu beredar dalam lingkungan tertentu saja, sangat susah untuk menemukan patokan yang jelas dalam menentukan mana yang patut berwibawa dan mana yang tidak. Dengan demikian, kaum Gnostik juga mudah mengedarkan tulisan-tulisan mereka sendiri, dengan memakai nama seorang rasul.
            Gnostik merupakan tantangan yang sangat kuat atas iman Kristen, sehingga muncullah 3 azas yang menjadi “bendungan” terhadap aliran Gnostik dan ajaran-ajaran lain, yaitu kanon, pengakuan iman, dan uskup. Ajaran gereja yang berdasarkan ketiga azas itu disebut “ortodoksi” atau “pendapat/ajaran yang tepat”.
            Kanon, merupakan kata Yunani yang berarti: ukuran, patokan, dan juga daftar. Waktu itu gereja telah memiliki PL sebagai ukuran bagi kepercayaan dan kehidupan jemaat. Di samping itu ada tulisan-tulisan dari murid Tuhan Yesus: Injil-injil, surat-surat dan lainnya. Meski demikian, kaum Gnostik juga mengedarkan kitab-kitab yang katanya ditulis oleh murid Tuhan. Sebab itulah, gereja perlu menentukan manakah yang boleh dianggap benar-benar berasal dari murid Tuhan. Keempat Injil yang kita kenal itu agak mudah mendapat pengakuan umum, demikian juga surat-surat Paulus dan Kisah rasul, karya Lukas. Beberapa kitab lain baru memperoleh kesepakatan umum belakangan. Secara garis besar, PB sudah tersusun tahun 200. Kitab-kitab yang bersifat gnostis ditolak, sehingga garis batas Gereja dan Gnostik menjadi jelas. Gereja juga membutuhkan suatu ringkasan pokok-pokok kepercayaan yang akan menjadi pegangan bagi jemaat. Pengakuan tertua hanyalah mengenai Kristus: Yesus adalah Tuhan (1Kor 12:3), yang berkembang seperti tertulis dalam Roma 1:3, Filipi 2:5-11 dsb. Barulah pengakuan itu berkembang menjadi suatu rumusan iman yang lengkap: „Pengakuan Iman Rasuli‟. Meskipun tidak disebutkan tentang gnostik didalamnya, isi pengakuan iman rasuli jelas telah melawan aliran itu.
            Disamping kanon dan pengakuan iman yang merupakan pertahan kuat terhadap aliran gnostik, dibutuhkan seseorang yang mengartikan dan menerapkannya. Orang inilah adalah uskup, yang dipandang sebagai pengganti rasul. Uskup-uskup jaman itu juga memilih dan menahbiskan seseorang menjadi uskup dan meneruskan ajaran yang diterimanya dari Kristus (pewaris jabatan rasuli, successio apostolica), sehingga tersusunlah rangkaian saksi-saksi kebenaran yang dapat dipercaya ajarannya, karena ajaran itu telah diterima, secara tidak langsung dari Kristus sendiri (misal: Kristus – Yohanes – Polikarpus – Irenaeus). Uskup-uskup di kota-kota besar (Roma, Antiokhia, Alexandria, dan di kemudian hari Konstantinopel dan Yerusalem) memiliki kewibawaan yang besar, dan diberi gelar : patriarkh (di Roma : paus).


















PENUTUP
Ajaran-ajaran gnostik yang muncul pada saat itu banyak mendapat kritikan yang sangat dalam. Karena banyak  pertentangan ajaran yang ditulis didalamnya yang tidak  sesuai dengan Perjanjian Lama. Salah satunya injil Tomas yang menyatakan bahwa “ Yesus itu tidak disalibkan melainkan Yudas “. Memang pada saat itu yang menjadi kitab utama gereja mula-mula adalah PL tetapi banyak pula jemaat yang lebih mempercayai ajaran gnostik. Maka dari itu gereja-gereja mulai menggunakan kanon sebagai alat pengukur atau mengidentifikasi kitab-kitab yang baru muncul pada jaman itu, sehingga jemaat tidak tersesat.
Bertahun-tahun gereja mula-mula memerangi bidat- bidat yang ingin menyesatkan umat atau jemaat. Prosesnya pun tidak mudah yaitu mengidentifikasi satu persatu buku atau kitab dengan menggunakan kanon. Salah satu yang diperhatikan adalah usia buku tersebut, penulis berasal ( nabi, rasul ) dan diakui oleh banyak gereja.
Seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 1 : 7 ” mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan”. Artinya penulis-penulis kitab gnostik ingin menyampaikan tentang keesaan Tuhan namun mereka kurang jeli atau kurang mengetahui maksud, latar belakang, makna dan sebagainya. Tetapi memang ada juga yang ikut bergabung di dalam komunitas gnostik ingin menyesatkan jemaat yang percaya kepada Yesus menjadi orang yang kontra.








DAFTAR PUSTAKA
1)      Berkhof, H. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994. Bab 2-4
2)      End, Th van den. Harta dalam BejNA. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Bab II
3)      Robert Don Hughes, Mari Berfikir tentag Sejarah, PT Yayasan Gloria 2011
4)      Ir. Herlianto, Mth, disadur dari www.salib.net, 26 Juni 2006
5)      William Barclay, PEMAHAMAN ALKITAB SETIAP HARI INJIL YOHANES, Jakarta, BPK Gunung Mulia, hlm 60-62















[1]  Robert Don Hughes, Mari Berfikir tentag Sejarah, PT Yayasan Gloria 2011

[2] Oleh Ir. Herlianto, Mth, disadur dari www.salib.net, 26 Juni 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar