Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
SEJARAH AGAMA KRISTEN
Pdt.
Alexandra Binti M.Th
Gnostik
dan Pertahanan Gereja
OLEH:
Adang
Hainah
Lupita
Nelsia
Kartika Friliya Pasaribu
Pramitha
selvia
Yunlie F
SEKOLAH
TINGGI TEOLOGI
GEREJA
KALIMANTAN EVANGELIS
Banjarmasin, September 2012
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami Panjatkan kepada Tuhan Yesus,
atas berkatnya kelompok kami telah menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan
makalah ini kita bisa sama-sama belajar tentaang Gnostik dan pertahanan Gereja.
Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, oleh
karena itu kelompok mengharapkan kelompok lain dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun.
Menjaga
integritas kitab-kitab yang akan menjadi Perjanjian Baru sangatlah penting
dalam generasi Polikarpus, karena para pengajar gnostik mencampur-adukkan
ajaran para rasul dengan elemen-elemen lain yang berlawanan. Kelompok Gnostik
mengatakan bahwa mereka punya pengetahuan batin istimewa tentang Yesus yang
tidak dimiliki oleh jemaat-jemaat Kristiani. Kelompok ini sudah ada sejak jaman
Paulus, tetapi mereka makin berani ketika semua rasul meninggal. Teologi mereka
bervariasi, tetapi semua tampaknya setuju bahwa dunia materi tidak penting-hanya
dunia roh yang penting. Mereka membenci tubuh fisik dan mengagungkan roh dalam
dua persamaan yang cukup sederhana: tubuh = buruk, roh = baik.[1]
Khasanah Gnostik adalah kumpulan tulisan yang dijilid (kodeks) dalam
bahasa Koptik yang ditemukan di perpustakaan Chenoskion yang lebih di kenal di
lokasi Nag Hamadi di tepi Sungai Nil di Mesir. Penemuan itu terjadi pada tahun
1945 dan kemudian baru pada tahun 1957 dikenal luas setelah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris. Perpustakaan itu berasal dari abad ke 3-4 M, sedangkan
kita tahu bahwa faham Gnostik baru berkembang sekitar abad 2-3 M di Palestina.
Khasanah Gnostik itu ada 13 kodeks papirus, dijilid dengan sampul kulit
(perkamen) yang seluruhnya terdiri dari 52 traktat Gnostik, termasuk 3 karya
Corpus Hermeticum dan terjemahan karya Plato “Republik”. Setelah melalui
berbagai tangan di pasar gelap barang antik, sebagian besar khasanah Gnostik
itu akhirnya terkumpul dan disimpan di Museum Koptik di Kairo Mesir.[2]
Salah
satu sinkretisme (paham/aliran baru yang merupakan perpaduan dari beberapa
paham yang berbeda untuk mencari keserasian atau keseimbangan) yang
dualistis-panthestis, yang berusaha mengabungkan filsafat barat dengan agama
timur, ialah gnostik yaitu ajaran tentang gnosis. Adapun kata
“Gnostik” berasal dari kata Yunani “gnosis” berarti “pengetahuan ”
yang dimaksudkan disini
ialah “hikmat tinggi” yang rahasia dan
tersembunyi tentang asal dan tujuan
hidup
manusia.
Adapun
ajaran Gereja dan pemberitaan Injil pada waktu itu dikatakan terlampau
sederhana sehingga mudah untuk diartikan dan dimengerti. Dengan keadaan ini
maka akhirnya banyak orang terpelajar mengejar hikmat
tinggi itu dengan giat, sebab merasa
akal dan sanubarinya kurang dipuaskan oleh ajaran gereja. Mereka mencari suatu hikmat
yang lebih dalam, lebih indah dan penuh rahasia. Oleh sebab itu mereka menafsirkan Injil secara
alegoris (kiasan). Akan hal ini sama halnya dengan munculnya filsafat atau
mengapa orang mulai berfilsafat ketika mereka (masyarakat Yunani pada waktu itu)
mulai memikirkan/berpikir tentang alam sekitar dan dirinya.
Paulus
telah mengingatkan pembacanya jangan mereka tertipu oleh pengajaran-pengajaran
sesat yang menyangkal bahwa Kristus telah datang dengan tubuh manusia. Baru
pada abad II, Gnostik Kristen itu mulai berpengaruh
kuat dalam Gereja. Dimana terbentuklah kelompok
orang Kristen yang merasa dirinya lebih berhikmat dan rohani daripada umat
biasa. Kedudukan orang gnostik dalam Gereja itu berbeda. Ada yang masih bergaul dengan jemaat
yang lain, ada
yang mengadakan perkumpulannya sendiri
dan ada juga yang dikucilkan oleh pemimpin Gereja sehingga menjadi jemaat
pisahan. Puncak pengaruh gnostik kira-kira tahun 150 yang berpusat di kota Alexandria, tempat kerja Basilides yang mengarang sebuah
tafsiran Perjanjian Baru secara Gnostik, dan kota Roma tempat Valentinus
mengajarkan gnostiknya. Ia seorang ahli gnostik Kristen yang paling terkenal
dan ahli.
Dalam
makalah ini kami hanya akan membahas dan mengulas tentang :
1. Bagaimana
ajaran Gnostik, bagaimana Gnostik Kristen? (Bagaimana pengaruh filsafat)
2. Apa
yang dilakukan gereja dalam melawan Gnostik?
I. AJARAN GNOSTIK
Salah
satu contoh aliran Gnostik adalah aliran Valentinus dan aliran Basilides
pada abad II.
Valentinus pernah mencalonkan diri untuk
jabatan uskup Roma, tetapi ditolak. Pokok utama dalam ajaran Gnostik ialah:
asal dunia, tabiat manusia dan asal kejahatan. Secara ringkas aliran Valentinus percaya bahwa dunia yang penuh
penderitaan tidak mungkin merupakan penciptaan suatu Allah yang baik. Ada oknum
pembuat dunia, yang menjadi Allah israel. Barulah kehadiran Kristus
memperkenalkan Allah sejati yang mahatinggi kepada manusia. Bahkan Kristus
sendiri tidak mengenakan tubuh manusia, melainkan tubuh maya sehingga kematian
di kayu salib adalah kepura-puraan saja. Penebusan dilakukan melalui ajaranNya,
bukan dengan kematian dan kebangkitan. Keselamatan diperoleh dengan mengingkari
tubuh kita (askese) dan memiliki pengetahuan rahasia tentang
jalan terang. Penganut aliran Gnostik menyusun beberapa kitab „Injil‟, antara
lain „Injil Thomas‟ yang berisi campuran kata-kata Yesus dan dongeng tentang
Yesus yang mendukung paham mereka.
Ajaran
gnostik Kristen dapat diringkas sebagai berikut :
1. Allah
yang tertinggi, yang keadaannya Roh, tidak berhubungan dengan dunia ini.
2. Dunia
dijadikan oleh suatu illah
rendah (Demiurgos namanya yang berarti ‘Pencipta Dunia’) yang dikenal dalam
Perjanjian Lama.
3. Manusia
mengandung sebagian kecil dari Roh Allah yang maha tinggi itu dalam batinnya.
4. Kristus
diutus oleh Allah dengan tubuh maya untuk membebaskan bagian ilahi yang kecil
itu.
5. Oleh
pengajaran dan teladan Kristus, roh manusia diajak berusaha mengubah dirinya
dari pada zat benda supaya kembali kepada Allah yang tinggi itu.
Dengan kata lain : Kristus membawa kelepasan
(keselamatan) dengan menunjuk kepada jalan askese dan dengan membuka segala
gnosis yang tersembunyi. Tetapi gnosis itu hanya dapat dimengerti oleh orang
yang rohani atau orang yang bergnosis itu yang tahu membaca Alkitab secara
alegoris. Hanya mereka itulah yang dapat membebaskan zat ilahi yang tertanam
dalam jiwa manusia dan yang terkurung oleh tubuh jasmani yang fana itu,
sehingga akhirnya zat rohani itu dapat dipersatukan pula dengan asalnya yaitu
zat Allah.
II. PERBEDAAN AJARAN
GNOSTIK DENGAN AJARAN KRISTEN
AJARAN
GNOSTIK
|
AJARAN
KRISTEN
|
1)
Perjanjian Baru dipisahkan dengan Perjanjian Lama,
sehingga maknanya diputarbalikkan.
2)
Allah Pencipta tidak sama dengan Allah Bapa dalam Yesus Kristus.
3)
Tidak ada
kebangkitan daging dan tidak ada dunia baru sebab seluruh materi akan binasa
kelak.
4)
Kehidupan sehari-hari ditekankan kepada perjuangan
melawan kelakuan duniawi, dan bukan usaha untuk mensejahterakan sesama.
|
1)
Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama tidak bisa
dipisahkan, karena saling berhubungan.
2)
Allah Pencipta
ialah Allah Bapa Yesus Kristus sendiri.
3)
Mempercayai akan
adanya kebangkitan daging dan dunia baru.
4)
Segala dosa dan kejahatan adalah kesalahan manusia
sendiri, yang bangkit melawan Tuhannya dan merusak ciptaan-Nya yang baik itu.
Keselamatan merupakan anugerah Tuhan saja.
|
III. TENTANG FILSAFAT
KESELAMATAN
Di
Alexandria ada seorang Yahudi bernama Philo. Ia menyibukkan dirinya dengan
mempelajari hikmat yang terdapat di dalam dunia Yahudi dan Yunani. Ia mengenal, memakai
dan menyenangi ide tentang logos, firman dan pikiran Allah. Ia berpendapat
bahwa logos adalah hal yang tertua di dunia dan merupakan alat yang dipakai
oleh Allah untuk menciptakan dunia. Ia mengatakan bahwa logos adalah pikiran
Allah yang dimateraikan ke atas alam semesta. Ia berbicara tentang logos yang
dipakai Allah menciptakan dunia dan segala sesuatu. Ia mengatakan bahwa Allah
adalah sang pengendali alam semesta dan memegang logos itu. menurut Philo logos
memberi manusia nalar yaitu kemampuan untuk berfikir dan kemampuan untuk
mengetahui sesuatu. Ia juga mengatakan bahwa logos adalah perantara antara
dunia dan Allah. Logos
adalah iman yang memperhadapkan jiwa kepada Allah.
Dalam pemikiran orang Yunani logos
adalah melihat kekuatan Allah yang sedang mencipta, membimbing dan mengarahkan
kekuatan Allah yang menjadikan alam semesta dan yang membuatnya berjalan terus.
Yesus adalah Logos yang datang ke
bumi.
Firman itu telah menjadi daging. “pikiran Allah telah menjadi pribadi”.
Konsep tentang Logos merupakan
pikiran Allah yang menjadikan dunia dan membuatnya lebih bermakna. Yohanes
memberitahukan bahwa pikiran Allah sifatnya menopang, mengendalikan, memberikan
terang dan menciptakan, semua itu telah diungkapkan melalui perantaraan Yesus Kristus.
Yohanes pun mengungkapkan bahwa manusia tidak perlu lagi menduga dan
meraba-raba, yang mereka perlu lakukan hanyalah melihat kepada Yesus, percaya
karena dengan demikian mereka dapat melihat pikiran Allah. seperti yang
diungkapkan dalam Yohanes 1:1 dan 2. “pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman
itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah”.
IV. YANG DILAKUKAN GEREJA DALAM MELAWAN GNOSTIK
Salah seorang teolog yang paling
keras melawan Gnostik adalah uskup Irenaeus
dari Lyon-Perancis. Ia menulis
karya “Penyingkapan Kedok
dan Sanggahan Terhadap Pengetahuan Pura-pura” (± 180 M).
Sedangkan teolog-teolog di Mesir seperti Clemens
dari Aleksandria (± 150-210 M)
dan Origenes (185-254 M) mengambil
sikap lain, mereka menampung unsur-unsur Gnostik dalam ajaran mereka dan dengan
demikian menciptakan semacam gnostik gerejawi.
Ada
dua alasan mengapa keberadaan aliran Gnostik menjadi tantangan yang berat bagi
gereja mula-mula, dari segi organisasi dan kitab suci. Waktu itu, setiap jemaat
masih berdiri sendiri. Para rasul dan pengganti mereka telah meninggal dan
tidak ada tokoh-tokoh yang berwibawa seperti mereka. Belum ada lembaga pusat
yang memberi bimbingan dan penerangan kepada jemaat-jemaat. Hubungan antar
jemaat hanya bersifat sukarela misalnya Ignatius mengirim surat ke
jemaat-jemaat di Asia Kecil; Uskup Clemens dari Roma menyurati dan menegur
jemaat Korintus ketika terjadi pertikaian dalam jemaat itu tahun 96 M. Jika ada
jemaat yang terpengaruh oleh ajaran Gnostik, sangat mungkin jemaat yang agak
jauh tidak mengetahuinya. Dan jika tahu, protes terhadap ajaran itu susah
dibawa kemana-mana. Penolakan terhadap Gnostik hanya bisa terjadi melalui
terbentukannya pendapat umum dalam gereja, dan hal itu memakan waktu yang lama.
Kesulitan terbentuknya pendapat umum
dalam perlawanan terhadap ajaran Gnostik juga didorong oleh penggunaan Alkitab.
Waktu itu, hanya PL saja yang telah menjadi kitab utama bagi gereja mula-mula.
Dengan bahasa Yunani (Septuaginta) dan Arami (bagi orang-orang Kristen di luar
lingkungan kebudayaan Helenistis di Asia Barat). Orang-orang Yahudi sendiri
telah menetapkan kitab-kitab apa yang tercakup didalamnya. Tetapi kalau
lawan-lawan Gnostik mengemukan bukti-bukti dari PL, penganut-penganut membalas
dengan memberikan tafsiran “rohani” atas ayat-ayat yang bersangkutan
(allegorese). Dalam hal PB, lebih sulit lagi. Para rasul dan murid-muridnya
telah menulis surat-surat dan
Injil/Wahyu. Karangan-karangan hanya ditulis untuk jemaat yang mereka kenal.
Dan karena kitab-kitab tersebut itu beredar dalam lingkungan tertentu saja,
sangat susah untuk menemukan patokan yang jelas dalam menentukan mana yang
patut berwibawa dan mana yang tidak. Dengan demikian, kaum Gnostik juga mudah
mengedarkan tulisan-tulisan mereka sendiri, dengan memakai nama seorang rasul.
Gnostik merupakan tantangan yang
sangat kuat atas iman Kristen, sehingga muncullah 3 azas yang menjadi
“bendungan” terhadap aliran Gnostik dan ajaran-ajaran lain, yaitu kanon,
pengakuan iman, dan uskup. Ajaran gereja yang
berdasarkan ketiga azas itu disebut “ortodoksi”
atau “pendapat/ajaran yang tepat”.
Kanon, merupakan kata Yunani yang
berarti: ukuran, patokan, dan juga daftar.
Waktu itu gereja telah memiliki PL sebagai ukuran bagi kepercayaan dan
kehidupan jemaat. Di samping itu ada tulisan-tulisan dari murid Tuhan Yesus:
Injil-injil, surat-surat dan lainnya. Meski demikian, kaum Gnostik juga
mengedarkan kitab-kitab yang katanya ditulis oleh murid Tuhan. Sebab itulah,
gereja perlu menentukan manakah yang boleh dianggap benar-benar berasal dari
murid Tuhan. Keempat Injil yang kita kenal itu agak mudah mendapat pengakuan
umum, demikian juga surat-surat Paulus dan Kisah rasul, karya Lukas. Beberapa
kitab lain baru memperoleh kesepakatan umum belakangan. Secara garis besar, PB
sudah tersusun tahun 200. Kitab-kitab yang bersifat gnostis
ditolak, sehingga garis batas Gereja dan Gnostik menjadi jelas. Gereja juga
membutuhkan suatu ringkasan pokok-pokok kepercayaan yang akan menjadi pegangan
bagi jemaat. Pengakuan tertua hanyalah mengenai Kristus: Yesus adalah Tuhan
(1Kor 12:3), yang berkembang seperti tertulis dalam Roma 1:3, Filipi 2:5-11
dsb. Barulah pengakuan itu berkembang menjadi suatu rumusan iman yang lengkap:
„Pengakuan Iman Rasuli‟. Meskipun tidak disebutkan tentang gnostik didalamnya,
isi pengakuan iman rasuli jelas telah melawan aliran itu.
Disamping kanon dan pengakuan iman
yang merupakan pertahan kuat terhadap aliran gnostik, dibutuhkan seseorang yang
mengartikan dan menerapkannya. Orang inilah adalah uskup, yang dipandang sebagai pengganti rasul. Uskup-uskup jaman
itu juga memilih dan menahbiskan seseorang menjadi uskup dan meneruskan ajaran
yang diterimanya dari Kristus (pewaris jabatan rasuli, successio
apostolica), sehingga tersusunlah rangkaian saksi-saksi kebenaran yang
dapat dipercaya ajarannya, karena ajaran itu telah diterima, secara tidak
langsung dari Kristus sendiri (misal: Kristus – Yohanes – Polikarpus –
Irenaeus). Uskup-uskup di kota-kota besar (Roma, Antiokhia, Alexandria, dan di
kemudian hari Konstantinopel dan Yerusalem) memiliki kewibawaan yang besar, dan
diberi gelar : patriarkh (di Roma : paus).
PENUTUP
Ajaran-ajaran
gnostik yang muncul pada saat itu banyak mendapat kritikan yang sangat dalam.
Karena banyak pertentangan ajaran yang
ditulis didalamnya yang tidak sesuai
dengan Perjanjian Lama. Salah satunya injil Tomas yang menyatakan bahwa “
Yesus itu tidak disalibkan melainkan Yudas
“. Memang pada saat itu yang menjadi kitab utama gereja mula-mula adalah PL tetapi
banyak pula jemaat yang lebih mempercayai ajaran gnostik. Maka dari itu gereja-gereja mulai
menggunakan kanon sebagai alat
pengukur atau mengidentifikasi kitab-kitab
yang baru muncul pada jaman itu,
sehingga jemaat tidak tersesat.
Bertahun-tahun gereja mula-mula memerangi bidat- bidat yang ingin
menyesatkan umat atau jemaat. Prosesnya pun tidak mudah yaitu mengidentifikasi
satu persatu buku atau kitab dengan menggunakan kanon. Salah satu yang
diperhatikan adalah usia buku tersebut, penulis berasal ( nabi, rasul ) dan diakui oleh
banyak gereja.
Seperti
yang tertulis dalam 1 Timotius 1 : 7 ” mereka
itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka
sendiri dan pokok-pokok
yang secara mutlak mereka kemukakan”. Artinya
penulis-penulis kitab gnostik
ingin menyampaikan tentang keesaan Tuhan namun mereka kurang jeli atau kurang
mengetahui maksud, latar belakang,
makna
dan sebagainya. Tetapi memang ada juga yang ikut bergabung di dalam komunitas gnostik
ingin menyesatkan jemaat yang percaya kepada
Yesus menjadi orang yang kontra.
DAFTAR PUSTAKA
1) Berkhof,
H. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994. Bab 2-4
2) End,
Th van den. Harta dalam BejNA. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Bab II
3) Robert
Don Hughes, Mari Berfikir tentag Sejarah, PT Yayasan Gloria 2011
5) William
Barclay, PEMAHAMAN ALKITAB SETIAP HARI INJIL YOHANES, Jakarta, BPK Gunung
Mulia, hlm 60-62
Tidak ada komentar:
Posting Komentar