Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Senin, 17 Juni 2013

Makalah Psikologi Perkembangan judulnya Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-Anak

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu
Tulus Tu’u, S.Th, M.Pd
Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-Anak



Kelompok 3
Asri Kristiani
Era Yuriana
Febri Permana
Nelsia K.F Pasaribu
Nerly
Robby Septiawawan
Silviani Follandari


Sekolah Tinggi Teologi Banjarmasin 2012

KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Atas berkat dan kasih karunia-Nya, kami kelompok tiga telah menyelesaikan makalah kami dengan baik. Dengan judul perkembangan masa pertengahan dan akhir anak-anak. Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, oleh karena itu kelompok mengharapkan kelompok lain dapat memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat mengerti dan memahami apa saja yang termasuk dengan judul makalah kami di atas. Tuhan Yesus memberkati kita semua.






                                                                                                                Banjarmasin, September 2012


                                                                                                                                Penulis











DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan ................................................................................................................... 4
Masa anak sekolah.......................................................................................................... 4
Perkembangan Fisik........................................................................................................ 4
Keadaan Berat dan Tinggi Badan................................................................................. 5
Perkembangan Motirik................................................................................................... 5
Perkembangan kognitif................................................................................................... 5
Perkembangan kognitif menurut teori piaget............................................................... 6
Perkembangan memori................................................................................................... 6
Pengembangan pemikiran kritis.................................................................................... 7
Perkembangan inteligensi............................................................................................... 8
Pengertian inteligensi....................................................................................................... 8
Pengukuran inteligensi.................................................................................................... 9
Teori-teori inteligensi....................................................................................................... 9
Tanggapan kelompok.................................................................................................... 13
Daftar pustaka








Pendahulan
            Masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan kelanjutan dalam masa awal anak-anak yang telah dipaparkan dalam bab 5. Permulaan masa pertengahan dan akhir anak-anak ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk ke kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. Berikut ini dapat kita pelajari secara bersama-sama dalam bahasan presentasi kelompok 3:
Masa anak sekolah
            Anak-anak pada masa ini harus mengalami tugas-tugas perkembangan yakni:
-          Belajar keterampiln fisik untuk permainan biasa
-          Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri
-          Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya
-          Belajar peranan jenis yang sesuai dengan jenisnya
-          Membentuk keterampilan dasar: membaca, menulis, dan berhitung
-          Membentuk konsep-konsep yang perlu untuk hidup sehari-hari
-          Membentuk hati nurani, nilai moral dan nilai sosial
-          Memperoleh kebebasan pribadi
-          Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga
                Dalam perkembangan ini anak tetap memerlukan penambahan pengetahuan melalui belajar. Belajar secara sistematis di sekolah dan mengembangkan sikap, kebiasaan dalam keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian dan pujian perilaku bila prestasi-prestasinya yang baik, baik di rumah maupun di sekolah. Anak tetap memerlukan pengarahan dan pengawasan dari gurudan orangtua untuk memunculkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan keteramplan-keterampilan baru.[1]
Perkembangan Fisik
            Masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif lambat sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat.    Karena itu, masa ini sering juga disebut “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan masa “tenang” tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, diantaranya keadaan berat dan tinggi badan, keterampilan motorik.


Keadaan Berat dan Tinggi Badan 
            Sampai usia sekitar 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih pendek, kepala dan perut masih besar. Selama masa akhir anak-anak tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6% dan berat bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg. kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci dan berat 80 hingga 42,5 kg (Mussen, Conger & Kagan, 1969). Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul menjadi lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh.
Perkembangan Motorik
            Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka selama masa pertengahan dan akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan awal masa anak-anak. Anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok, melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olahraga berkembang pesat. Sejak usia 6 tahun, koordinasi antar mata dan tangan, yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar, dan menangkap juga berkembang. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit dan cepat, diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrumen musik tertentu. (santrock 1995). Di satu sisi, partisipasi anak-anak dalam bidang olahraga dapat memberi latihan dan kesempatan untuk belajar bersaing, meningkatkan harga diri dan memeperluas pergaulan dan persahabataan dengan teman-tean sebaya. Tetapi di sisi lain, olahraga juga menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak. Mereka mengalami terlalu banyak tekanan untuk berprestasi menang, cidera fisik, harus bolos dari tugas akademis, berusaha mencapai harapan-harapan yang tidak realistis untuk menjadi atlit yang sukses.
Perkembangan kognitif
            Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat  imajinatif (yang bersifat khayal) dan egosentris (perbuatan), maka pada usia sekolah dasar ini daya pikir anak berkembang ke arah berpikir konkrit, rasional dan objektif.


Perkembangan kognitif menurut teori piaget
Menurut teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought). Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.
Menurut piaget, anak-anak  pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak (Johnson dan Medinnus,1974). Hal ini  adalah kerena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam peroses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu : Negasi (negation), Hubungan timbal balik (resiprokasi) dan Identitas.
Kemampuan ini anak melakukan operasi-operasi mental dan kognitif memungkinkannya mengadakan hubungan yang lebih luas dengan dunianya. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukan. jadi, anak telah memiliki  struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berpikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata. Hanya saja, apa yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan sesuatu yang konkrit, suatu realitas secara fisik, benda-benda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan  realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak. keterbatasan lain yang terjadi dalam kemampuan berpikir konkrit anak ialah Egosentrisme. Artinya, anak belum mampu secara langsung dialami dengan perbuatan-perbuatan dan objek-objek yang hanya ada dalam pikiran.
Perkembangan memori
            Selama tahun-tahun pertengahan dan akhir, anak-anak menunjukkan perubahan-perubahan penting bagaimana mereka mengorganisasi dan mengingat informasi. Cara mereka memproses informasi menunjukkan keterbatasa-keterbatasan dibandingkan dengan orang dewasa. Berbeda dengan memori jangka panjang, terlihat peningkatan seiring dengan penambahan usia selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Hal ini karena memori jangka panjang sangat tergantung pada kegiatan-kegiatan belajar individu ketika mempelajari dan mengingat informasi. Selama periode ini mereka berusaha mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut dengan menggunakan strategi memori (memorystrategi), yaitu perilaku yang disengaja digunakan untuk meningkatkan memori.
            Martlin (1994) menyebut 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
1.      Rehearsal ( pengulangan) adalah salah satu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi setelah informasi tersebut disajikan.
2.      Organization (organisasi) seperti pengkategorian dan pengelompokan, merupakan strategi memori  yang sering digunakan oleh orang dewasa. Anak-anak yang masih kecil tidak dapat mengelompokkan secara spontan item-item yang sama untuk membantu proses memorinya. Anak-anak sering nampak menemukan strategi organisasi ini secara kebetulan (schneider & bjorklund,1997).
3.      Imagery (perbandingan) adalah tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang (chaplin, 2002). Perbandingan juga merupakan salah satu strategi memori yang berkembang selama masa pertengahan dan akhir anak-anak.
4.      Retrival (pemunculan kembali) adalah proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan (chaplin,2002). Pemunculan  kembali juga merupakan strategi memori yang banyak digunakan oleh orang dewasa. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu orang dewasa memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakannya secara spontan. Sebaliknya, anak-anak yang diberi suatu isyarat pemunculan kembali tidak berusaha menyelidiki secara mendalam memori mereka.
Perlu juga dipahami bahwa di samping stategi-strategi memori di atas, juga terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat-sifat anak (termasuk sikap, motivasi, dan kesehatan), serta pengetahuan anak yang diperoleh sebelumnya.
Perkembangan Pemikiran Kritis.
Pemikiran kritis adalah pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan dan tulisan), dan berpikir secara reflektif dan evaluative.
Meskipun istilah “kritis” lebih merupakan masalah disposisi (watak) daripada kecakapan (ability) dan tidak merujuk pada pikiran, namun sebagaimana dinyatakan oleh Perkins, Jay dan Tishman (1993) bahwa pemikiran yang baik  meliputi disposisi-disposisi untuk:
1.      Berpikir  terbuka, fleksibel dan berani mengambil resiko.
2.      Mendorong keingintahuan intelektual.
3.      Mencari dan memperjelas pemahaman.
4.      Merencanakan dan menyusun strategi.
5.      Berhati-hati secara intelektual.
6.      Mencari dan mengevaluasi pertimbangan-pertimbangan rasional.
7.      Mengembangkan metakognitif (ingatan, penerapan atau pemahaman).
Jadi sekalipun istilah kritis tidak merujuk pada pemikiran, tetapi pemikiran yang mendalam akan menghasilkan  pengetahuan dan wawasan baru.
Pemikiran kritis merupakan suatu bagian dari kecakapan praktis, yang dapat membantu dalam memahami bagaimana alat-alat yang belum dikenal mengalami kerusakan, bagaimana menyusun istilah-istilah karya ilmiah, bagaimana menyelesaikan konflik pribadi dan bagaimana mengambil keputusan tentang  jenis karir yang ditekuni.
Oleh sebab itu tidak berlebihan kalau Galotti (dalam Santrock, 1998) menempatkan pemikiran kritis sebagai salah satu aspek penting dalam penalaran sehari-hari. Anak harus memiliki kesadaran akan diri dan lingkungannya, karena itu pendidikan di sekolah haruslah mampu membangun kesadaran kritis bagi anak didik.
Menurut santrock (1998) untuk mampu berpikir secara kritis anak harus mengambil peran aktif dalam proses belajar seperti :
1.      Mendengarkan secara seksama.
2.      Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan.
3.      Mengorganisasikan atau pemikiran-pemikiran  mereka.
4.      Memperhatikan persamaan-persamaan dan perbedaan- perbedaan.
5.      Melakukan dedukasi.
6.      Membedakan kesimpulan-kesimpulan yang secara logika.
Tokoh pendidikan krtis kebangsaan Brazil, Paolo Freire menjelaskan bahwa untuk mengembangkan kesadaran berpikir kritis anak, di dalam proses pendidikan guru dan murid harus berperan sebagai pemain bersama. Artinya mereka bersama menyelesaikan suatu masalah, guru tidak berpikir untuk menjadi murid, tetapi guru dan murid bersama-sama mencari dan bertanggung jawab dalam suatu proses pertumbuhan.
Masalah itu harus dipecahkan bersama-sama dalam suatu dialog antara guru dan murid. Pelaksanaan pendidikan dengan cara dialog inilah akan membangkitkan kesadaran kritis anak didik.

Perkembangan inteligensi (IQ)
Intelegensi menentukan perkembangan kemampuan dan pencapaian optimal hasil belajar anak di sekolah. Dengan mengetahui inteligensinya, seorang anak dapat dikategorikan menjadi anak yang pandai atau cerdas (genius), sedang, atau bodoh (idiot).
Pengertian inteligensi
Secara umum, pengertian inteligensi dimasukkan kedalam salah satu dari tiga klasifikasi berikut: (1) kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi baru atau mengahadapi situasi yang sangat beragam; (2) kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan; (3) kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak dan menggunakan secara luas simbol-simbol dan konsep-konsep (Phares 1988).
Dari beberapa definisi diatas, inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir secara abstrak, memecahkan masalah dengan simbol-simbol verbal, dan kemampuan untuk belajar dari dan menyesuaikan diri dengan pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari.


Pengukuran inteligensi
Untuk mengukur perbedaan-perbedaan kemampuan setiap anak, para psikologi telah mengembangkan sejumlah test Inteligensi. Dalam hal ini Alfret Binet (1857-1911), dipandang paling berjasa dalam mempelopori pengembangan test inteligensi ini.
Tahun 1904 Binet bersama mahasiswanya, Theophile Simon, mulai merancang tes inteleginsi, yang diberi nama:” Chelle Matrique de I’inteligence” (skala pengukuran intelegensi).
William Stern (1871-1938), kemudian menyempurnakan tes inteligensi Binet dan mengembangkan sebuah istilah yang sangat populer hingga sekarang, yaitu Inteligence Quotient (IQ).
Dewasa ini tes-tes inteligensi telah dipergunakan secara luas untuk menempatkan anak sekolah kedalam suatu kelas atau jurusan tertentu, untuk menerima mahasiswa disuatu perguruan tinggi , untuk menyeleksi calon pegawai negeri sipil, untuk memiliki individu yang akan ditempatkan pada jabatan tertentu , dan sebagainya.
TABEL 6.1 klasifikasi IQ
IQ
Klasifikasi
Tingkat sekolah
Di atas 139
120-139


110-119

90-109

80-89

70-79

Di bawah 70
Sangat superior
Superior


Di atas rata-rata

Rata-rata

Di bawah rata-rata

Bonderline

Terbelakang secara mental
Orang yang sangat pandai
Dapat menyelesaikan studi di universitas tanpa banyak kesulitan
Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan tanpa kesulitan
Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan
Dapat menyelesaikan sekolah dasar
Dapat mempelajari sesuatu tapi lambat
Tidak bisa mengikuti pendidikan di sekolah

Teori-Teori Inteligensi
            Charles Spearman (1863-1945), orang yang berjasa mengembangkan analisis faktor misalnya, Ia percaya adanya suatu faktor inteligensi umum. Seseorang yang harus memecahkan soal aljabar misalnya, maka yang dibutuhkan ialah inteligensi umum orang tersebut dan pemahamannya akan berbagai rumus serta konsep aljabar itu sendiri. Menurut Spearman orang yang cerdas mempunyai banyak sekali faktor umum, dan faktor umum ini merupakan dasar dari semua perilaku cerdas manusia, mulai dari keunggulan di sekolah sampai pada kemampuannya berlayar di laut (Mayers, 1996).
            Pandangan Spearman yang lebih menekankan pada inteligensi umum tersebut ditolak oleh Louis Thurstone (1887-1955), yang menekankan pada aspek yang terbagi-bagi dari inteligensi. Thurstone menganggap bahwa inteligensi dapat dibagi menjadi sejumlah kemampuan primer. Menurut Thurstone, inteligensi umum yang dikemukakan oleh spearman itu dasarnya terdiri dari 7 kemampuan primer yang dapat dibedakan dengan jelas serta dapat digali melalui tes inteligensi, yaitu:
-          Pemahaman verbal
-          Kefasihan menggunakan kata-kata
-          Kemampuan bilangan
-          kemampuan ruang
-          kemampuan mengingat
-          kecepatan pengamatan
-          kemampuan penalaran (Ferrari & Sternberg)
            uraian tersebut dapat kita lihat dalam tabel berikut ini:
                                                                        TABEL 6.2
                                                Kemampuan Mental Primer Thurstone
Inteligensi
Kemampuan
Verbal comprehension

Word fluency



Number

Space



Memory

Perceptual speed



Reasoning
Kemampuan memahami makna kata.

Kemampuan memikirkan kata secara tepat, seperti penukaran huruf dalam kata, sehingga kata itu mempunyai pengertian lain, atau memikirkan kata-kata yang bersajak.

Kemampuan bekerja dengan angka dan melakukan perhitungan
Kemampuan memvisualisasi hubungan bentuk ruang, seperti mengenali gambar yang sama yang disajikan dengan sudut pandang yang berbeda.

Kemampuan mengingat

Kemampuan menangkap rincian visual secara cepat serta melihat persamaan gambar dan perbedaan diantara objek yang tergambar

Kemampuan menemukan aturan umum berdasarkan contoh yang disajikan, seperti menentukan bentuk keseluruhan rangkaian setelah disajikan dari rangkaian tersebut.

SUMBER: Diadaptasi dari Atkinson, Atkinson, Hilgard, 1993
            Psikolog Howard Gadner (1983) mendukung gagasan bahwa kita tidak mempunyai satu inteligensi, tetapi malah memiliki banyak inteligensi, yang berbeda antara satu sama lain. Masing-masing inteligensi ini meliputi keterampilan-keterampilan kognitif yang unik, dan masing-masing ditampilkan di dalam bentuk-bentuk yang berlebihan pada orang-orang berbakat dan idiot.
                                                            TABEL 6.3
                                                Aspek Inteligensi Gardner
Inteligensi
Kemampuan
Logical-Mathematical



Linguistic


Musical



Spatial



Bodily Rinesthetic


Interpersonal


Intrapersonal
Kepekaan dan kemampuan mengamati pola-pola logis dan bilangan, serta kemampuan berpikir logis.

Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-fungsi bahasa.

Kemampuan menghasilkan dan mengekspresikan ritme, nada, dan bentuk-bentuk ekspresi musik.

Kemampuan mempresepsi dunia ruang visual secara akurat dan melakukan transformasi presepsi tersebut.

Kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek-objek secara terampil

Kemampuan mengamati dan merespon suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain.
Kemampuan, memahami perasaan, kekuatan, dan kelemahan Inteligensi sendiri
SUMBER: Diadaptasi dari Gardner (1983)
            Teori kontemporer tentang inteligensi berasal dari robert J. Sternberg (1988), yang dikenal dengan “Triarchic Theory of intelligence”. Teori ini merupakan perluasan dari pendekatan psikometrik dan menggabungkannya dengan ide-ide terbaru dari riset terhadap bagaimana pemikiran terjadi.
            Inteligensi eksperensial difokuskan pada bagaimana pengalaman sesorang sebelum mempengaruhi inteligensi, dan bagaimana pengalaman itu difokuskan pada pemecahan masalah dalam berbagai situasi. Sedangkan inteligensi kontekstual difokuskan pada pertimbangan bagaimana orang bisa behasil dalam menghadapi tuntutan lingkungannya sehari-hari, bagaimana ia keluar dari kesulitan, atau bagaiman ia bergaul dengan orang lain. Inteligensi fraktis atau kontekstual ini menurut Strenberg sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata yang memang tidak diajarkan di sekolah. Ketiga aspek intelekstual menurut teori triarchic Strenberg digambarkan sebagai berikut:

                                                            TABEL 6.4
                                                Aspek Intelektual Strenberg
Aspek Inteligensi
Kemampuan
Componential



Experiential




Contextual
Pengkodean dan penggambaran informasi, dan perencanaan pelaksanaan solusi atas permasalahan-permasalahan.

Mampu memadukan masalah-masalah baru dan masalah-masalah lama dengan cara-cara baru, maupun memcahkan masalah secara otomatis.

Mampumenyesuaikan, mengubah dan memilih lingkungan belajar untuk dijadikan sebagai sarana dalam pemecahan masalah.
SUMBER: Diadaptasi dari seifert & Hoffnung (1994)
            Beberapa teori kontemporer tentang inteligensi lebih difokuskan pada inteligensi fraktis (practical intelligence) – inteligensi yang dihubungkan dengan semua kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari dari Strenberg tersebut – dibandingkan pada praktis akademis dan intelektual. Hal ini karena kesuksesan dalam hidup atau karir dibutuhkan suatu tipe inteligensi yang sangat berbeda dengan yang dibutuhkan dalam kesuksesan akademis dan kebanyakan psikolog percaya bahwa IQ tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesuksesan dalam berkarir. Orang yang tinggi dalam inteligensi fraktisnya, lebih mampu mempelajari norma-norma dan prinsip-prinsip umum serta mengaplikasikannya secara tepat.












TANGGAPAN KELOMPOK
            Perkembangan masa pertengahan dan akhir anak-anak ini sebagian besar terjadi suatu  perkembangan dalam kehidupan anak tersebut. Perkembangan yang terjadi pada anak dimulai dari perkembangan fisik, keadaan berat dan tinggi badan, perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan memori, perkembangan pemikiran kritis dan perkembangan inteligensi. Seperti yang terdapat dalam nats Alkitab yang diambil dari Amsal 4:1 “Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian”. Ayah pada nats ini bisa juga berarti guru. Anak masa sekolah banyak menghabiskan waktu disekolah dan ini merupakan lingkungan yang baru dimana anak belajar beradaptasi belajar memahami lingkungan sekitar. Di sekolah perkembangan memori anak dapat dilatih dan inteligensi anak juga dapat berkembang secara optimal.





















DAFTAR PUSTAKA

1.      Prof. Dr. HJ. Samsunuijaya TI Mara’AT, S.Psi, Psi, Psikologi Perkembangan: PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Indonesia, 1976
2.      Prof. Dr.  Singgih D. Gunarsa, Dra. Ny. Y. Singgih D.Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan keluarga: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1991
3.      Dra. Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak Bermasalah,  Jakarta, 1990


































KATA-KATA ASING, UNTUK DIPELAJARI..

1.      Reflektif : Berpikir reflektif adalah berpikir untuk mengingat kembali apa yang sudah dilakukan dalam rangka introspeksi, refleksi dan koreksi diri atas berbagai kualitas hidup kita.
2.      Evaluasi  adalah proses penilaian . Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya.[2]
3.      Metakognitif adalah kemampuan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif. Meta kognitif mengendalikan enam tingkatan aspek kognitif yang didefinisikan oleh Benjamin Bloom dalam taksonomi Bloom yang terdiri dari tahap ingatan, pemahaman, terapan, analisis dan sintetis.
4.      Dedukasi: Deduksi merupakan suatu cara penalaran dengan menggunakan kriteria atau suatu keyakinan tertentu untuk mendapatkan suatu kesimpulan kasus khusus atau spesifik

5.      Visualisasi (Inggris: visualization) adalah rekayasa dalam pembuatan gambar, diagram atau animasi untuk penampilan suatu informasi. Secara umum, visualisasi dalam bentuk gambar baik yang bersifat abstrak maupun nyata telah dikenal sejak awal dari peradaban manusia. Contoh dari hal ini meliputi lukisan di dinding-dinding gua dari manusia purba, bentuk huruf hiroglip Mesir, sistem geometri Yunani, dan teknik pelukisan dari Leonardo da Vinci untuk tujuan rekayasa dan ilmiah, dll.



[1] Prof. Dr. Singgih d.Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, hal 12


Tidak ada komentar:

Posting Komentar