Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Senin, 03 Juni 2013

belajar tentang pentingnya PL dan keadaan Geografisnya zaman PL




                              
Nama                          : Obet Nego
Nim                             : 11.16.23
Dosen Pengampu       : Pdt.Bimbing Kalvari,M.Th

Laporan tugas  pengetahuan perjanjian lama.

1. APA ITU PERJANJIAN LAMA DAN  MENGAPA KITA PENTING MEMPELAJARINYA?


Umat Kristen pada umumnya dapat menerima Alkitab Perjanjian Baru (PB) dengan mudah karena Alkitab PB adalah dokumen yang memberi kesaksian tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan dan pengajaran Kristus yang penuh kuasa serta sejarah pendirian gereja- Nya. Tetapi, bagaimana dengan Perjanjian Lama? Sering umat Kristen bertanya, apakah gunanya mempelajari kitab-kitab Perjanjian Lama? Bukankah PL lebih banyak berbicara tentang cerita usang dari sejarah bangsa Yahudi (Israel) dan tentang raja-raja dan nabi-nabi dan tokoh-tokoh yang tidak ada hubungan langsung dengan kita sekarang? Dapatkah kita menerima keseluruhan PL sebagai Firman Allah yang berotoritas mutlak dalam hidup kita?

Pertanyan-pertanyaan di atas sangat penting untuk dijawab. Pelajaran pertama dari Kursus Pengantar Perjanjian Lama (PPL) ini akan menolong kita untuk melihat PL dari sudut pandang keseluruhan kebenaran Alkitab supaya kita dapat melihat dengan jelas relevansinya bagi kehidupan Kristen kita sekarang.

Marilah kita mulai dengan menjawab pertanyaan, mengapa penting mempelajari Perjanjian Lama?


a. Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana Allah

Cara Allah menyatakan Diri-Nya kepada manusia adalah dengan memberikan Penyataan Umum dan Penyataan Khusus, yaitu melalui alam, sejarah, hati nurani manusia dan juga melalui Firman dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Di dalam Penyataan-penyataan inilah Allah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Nya kepada manusia (Rom 1:19-20; Yes. 52:10).

Dalam Perjanjian Lama, Allah memakai hamba-hamba-Nya, dengan latar belakang satu bangsa, yaitu bangsa Israel, untuk menjadi sarana dalam menyampaikan Penyataan-penyataan rencana-Nya kepada manusia (Yes 49:6). Oleh karena itu sejarah lahirnya bangsa Israel dan bagaimana Allah menyertai, menghukum dan memberkati bangsa ini (yang kita pelajari melalui kitab-kitab PL) seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan iman Kristen. Karena melalui sejarah bangsa ini Allah sebenarnya sedang memberitahukan kepada manusia tentang Diri-Nya; siapakah Dia dan apakah rencana- Nya bagi umat manusia, termasuk rencana-Nya bagi kita yang hidup sekarang. Dengan mempelajari PL, maka kita akan melihat bagaimana Allah secara progresif menyatakan Diri-Nya untuk dikenal; pertama melalui bangsa pilihan-Nya (Israel), lalu selanjutnya melalui orang- orang yang dipilih-Nya pada masa Perjanjian Baru (Rom 1:16).



b. Perjanjian Lama adalah Bukti akan Kedaulatan dan Kesetiaan Allah

Dibalik cerita sejarah bangsa Israel, PL juga menjadi bukti penting akan kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta yang diciptakan- Nya, termasuk di dalamnya manusia. Dialah yang mengawasi sejarah dan yang akan menyelesaikan rencana-Nya tepat pada waktu yang sudah ditetapkan-Nya (Fil 1:6). Dia juga yang memilih hamba-hamba-Nya sesuai dengan kedaulatan-Nya untuk melaksanakan rencana kekal-Nya. Di sini sekaligus PL juga menjadi bukti penyataan progresif akan kesetiaan Allah (Yes. 25:1). Allah turut bekerja dalam sejarah, termasuk ketika Israel tidak taat, tetapi Allah tetap setia pada janji-Nya (Rom 3:3). Oleh karena itu kitab-kitab PB tidak mungkin dilepaskan dari PL; Allah PB adalah juga Allah PL yang setia melaksanakan rencana kedaulatan-Nya (keselamatan) bagi umat pilihan- Nya.


c. Perjanjian Lama adalah Firman Allah

Mengakui bahwa PL adalah Firman Allah adalah bagian yang penting dari iman Kristen, karena apabila kita mengakui otoritasnya maka berarti kita bersedia tunduk pada otoritas tsb. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana kita tahu dan yakin bahwa kitab- kitab PL adalah Firman Allah yang berotoritas? Berikut ini adalah beberapa bukti bahwa PL adalah Firman Allah.


Pertama, bukti dari dalam Alkitab sendiri:

1. Yesus mengakui otoritas PL Selama Yesus hidup di dunia Ia mengakui otoritas PL secara penuh. Hal ini terbukti jelas dalam kitab-kitab Injil bagaimana Yesus selalu mengutip PL untuk menunjukkan dasar otoritas dan pengajaran-Nya. Misalnya pada waktu Ia dicobai (Matius 4:1-11). Juga ketika Yesus harus mengklaim kedudukan-Nya sebagai Anak Allah (Yohanes 10:31-36). Sikap Yesus yang menjunjung tinggi PL cukup menjadi bukti bahwa PL memiliki otoritas sebagai Firman Allah.

2. Para Rasul mengakui otoritas PL Diantara para Rasul tidak ada bukti satupun yang memperlihatkan bahwa mereka tidak mempercayai PL sebagai inspirasi dari Allah. Di antara para rasul, Paulus adalah yang paling jelas memberikan pengakuan secara penuh akan otoritas PL. 2 Tim. 3:16, "tulisan" yang dimaksud pada waktu itu adalah tulisan dari kitab-kitab PL.

3. Para penulis Alkitab mengakui otoritas PL Pola pengakuan otoritas PL juga dijumpai pada penulis-penulis PB lain, seperti Yakobus atau penulis kitab Ibrani. Mereka melihat PL bukan sebagai rangkaian sejarah dan peraturan yang mati, tetapi merupakan kisah yang hidup tentang karya Allah yang menyelamatkan manusia (Yak 1:22-23; Ibr. 4:12).


Bukti dari luar Alkitab:

4. Bapak-bapak gereja secara aklamasi menerima pengakuan akan otoritas PL melalui pengkanonan Alkitab. Dinyatakan bahwa masing-masing Kitab PL menunjukkan sifat yang tidak dapat dipisahkan dari pengilhaman ilahi.

5. Allahlah yang memberi inspirasi kepada para penulis PL. Itulah sebabnya sekalipun para penulis PL hidup pada jaman dan latar belakang yang berbeda, berita yang mereka sampaikan tidak ada yang saling bertentangan, malah sebaliknya memberikan satu benang merah berita yang menunjuk pada karya keselamatan Allah.

6. Secara praktis terbukti bahwa kitab-kitab PL telah menjadi standard kebenaran dan memberikan manfaat yang sanggup mengubah kehidupan manusia, karena Allahlah yang ada dibalik penulisan itu.


d. Perjanjian Lama berisi Nubuatan bagi Perjanjian Baru

Kitab-kitab dalam PL banyak menunjuk pada nubuatan-nubuatan yang akhirnya digenapi pada masa PB (Mat. 9:31; Luk 24:44; Rom 10:4). Keseluruhan dan kelengkapan berita keselamatan harus dimulai dari PL dan diakhiri dengan PB; sehingga jelas keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh karena itu PL harus dipelajari sebagai sumber dan landasan untuk mengerti penggenapan rencana agung Allah.
Kitab-kitab dalam PL juga penuh dengan tipologi-tipologi yang kalau dipelajari akan menolong pembaca kitab-kitab PB untuk mengerti lebih jelas KEUTUHAN KESELURUHAN KEBENARAN Alkitab.




PENTINGNYA MEMPELAJARI PERJANJIAN LAMA

Perjanjian Lama adalah kumpulan buku-buku yang dikarang lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Maka bisa saja dipertanyakan apakah Perjanjian Lama itu masih perlu dipelajari pada zaman yang modern ini. Kalau kita membeli baju baru, yang lama dapat dibuang. Kalau kita memasuki Orde Baru, yang lama tidak berlaku lagi. Bagaimana tentang Perjanjian Lama? Apakah masih perlu? Ataukah sudah usang? Apakah tidak ada buku-buku baru yang lebih penting untuk dibaca dan dihayati pada akhir abad kedua puluh ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat dijawab dengan beberapa pokok.

a. Perjanjian lama merupakan Alkitab Yesus Kristus:
- Yesus mengenal sejarah Perjanjian Lama (misalnya Yohanes 3:14; bandingkan Bilangan 21:4-9);
- Yesus mendasarkan pengajaranNya pada Perjanjian Lama (lihat Matius 5:17; bandingkan Markus 11:17);
- Yesus menggunakan pengajaranNya untuk menentang pencobaan (lihat Matius 4:1-11);
- Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam diriNya (misalnya Lukas 4:16-21; Yohanes 15:25).

b. Perjanjian lama sering dikutip oleh Perjanjian Baru. Ada kurang lebih 2650 kutipan dari Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru, yaitu kurang lebih 350 kutipan langsung, dan 2300 kutipan tidak langsung, serta persamaan bahasa. Dengan kata lain, terdapat rata- rata satu kutipan Perjanjian Lama dalam setiap tiga ayat Perjanjian baru. Kitab Yesaya dan mazmur paling sering dikutip (masing-masing lebih dari 400 kali); dan hanya kitab Kidung Agung yang tidak dikutip dalam Perjanjian Baru.

c. Perjanjian lama merupakan dasar untuk pengertian Perjanjian baru antara lain:
- dari segi bahasa (Perjanjian Baru ditulis dalam sejenis bahasa Yunani yang banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Perjanjian Lama);
- dari segi sejarah (sejarah Perjanjian lama dilanjutkan oleh sejarah Perjanjian Baru); dan
- dari segi teologi (tema-tema teologi Perjanjian lama, seperti penciptaan, dosa, hukuman, pertobatan, kurban, keselamatan dan sebagainya menjadi dasar teologi Perjanjian Baru).

d. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dinyatakan Allah yang Esa. Allah Israel adalah sama dengan Bapa Yesus Kristus:
- sifatNya sama (mahakuasa, mahakudus, mahapengasih, dsb.);
- rencanaNya sama (untuk keselamatan manusia dan penyempurnaan dunia yang diciptakanNya);
- tuntutanNya sama (hidup yang suci; kasih kepada Allah dan sesama manusia).

e. Perjanjian Lama merupakan firman Allah. Allah berbicara (berfirman) melalui Perjanjian lama, sebagaimana juga melalui Perjanjian Baru, untuk menyatakan kasihNya dan untuk menyampaikan kehendakNya kepada manusia.

f. Perjanjian Lama mengandung sastra yang indah, termasuk cerita yang termasyur, seperti cerita Yusuf, Rut, Daud, Elisa, Yunus, Ester dan sebagainya; dan puisi yang bagus seperti dalam Kitab Ayub, Mazmur, Yesaya dan lain-lain.


(Sumber : Dr. David L. Baker, MARI MENGENAL PERJANJIAN LAMA : Pentingnya Mempelajari Perjanjian, BPK Gunung Mulia, 1997, Halaman : 13-14)


2. BAGAIMANA KEADAAN HIDUP GEOGRAFIS DARI ALAM HIDUP PADA PERJANJIAN LAMA?

LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA

Pada pelajaran yang pertama telah kita pelajari bahwa melalui kitab-kitab PL, yang berisi sejarah bangsa Israel, Allah telah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Nya kepada manusia. Untuk itu Allah telah melibatkan Diri dalam sejarah hidup umat pilihan-Nya yang dibatasi dalam ruang dan waktu. Kisah sejarah bangsa Israel dalam Kitab-kitab PL bukanlah karya sastra yang direka-reka dan direncanakan oleh pikiran manusia. Kita patut bersyukur bahwa Alkitab adalah unik dibandingkan dengan kitab suci-kitab suci agama lain, karena Alkitab menyebutkan banyak sekali nama-nama tempat yang memang pernah ada di dunia ini. Itulah sebabnya ada dua alasan penting untuk mempelajari latar belakang geografis dunia PL:
a.       untuk menjadi bukti bahwa sejarah umat Allah dalam PL adalah sejarah yang sungguh terjadi di suatu tempat, di suatu waktu di dunia ini.
  1. supaya kita dapat mengerti dan menginterpretasikan teks Alkitab dengan lebih baik; ada ribuan nama tempat, gunung, sungai, bukit, laut dll. dalam Alkitab sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup tentang data-data geografis tsb. untuk dapat menafsirkan ayat dengan tepat.

 RUANG LINGKUP GEOGRAFIS PL

Adapun lingkup geografis PL dapat dilihat dari beberapa sisi:
a.       Geografi secara fisik; berhubungan dengan bumi secara fisik: gunung, sungai, lembah, dan struktur tanah, angin dan cuaca dll. Semua ini mempengaruhi bagaimana masyarakat hidup di daerah itu; tipe bangunan rumahnya, tipe pekerjaannya, gaya hidupnya dll.
b.      Geografi secara politis; sehubungan dengan pengaturan kelompok masyarakat yang ada, dari kelompok masyarakat sederhana yang tinggal berpindah-pindah (nomandi) sampai akhirnya membentuk suatu daerah pemukiman yang memiliki daerah teritori yang jelas dan bahkan menjadi kerajaan yang berkuasa atas daerah yang lebih luas.
c.       Geografi secara sejarah; berhubungan dengan perkembangan sejarah masyarakat dalam satu tempat dan satu waktu. Alkitab mencatat bagaimana, di mana dan kapan Allah menyatakan Diri dan rencana- Nya pada umat pilihan-Nya.


MAKNA TEOLOGIS LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PL

Tanah Perjanjian
Wilayah tanah Kanaan memiliki porsi muatan makna teologis yang sangat besar dalam seluruh kitab PL, karena tanah Kanaan merupakan komponen utama dalam perjanjian Allah dengan bangsa pilihan-Nya, Israel. Hal ini dimulai ketika Abraham dipanggil untuk pergi ke tanah yang akan Tuhan berikan kepadanya dan bangsa keturunannya, yaitu Tanah Perjanjian, (Kej. 11:31 - 12:10). Wilayah Tanah Perjanjian itu disebutkan "mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat" (Kej. 15:18) dan janji itu dikonfirmasi lagi kepada Ishak (Kej. 26:3) dan juga kepada Yakub (Kej. 28:13).
Luas tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham tidaklah jelas batasnya. Namun dapat dipastikan lebih luas dari negeri Kanaan, karena ketika Lot memilih untuk tinggal di lembah Yordan yang subur dan banyak air di sebelah timur, Abraham tinggal di tanah Kanaan, dan di situlah Tuhan berkata kepada Abraham: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama- lamanya." (Kej. 13:14-15).
Ratusan tahun kemudian ketika Musa mengingatkan bangsa Israel akan Tanah Perjanjian yang Tuhan telah berikan kepada mereka, maka Musa menjelaskan batas-batas tanah itu sebagai, "Majulah, berangkatlah, pergilah ke pegunungan orang Amori dan kepada semua tetangga mereka di Araba-Yordan, di Pegunungan, di Daerah Bukit, di Tanah Negeb dan di tepi pantai laut, yakni negeri orang Kanaan dan ke gunung Libanon sampai Efrat, sungai besar itu. Ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya." (Ul. 1:7-8). Dan saat itu bangsa Israel telah menduduki tanah bahkan sampai ke TransJordan, yang lebih luas dari batas Tanah Perjanjian.
Pada masa Yosua, Tuhan memberi perintah kepada Yosua untuk mengambil seluruh teritori seperti yang telah disebutkan oleh Musa (Yos. 1:4). Namun selama masa itu Israel gagal untuk mendapatkan seluruh tanah yang telah Tuhan janjikan, sebab utamanya adalah karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan, sehingga Tuhan menghukum mereka dengan tidak memberikan seluruh tanah itu kepada bangsa Israel. Dan selama masa raja-raja Israel, tidak ada satu raja pun yang berhasil mendapatkan seluruh Tanah Perjanjian itu kecuali Daud (itupun masih ada satu bagian tanah, Tanah orang Het yang tidak menjadi kekuasaan Israel).
Sebagai kesimpulan dapat di katakan bahwa konsep Tanah dan Perjanjian dalam PL saling memiliki kaitan yang erat. Tanah merupakan anugerah Tuhan yang dijamin di atas perjanjian (covenant) yang sah. Oleh karena itu Tanah Perjanjian merupakan simbol akan ketergantungan mereka pada Tuhan. Hubungan Israel dengan tanah itu merupakan indikasi hubungan mereka dengan Tuhan. Apabila mereka taat kepada Tuhan maka kemakmuran yang luar biasa akan terjadi di atas tanah itu (Ul. 22). Sebaliknya, ketidaktaatan bangsa Israel akan perintah Tuhan akan berakhir dengan dibuangnya mereka dari Tanah Perjanjian (Ul. 4:25-28; 28:63-68; Yos. 23:13-16; I Raj. 9:6- 9; 2 Raj. 17:22-23; dll.). Dan akibatnya pada masa-masa itu orang Israel harus hidup di tanah pembuangan dan dijajah bangsa-bangsa lain.
Namun karena janji bahwa Tuhan akan setia menyertai bangsa ini, maka tidak untuk selamanya bangsa Israel tinggal di tanah pembuangan. Pada jaman Ezra, sejarah PL mulai diwarnai dengan pertobatan dan perjanjian untuk menjauhkan diri dari pemcemaran dosa dari bangsa kafir (Ez. 9:10-15) sehingga bangsa Israel akhirnya pulang kembali ke tanah airnya dan tinggal di tanah yang Tuhan janjikan itu.

Sumber dari : www.sabda org.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar