Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu
Tulus Tu’u, S.Th, M.Pd
Perkembangan
Masa Anak-Anak Awal
Kelompok
1
Hainah
Lupita
Nana karlina
Pini
Istralina Sriwulan
Ririn
Yuningsih
Obet nego
Sandro Panca
Pardede
Sumeni
Yodiyat Septa
Aden
Sekolah Tinggi Teologi
Banjarmasin 2012
Kata Pengantar
Puji
dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-Nya penulisan laporan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan yang berjudul Perkembangan Masa Anak-Anak
Awal, ini disusun sebagai tugas psikologi perkembangan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan
ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami mengharapkan saran maupun kritik
yang membangun dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakan laporan
ini.
Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat berguna untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang hal-hal yang perlu perhatian dalam penyusunan kalimat.
Banjarmasin,
Agustus 2012
Penulis
Pendahuluan.
Masa anak-anak
kira-kira 11 tahun bagi wanita dan 12
tahun bagi laki-laki, terjadi sebuah perubahan yang signifikan, baik secara
fisik maupun psikologis. Dalam laporan ini, hanya akan membahas masa anak-anak
awal atau yang sering disebut juga masa prasekolah.
·
Perkembangan Fisik.
Selama masa
anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan
tingkat pertumbuhan selama masa pertumbuhan bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat
ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas., yakni kira-kira 2
tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali
berkembang pesat.
·
Tinggi dan berat badan
Selama masa
anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2.5 inci dan berat bertambah
antara 2,5 kg hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Ketika anak usia prasekolah
bertumbuh makin besar, presentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang
setiap tahun. Selama masa ini, baik laki-laki maupun perempuan rata-rata
terlihat makin langsing, sementara batang tubuh mereka memanjang.
·
Perkembangan otak
Di antara
perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah
perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Pertumbuhan otak selama
awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf
yang berujung di dalam dan di antara daerah-daerah di otak. Ujung-ujung saraf
yang itu terus bertumbuh
setidak-tidaknya hingga pada masa remaja.
·
Perkembangan Motorik
Perkembangan
fisik pada anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik anak, baik
kasar maupun halus. Secara singkat mengenai perkembangan motorik pada masa
anak-anak awal ini dapat dilhat dalam table.
Usia/tahun
|
Motorik kasar
|
Motorik Halus
|
2,5 sampai 3,5
3,4 sampai 4.5
4.5 sampai 5.5
|
Berjalan dengan baik; berlari lurus ke depan;
melompat
Brjalan dengan 80% langkah orang dewasa; berlari 1/3
kecepatan orang dewasa; melempar dan menangkap bola besar, tetapi lengan
masih kaku.
Menyeimbangkan badan di atas satu kaki; berlari jauh
tanpa jatuh; berenang dalam air yang dangkal
|
Meniru sebuah lingkaran; tulisan cakar ayam; dapat
makan menggunakan sendok; menyusun beberapa kotak
Mengancing baju; meniru bentuk sederhana; membuat
sambar sederhana
Menggunting; mengambar orang; meniru angka dan huruf
sederhana; membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak
|
·
Perkembangan kognitif
Imajinasi
anak-anak pada masa prasekolah terus bekerja karena banyaknya hal baru yang
anak tersebut dapatkan, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat.
Peningkatan pengertian anak-anak tentang orang, benda, situasi baru diasosiakan
dengan arti-arti yang telah dipelajari selama masa bayi.
·
Perkembangan Kognitif menurut
teori Piaget
Perkembangan
kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoprasional (preoperational
stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep
yang stabil dibentuk penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan
kemudian melamah. “Pra” dalam istilah
“praoprasional”, menunjukan bahwa pada tahap teori Piaget difokuskan pada
ketesbatasan pemikiran anak. Istilah oprasional menunjukkan pada aktivitas
mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau
pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Pemikiran praoprasional tidak lain
adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran oprasional.
·
Subtahan Prakonseptual (2 – 4
tahun)
Subtahan
prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik (symbolic thought), karena
karakteristik utama subtahan ini ditandai dengan munculnya sistem-sistem lambing
dan simbol, seperti bahasa. Pada masa subtahan ini anak-anak mengembangkan
kemapuan untuk menggambarkan atau
membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada (tidak terlihat) dengan
suatu yang lainnya. Misalnya sebuah pisau yang terbuat dari plastic bentuknya
nyata mewakili pisau yang sesungguhnya. Melalui pemikiran simbolis, anak-anak
prasekolah dapat mengorganisir dan memproses apa yang mereka ketahui.
·
Subtahan Intuitif
Istilah
intuitif digunakan untuk menunjukkan subtahan kedua dari pemikiran praoprasional
yang terjadi pada anak dalam periode dari 4 hingga 7 tahun. Dalam hal ini,
meskipun aktifitas mental terjadi, tetapi anak-anak belum begitu sadar mengenai
prinsip-prinsip yang melandasi terbentuknya aktivitas tersebut.
·
Perkembangan Persepsi
Kemampuan
anak-anak untuk memproses informasi masih sangat terbatas. Anak-anak
mendapatkan informasi dari apa yang mereka lihat dan dengarkan. Pada masa
prasekolah, penglihatan yang menjadi sumber informasi penting mengalami
peningkatan. Pada masa anak-anak persepsi
mereka juga bertambah baik. Menurut Seifert dan Hoffnung 1994, peningkatan
persepsi pada anak ini terbagi atas dua bentuk; pertama, diskriminasi visual (
visual disrcrimination); yaitu kemampuan untu membedakan atau melihat
perbedaan-perbedaan terhadap yang mereka lihat. Kedua, intergrasi visual
(visual integration); yaitu kemampuan untuk mengkoordinasi beberapa penglihatan
dengan tindakan-tindakkan fisik secara tepat. Meskipun begitu , anak-anak
prasekolah masih mengalami ketebatasan dalam pelaksanaan tugas
perkembangan-perkenbangan ini.
·
Perkembangan Memori
Perkembangan
memori pendek : dalam teori jangka pendek, individu menyimpan informasi hanya
sebentar, dengan asumsi tidak ada latihan dan pengulangan. Anak-anak usia 5
tahun akan mengalami kesulitan mengulang kembali serangkaian gambar yang sama
dari suatu objek dibandingkan dengan
serangkaian gambar-gambar lain yang tidak sama. Anak-anak yang lebih tua
lebih banyak mengulang informasi dibandingkan anak-anak yang lebih muda. Pada
anak-anak pemberian informasi harus dilakukan dengan bertahap dan menarik
sehingga mereka mudah dalam mengingat. Dalam waktu yang singkat anak-anak tidak
mampu menyerap banyak informasi sehingga pemberian informasi harus dilakukan
secara perlahan.
Perkembangan
memori panjang : Pada umumnya anak-anak yang masih kecil memiliki kemampuan
memori rekognisi – yaitu suatu kesadaran bahwa suatu objek, seseorang, benda
atau peristiwa itu sudah dikenalnya.
·
Perkembangan Atensi
Atensi
(attention) atau perhatian merupakan sebuah konsep multidemensonal yang
digunakan untuk menggambarkan perbedaan cirri-ciri dan cara-cara merespon dalam
system kognitif. Atensi adalah konsentrasi terhadap aktifitas mental. Sedangkan
Margaret W. Matlin 1994, menggunakan istilah atensi untuk merujuk pada
konsentrasi terhadap suatu tugas mental, di mana individu mencoba untuk
meniadakan stimulus lain yang menganggu. Misalnya, suatu masalah atau kejadian
yang memiliki suatu kelucuan yang menarik perhatian anak dan member arah
pemecahan masalah.
·
Perkembangan Metakonitif
Sebagai anak
yang mulai tubuh menjadi besar, maka mereka berusaha mengetahui tentang dirinya
sendiri, tentang bagaimana belajar dan mengingat situasi-situasi yang dialami
setiap hari, dan bagaimana seseorang dapat meningkatkan penilaian kognmotif
mereka. Menurut Margaret W. Matlin 1994, metakognotif adalah “knowledge and
awareness about cognitive prosses- or our thoughts about thinking”. Jadi yang
dimaksud dengan metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses
kognisi atau kesadaran kita tentang pemikiran. Metakognitif merupakan suatu
proses mengungah rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses kognitif kita
untuk merenungkan prosrs kognitif kita sendiri. Sejumblah peneliti ebih
tertarik untuk mempelajari kemampuan metakognitif pada anak-anak, apakah
anak-anak yang masih kecil mampu memahami pikiran-pikiran mereka sendiri dan
pemikiran orang lain. Hala, Chandler dan Fritz 1991 menemukan bahwa anak-anak
yang masih kecil usia 2 atau 2.5 tahun telah m,engerti bahwa utuk
menyembunyikan sebuah objek dari orang lain mereka harus menggunakan taktik
penipuan, seperti berbohong atau menghilangkan jejak mereka sendiri.
I Peranan Orang tua Dalam Perkembangan
Anak
a. Hakikat
manusia bahwa sejak terbentuknya seorang manusia baru yakni sejak terjadinya
conceptio antara sel telur dan sel kelamin laki-laki sampai menjadi tua, ia
akan mengalami perkembangan. Hakikat manusia bahwa dalam perkembangannya ini ia
membutuhkan orang lain. Si anak membutuhkan orang lain yang membantu
memperkembangkan keseluruhan dirinya. Artinya ada fase dimana anak tergantung
sepenuhynya pada orang lain, misalnya bayi yang baru dilahirkan.
Sebaiknya ada fase dimana anak dapat melepaskan sebagian besar
ketergantungannya ini, misalnya anak umur 18 tahun. Orang
lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab
adalah orang tuanya sendiri. Orang tua bertanggungjawab memperkembangkan
keseluruhan eksistensi si anak. Tanggung jawab orang tua ialah memenuhi
kebutuhan -kebutuhan si anak, baik dari sudut organis-psikologi antara lain
makanan maupun kebutuhan-kebutuhan psikis, seperti kebutuhan akan perkembangan
intelektual melalui pendidikan, kebutuhan akan rasa dikasihi, dimengerti dan
rasa aman melalui perawatan asuhan, ucapan-ucapan dan perlakuan-perlakuan yang baik. Dari segi kebutuhannya si anak
akan berkembang tanpa gangguan-gangguan panyakit-penyakit hingga menjadi anak
yang sehat, ideal sesuai dengan umurnya. Dari segi inteleknya si anak mencapai prestasi
secara optimal sesuai dengan potensi-potensinya. Dari segi karakterologisnya si
anak akan dapat memperlihatkan aspek-aspek tingkah laku yang baik dapat
mengadakan hubungan-hubungan interpersonal dengan lancar dan tepat.
·
Dasar-Dasar
Aktivitas Anak
Ada tiga
faktor yang mendasari aktivitas-aktivitas manusia, dan yang juga dapat diamati
pada anak-anak yakni:
a) Peranan
naluri dalam perbuatan
b) Refleks-refleks
dan aktivitas tubuh
c) Kebutuhan
–kehendakila
Ketiga
faktor diatas dapat diterangkan sebagai berikut:
A. Peranan
naluri dalam perbuatan
Dari
berbagai perumusan diperoleh beberapa hal mengenai naluri yakni:
v Naluri
itu sesuatu yang tidak dipelajari,
v Naluri
itu sebagai dasar timbulnya perbuatan, yang semakin berkurang bila anak itu
berkembang semakin dewasa.
Bila
dirumuskan maka naluri adalah pola-pola tingkah laku yang kompleks yang tidak
dipelajari tetapi diperoleh dari kelahiran, dan dapat terlihat pada seseorang.
B. Refleks
dan aktivitas tubuh
Pada
umumnya gerakan-gerakan reflekstoris bertujuan melindungi diri dari
kemungkinan-kemungkinan menerima rangsangan-rangsangan baik dari luar tubuh
maupun dari dalam tubuh sendiri yang mungkin mengancam kerusakan-kerusakan
tubuh ataupun sesuatu yang tidak menimbulkan keuntungan atau kesenangan
seseorang. Gerakan-gerakan refleks seperti menarik tangan, menarik kaki,
bersin, kedipan mata dan lain-lain, yang dapat kita amati pada bayi atau anak
kecil merupakan pola latihan gerakan-gerakan motoris kearah gerakan-gerakan
yang lebih kuat dan halus. Dari hasil penyelidikan (I.P.Pavlov) dibuktikan
bahwa gerakan-gerakan refleks ini berkembang dan dapat dipindahkan dalam satu
refleks ke refleks yang lain. Pendapat ini disebut psikorefleksologi.
C. Kebutuhan
dan kehendak
Terdapat
tiga faktor yang membentuk suatu lingkaran yang dikenal dengan lingkaran
motivasi yaitu: kebutuhan-tingkah laku-tujuan.
Karena
adanya kebutuhan, maka timbul suatu dorongan-kehendak untuk bertingkah laku,
dan tingkah laku ini diarahkan untuk mencapai sesuatu tujuan, sehingga dengan
demikian kebutuhan tersebut terpenuhi atau kehendak itu terpuasakn dan tidak
ada lagi dorongan.
v Kebutuhan
dan sistema kebutuhan
Kebutuhan
adalah kekurangan, artinya ada sesuatu yang kurang dan oleh karena itu timbul
kehendak untuk memenuhi atau mencukupinya. Kehendak ini dapat disamakan pula
dengan tenaga pendorong supaya berbuat sesuatu, bertingkah laku.
Kebutuhan
ini dapat beraneka ragam menjadi suatu sistema kebutuhan yang dialami oleh
setiap orang. Sistema kebutuhan pada umumnya dapat diklasifikasikan dalam dua
golongan yakni:
1. Kebutuhan
fisiologis-organis/primer
Yang
termasuk dalam kebutuhan golongan ini adalah makanan, air dan oksigen.
2. Kebutuhan
psikis/sekunder
Kebutuhan
golongan ini merupakan faktor yang ikut menentukan tercapainya taraf
kesejahteraan yang baik, yang sehat badani, rohani maupun sosial. Kebutuhan ini
tidak terdiri dari satu atau dua hal saja, melainkan terdiri dari serangkaian
kebutuhan, suatu sistema kebutuhan.
Beberapa
contoh kebutuhan psikis ialah:
a.Kebutuhan
akan kasih sayang.
b.Kebutuhan
akan rasa aman, terlindungi, jauh dari perasaan takut, cemas.
c.Kebutuhan
akan kebebasan menyatakan diri.
d.Kebutuhan
mengadakan hubungan dengan sesama teman, pergaulan.
III Hubungan Antara Proses Belajar dan
Kematangan
Perkembangan
anak meliputi berbagai aspek yang dimilki si anak. Misalnya perkembangan fisik
badani ialah dari anak kecil menjadi anak besar dan kemudian menjadi orang
dewasa dalam arti secara proporsional terjadi perkembangan pertumbuhan
tubuhnya.
Perkembangan
ini tidak hanya mengenai aspek fisik, juga aspek-aspek lain, seperti umum
bahkan juga kehidupan emosinya mengalami proses-proses perkembangan. Dikatakan
bahwa perkembangan diarahkan untuk mencapai kematangan. Dengan perkataan lain,
kematangan pada tiap-tiap fase ditandai oleh beberapa jauh si anak dapat mencapainya
melalui proses-proses perkembangan itu sesuai dengan norma-norma yang dapat
dicapai oleh anak pada umumnya.
IV Beberapa
Aspek Moralitas Pada Anak
a. Apakah moralitas itu?
Moralitas
artinya keadaan nilai-nilai moral dalam hubungan dengan kelompok sosial. Moral
sendiri berasal dari perkataan latin mores yang artinya tata cara dalam
kehidupan, adat istiadat, kebiasaan.
Tingkah
laku yang bermoral artinya tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata
cara atau adat yang ada dalam suatu kelompok.
a. Moralitas adalah sesuatu yang dipelajari
Tidak
ada anak yang memperkembangkan nilai-nilai moral oleh dirinya sendiri.
Nilai-nilai moral bukanlah sesuatu yang diperoleh dari kelahirannya, melainkan
sesuatu yang diperoleh dari luar. Aspek-aspek kepribadian yang diperlihatkan
seseorang sebagian adalah hasil pengaruh-pengaruh dan rangsangan-rangsangan
dari luar, demikian pula halnya dengan tingkah laku yang bermoral.
Seorang
anak harus diajarkan bagaimana bertingkah laku yang baik atau ditunjukkan
tingkah laku mana yang salah atau yang kurang baik sesuai dengan apa yang
menjadi norma-norma yang berlaku terus menerus dan yang diturunkan dari orang
tua ke anaknya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan moral
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dan membentuk nilai-nilai moral pada anak adalah:
1. Lingkungan rumah
Dalam
hal ini peran orang tua penting sekali untuk mengetahui apa-apa yang dibutuhkan
si anak dalam rangka perkembangan nilai-nilai moral si anak, serta bagaimana
orang tua dapat memenuhinya.
Orang
tua harus dapat menciptakan suatu keadaan di mana si anak berkembang dalam
suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan oleh
masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari.
Kebijaksanaan
orang tua menciptakan suasana baik didalam rumah, menuntut pengertian-pngertian
yang cukup dari orang tua terhadap anak.
2. Lingkungan sekolah
Corak
hubungan-hubungan antara murid dengan guru atau antara murid dengan murid
banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nialai-nilai moral yang
memang masih mengalami perubahan-perubahan.
3. Lingkungan teman-teman sebaya
Makin
bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengadakan
hubungan-hubungan dengan teman-teman bermain sebaya, sekalipun dalam
kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar tidak menjadi sebab
tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan dalam suasana bermain.
4. Segi keagamaan
Dalam
perkembangannya, seorang anak mula-mula merasa takut untuk berbuat sesuatu yang
tidak baik, seperti berbohong, karena larangan-larangan orang tua atau guru
agama, bahwa perbuatan-perbuatan yang tidak baik akan dihukum oleh penguasa
yang tertinggi yaitu: Tuhan. Ajaran-ajaran keagamaan dapat berupa petunjuk apa
yang boleh dan wajar dilakukan dan dapat berupa pengontrol untuk tidak
melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan atau kehendakanya. Nilai-nilai
keagamaan ini, yang diperoleh anak pada usia yang muda, dapat menetap menjadi
pedoman tingkah laku dikemudian hari. Kalau pada mulanya kepatuhan didasarkan
karena adanya rasa takut yang diasosiasikan dengan kemungkinan memperoleh
hukuman, maka lama-lama kepatuhan ini akan dapat dihayati sebagai sebagian dari
cara dan tujuan hidupnya.
Penggunaan
Test Intelegensi
Pemeriksaan
dan penilaian terhadap intelegensi seseorang sudah dilakukan beberapa puluh
tahun yang lalu, khususnya di Eropa dan Amerika. Di Indonesia sendiri
penggunaan test Intelegensi telah dimulai ada tahun 50an. Sejak saat itu
intelegensi telah berkembang luas. Banyak orang tua dengan lancar menyebut
perkataan “IQ”, mengetahui bahwa IQ ada hubungan dengan keberhasilan anak di
sekolah dan tidak sedikit pula yang dengan yakin mengatakan anaknya ber-IQ
sekian. Tentu lebih senang mengatakan yang membanggakan jika IQnya tinggi,
sebaliknya jika IQnya rendah lebih cederung ditutupi dan disembunyikan.
Dari pihak
sekolah, guru melakukan penilaian terhadap kemampuan anak yang bisa
dimanfaatkan:
a)
Untuk tujuan diagnostic, yakni
menentukan sebab dari kesulitan atau kegagalan pelajarannya, apakah karena
kemampuan dasarnya memang rendah, tidak sesuai dengan norma yang dtentukan oleh sekolahnya.
b)
Untuk tujuan mengarahkan atau
menyalurkan.
Dalam kenyataannya tidak semua anak mampu menguasai
semua bidang studi karena ada bakat atau kemampuan khusus yang lebih menonjol.
Jadi, ada pula kemampuan khusus baik adapula buruk dan kurang baik.
c)
Penilaian terhadap kemampuan
seorang anak yang karena alasan tertentu harus pindah sekolah, dan bagi pihak
sekolah yang mau menerima murid baru atau dari sekolah lain menentukan
penilaian tersebut.
Tanggapan Kelompok.
Perkembangan anak-anak awal terjadi secara fisik dan
psikologi. Dimulai dari perkembangan fisik, tinggi dan berat badan,
perkembangan otak, perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan
memori, persepsi, intuitif, atensi, metakonotik. Perkembangan psikologi pada
anak-anak awal sangat dipengaruhi oleh lingkungan terdekatnya. Seperti keluarga
atau orang tua, lingkungan sekitar rumah dan lingkungan sekolah. Norma yang
diberikan pada lingkungan sekitar anak akan sangat membangun anak-anak pada
awal. Norma keagamaan juga harus diberikan pada perkembangan psikologi bagi
anak-anak awal.
DAFTAR PUSTAKA
1.
C. Northcote Partkinson, M.K.
Rustomji, S. Pavri, Masalah Hubungan
Orang Tua-Anak dan Cara Mengatasinya : PT BPK Gunung Mulia. Kwitang,
Jakarta, 1988.
2.
Prof. Dr. HJ. Samsunuijaya TI
Mara’AT, S.Psi, Psikologi Perkembangan : PT Remaja Rosdakarya. Bandung,
Indonesia, 2009.
3.
Dra. Ny. Singgih D. Gunarsa,
Psikologi untuk Keluarga : PT BPK Gunung Mulia. Jakarta, Indonesia, 1976.
4.
Dr. Singgih D. Gunarsa,
Psikologi Perkembangan : PT BPK Gunung Mulia. Jakarta, Indonesia, 1990.
5.
Dra. Ny Singgih D. Gunarsa,
Psikologi Anak Bermasalah : PT BPK Gunung Mulia. Jakarta, Indonesia, 1990
6.
Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa,
Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga
: PT BPK Gunung Mulia. Jakarta, Indonesia, 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar