Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Rabu, 07 November 2012

Perkembangan Masa Anak-Anak Awal


Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
 Psikologi Perkembangan
 Dosen Pengampu
Tulus Tu’u, S.Th, M.Pd
Perkembangan Masa Anak-Anak Awal

Kelompok 1
Hainah Lupita
Nana karlina
Pini Istralina Sriwulan
Ririn Yuningsih
Obet nego
Sandro Panca Pardede
Sumeni
Yodiyat Septa Aden

Sekolah Tinggi Teologi Banjarmasin 2012


Kata Pengantar
               Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas  Rahmat-Nya penulisan laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan yang berjudul Perkembangan Masa Anak-Anak Awal, ini disusun sebagai tugas psikologi perkembangan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami mengharapkan saran maupun kritik yang membangun dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakan laporan ini.
               Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan tentang hal-hal yang perlu perhatian dalam penyusunan kalimat.


                                                                        Banjarmasin, Agustus 2012
                                                                                   

                                                                                       Penulis










Pendahuluan.
            Masa anak-anak kira-kira  11 tahun bagi wanita dan 12 tahun bagi laki-laki, terjadi sebuah perubahan yang signifikan, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam laporan ini, hanya akan membahas masa anak-anak awal atau yang sering disebut juga masa prasekolah.

·        Perkembangan Fisik.
Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa pertumbuhan bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas., yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat.

·        Tinggi dan berat badan
Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2.5 inci dan berat bertambah antara 2,5 kg hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, presentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini, baik laki-laki maupun perempuan rata-rata terlihat makin langsing, sementara batang tubuh mereka memanjang.

·        Perkembangan otak
Di antara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan di antara daerah-daerah di otak. Ujung-ujung saraf yang  itu terus bertumbuh setidak-tidaknya hingga pada masa remaja.



·        Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik pada anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik anak, baik kasar maupun halus.  Secara singkat  mengenai perkembangan motorik pada masa anak-anak awal ini dapat dilhat dalam table.

Usia/tahun
Motorik kasar
Motorik Halus

2,5 sampai 3,5




3,4 sampai 4.5







4.5 sampai 5.5

Berjalan dengan baik; berlari lurus ke depan; melompat


Brjalan dengan 80% langkah orang dewasa; berlari 1/3 kecepatan orang dewasa; melempar dan menangkap bola besar, tetapi lengan masih kaku.

Menyeimbangkan badan di atas satu kaki; berlari jauh tanpa jatuh; berenang dalam air yang dangkal

Meniru sebuah lingkaran; tulisan cakar ayam; dapat makan menggunakan sendok; menyusun beberapa kotak

Mengancing baju; meniru bentuk sederhana; membuat sambar sederhana



Menggunting; mengambar orang; meniru angka dan huruf sederhana; membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak

·        Perkembangan kognitif
Imajinasi anak-anak pada masa prasekolah terus bekerja karena banyaknya hal baru yang anak tersebut dapatkan, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak-anak tentang orang, benda, situasi baru diasosiakan dengan arti-arti yang telah dipelajari selama masa bayi.
                                                        
·        Perkembangan Kognitif menurut teori Piaget
Perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoprasional (preoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melamah.  “Pra” dalam istilah “praoprasional”, menunjukan bahwa pada tahap teori Piaget difokuskan pada ketesbatasan pemikiran anak. Istilah oprasional menunjukkan pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Pemikiran praoprasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran oprasional.

·        Subtahan Prakonseptual (2 – 4 tahun)
Subtahan prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik (symbolic thought), karena karakteristik utama subtahan ini ditandai dengan munculnya sistem-sistem lambing dan simbol, seperti bahasa. Pada masa subtahan ini anak-anak mengembangkan kemapuan untuk  menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada (tidak terlihat) dengan suatu yang lainnya. Misalnya sebuah pisau yang terbuat dari plastic bentuknya nyata mewakili pisau yang sesungguhnya. Melalui pemikiran simbolis, anak-anak prasekolah dapat mengorganisir dan memproses apa yang mereka ketahui.

·        Subtahan Intuitif
Istilah intuitif digunakan untuk menunjukkan subtahan kedua dari pemikiran praoprasional yang terjadi pada anak dalam periode dari 4 hingga 7 tahun. Dalam hal ini, meskipun aktifitas mental terjadi, tetapi anak-anak belum begitu sadar mengenai prinsip-prinsip yang melandasi terbentuknya aktivitas tersebut.

·        Perkembangan Persepsi
Kemampuan anak-anak untuk memproses informasi masih sangat terbatas. Anak-anak mendapatkan informasi dari apa yang mereka lihat dan dengarkan. Pada masa prasekolah, penglihatan yang menjadi sumber informasi penting mengalami peningkatan.  Pada masa anak-anak persepsi mereka juga bertambah baik. Menurut Seifert dan Hoffnung 1994, peningkatan persepsi pada anak ini terbagi atas dua bentuk; pertama, diskriminasi visual ( visual disrcrimination); yaitu kemampuan untu membedakan atau melihat perbedaan-perbedaan terhadap yang mereka lihat. Kedua, intergrasi visual (visual integration); yaitu kemampuan untuk mengkoordinasi beberapa penglihatan dengan tindakan-tindakkan fisik secara tepat. Meskipun begitu , anak-anak prasekolah masih mengalami ketebatasan dalam pelaksanaan tugas perkembangan-perkenbangan ini.

·        Perkembangan Memori
Perkembangan memori pendek : dalam teori jangka pendek, individu menyimpan informasi hanya sebentar, dengan asumsi tidak ada latihan dan pengulangan. Anak-anak usia 5 tahun akan mengalami kesulitan mengulang kembali serangkaian gambar yang sama dari suatu objek dibandingkan dengan  serangkaian gambar-gambar lain yang tidak sama. Anak-anak yang lebih tua lebih banyak mengulang informasi dibandingkan anak-anak yang lebih muda. Pada anak-anak pemberian informasi harus dilakukan dengan bertahap dan menarik sehingga mereka mudah dalam mengingat. Dalam waktu yang singkat anak-anak tidak mampu menyerap banyak informasi sehingga pemberian informasi harus dilakukan secara perlahan.

Perkembangan memori panjang : Pada umumnya anak-anak yang masih kecil memiliki kemampuan memori rekognisi – yaitu suatu kesadaran bahwa suatu objek, seseorang, benda atau peristiwa itu sudah dikenalnya.


·        Perkembangan Atensi
Atensi (attention) atau perhatian merupakan sebuah konsep multidemensonal yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan cirri-ciri dan cara-cara merespon dalam system kognitif. Atensi adalah konsentrasi terhadap aktifitas mental. Sedangkan Margaret W. Matlin 1994, menggunakan istilah atensi untuk merujuk pada konsentrasi terhadap suatu tugas mental, di mana individu mencoba untuk meniadakan stimulus lain yang menganggu. Misalnya, suatu masalah atau kejadian yang memiliki suatu kelucuan yang menarik perhatian anak dan member arah pemecahan masalah.

·        Perkembangan Metakonitif
Sebagai anak yang mulai tubuh menjadi besar, maka mereka berusaha mengetahui tentang dirinya sendiri, tentang bagaimana belajar dan mengingat situasi-situasi yang dialami setiap hari, dan bagaimana seseorang dapat meningkatkan penilaian kognmotif mereka. Menurut Margaret W. Matlin 1994, metakognotif adalah “knowledge and awareness about cognitive prosses- or our thoughts about thinking”. Jadi yang dimaksud dengan metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau kesadaran kita tentang pemikiran. Metakognitif merupakan suatu proses mengungah rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses kognitif kita untuk merenungkan prosrs kognitif kita sendiri. Sejumblah peneliti ebih tertarik untuk mempelajari kemampuan metakognitif pada anak-anak, apakah anak-anak yang masih kecil mampu memahami pikiran-pikiran mereka sendiri dan pemikiran orang lain. Hala, Chandler dan Fritz 1991 menemukan bahwa anak-anak yang masih kecil usia 2 atau 2.5 tahun telah m,engerti bahwa utuk menyembunyikan sebuah objek dari orang lain mereka harus menggunakan taktik penipuan, seperti berbohong atau menghilangkan jejak mereka sendiri.


I Peranan Orang tua Dalam Perkembangan Anak
a.     Hakikat manusia bahwa sejak terbentuknya seorang manusia baru yakni sejak terjadinya conceptio antara sel telur dan sel kelamin laki-laki sampai menjadi tua, ia akan mengalami perkembangan. Hakikat manusia bahwa dalam perkembangannya ini ia membutuhkan orang lain. Si anak membutuhkan orang lain yang membantu memperkembangkan keseluruhan dirinya. Artinya ada fase dimana anak tergantung sepenuhynya pada orang lain, misalnya bayi yang baru dilahirkan.

Sebaiknya ada fase dimana anak dapat melepaskan sebagian besar ketergantungannya ini, misalnya anak umur 18 tahun. Orang lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Orang tua bertanggungjawab memperkembangkan keseluruhan eksistensi si anak. Tanggung jawab orang tua ialah memenuhi kebutuhan -kebutuhan si anak, baik dari sudut organis-psikologi antara lain makanan maupun kebutuhan-kebutuhan psikis, seperti kebutuhan akan perkembangan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan akan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman melalui perawatan asuhan, ucapan-ucapan dan perlakuan-perlakuan  yang baik. Dari segi kebutuhannya si anak akan berkembang tanpa gangguan-gangguan panyakit-penyakit hingga menjadi anak yang sehat, ideal sesuai dengan umurnya. Dari segi inteleknya si anak mencapai prestasi secara optimal sesuai dengan potensi-potensinya. Dari segi karakterologisnya si anak akan dapat memperlihatkan aspek-aspek tingkah laku yang baik dapat mengadakan hubungan-hubungan interpersonal dengan lancar dan tepat.

·        Dasar-Dasar Aktivitas Anak
Ada tiga faktor yang mendasari aktivitas-aktivitas manusia, dan yang juga dapat diamati pada anak-anak yakni:
a)     Peranan naluri dalam perbuatan
b)    Refleks-refleks dan aktivitas tubuh
c)     Kebutuhan –kehendakila
Ketiga faktor diatas dapat diterangkan sebagai berikut:
A.   Peranan naluri dalam perbuatan
Dari berbagai perumusan diperoleh beberapa hal mengenai naluri yakni:
v Naluri itu sesuatu yang tidak dipelajari,
v Naluri itu sebagai dasar timbulnya perbuatan, yang semakin berkurang bila anak itu berkembang semakin dewasa.
Bila dirumuskan maka naluri adalah pola-pola tingkah laku yang kompleks yang tidak dipelajari tetapi diperoleh dari kelahiran, dan dapat terlihat pada seseorang.
B.   Refleks dan aktivitas tubuh
Pada umumnya gerakan-gerakan reflekstoris bertujuan melindungi diri dari kemungkinan-kemungkinan menerima rangsangan-rangsangan baik dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri yang mungkin mengancam kerusakan-kerusakan tubuh ataupun sesuatu yang tidak menimbulkan keuntungan atau kesenangan seseorang. Gerakan-gerakan refleks seperti menarik tangan, menarik kaki, bersin, kedipan mata dan lain-lain, yang dapat kita amati pada bayi atau anak kecil merupakan pola latihan gerakan-gerakan motoris kearah gerakan-gerakan yang lebih kuat dan halus. Dari hasil penyelidikan (I.P.Pavlov) dibuktikan bahwa gerakan-gerakan refleks ini berkembang dan dapat dipindahkan dalam satu refleks ke refleks yang lain. Pendapat ini disebut psikorefleksologi.

C.   Kebutuhan dan kehendak
Terdapat tiga faktor yang membentuk suatu lingkaran yang dikenal dengan lingkaran motivasi yaitu: kebutuhan-tingkah laku-tujuan.
Karena adanya kebutuhan, maka timbul suatu dorongan-kehendak untuk bertingkah laku, dan tingkah laku ini diarahkan untuk mencapai sesuatu tujuan, sehingga dengan demikian kebutuhan tersebut terpenuhi atau kehendak itu terpuasakn dan tidak ada lagi dorongan.
v Kebutuhan dan sistema kebutuhan
Kebutuhan adalah kekurangan, artinya ada sesuatu yang kurang dan oleh karena itu timbul kehendak untuk memenuhi atau mencukupinya. Kehendak ini dapat disamakan pula dengan tenaga pendorong supaya berbuat sesuatu, bertingkah laku.
Kebutuhan ini dapat beraneka ragam menjadi suatu sistema kebutuhan yang dialami oleh setiap orang. Sistema kebutuhan pada umumnya dapat diklasifikasikan dalam dua golongan yakni:
1.     Kebutuhan fisiologis-organis/primer
Yang termasuk dalam kebutuhan golongan ini adalah makanan, air dan oksigen.
2.     Kebutuhan psikis/sekunder
Kebutuhan golongan ini merupakan faktor yang ikut menentukan tercapainya taraf kesejahteraan yang baik, yang sehat badani, rohani maupun sosial. Kebutuhan ini tidak terdiri dari satu atau dua hal saja, melainkan terdiri dari serangkaian kebutuhan, suatu sistema kebutuhan.
Beberapa contoh kebutuhan psikis ialah:
a.Kebutuhan akan kasih sayang.
b.Kebutuhan akan rasa aman, terlindungi, jauh dari perasaan takut, cemas.
c.Kebutuhan akan kebebasan menyatakan diri.
d.Kebutuhan mengadakan hubungan dengan sesama teman, pergaulan.
III Hubungan Antara Proses Belajar dan Kematangan
Perkembangan anak meliputi berbagai aspek yang dimilki si anak. Misalnya perkembangan fisik badani ialah dari anak kecil menjadi anak besar dan kemudian menjadi orang dewasa dalam arti secara proporsional terjadi perkembangan pertumbuhan tubuhnya.
Perkembangan ini tidak hanya mengenai aspek fisik, juga aspek-aspek lain, seperti umum bahkan juga kehidupan emosinya mengalami proses-proses perkembangan. Dikatakan bahwa perkembangan diarahkan untuk mencapai kematangan. Dengan perkataan lain, kematangan pada tiap-tiap fase ditandai oleh beberapa jauh si anak dapat mencapainya melalui proses-proses perkembangan itu sesuai dengan norma-norma yang dapat dicapai oleh anak pada umumnya.
IV   Beberapa Aspek Moralitas Pada Anak
a.     Apakah moralitas itu?
Moralitas artinya keadaan nilai-nilai moral dalam hubungan dengan kelompok sosial. Moral sendiri berasal dari perkataan latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, kebiasaan.
Tingkah laku yang bermoral artinya tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata cara atau adat yang ada dalam suatu kelompok.
a.     Moralitas adalah sesuatu yang dipelajari
Tidak ada anak yang memperkembangkan nilai-nilai moral oleh dirinya sendiri. Nilai-nilai moral bukanlah sesuatu yang diperoleh dari kelahirannya, melainkan sesuatu yang diperoleh dari luar. Aspek-aspek kepribadian yang diperlihatkan seseorang sebagian adalah hasil pengaruh-pengaruh dan rangsangan-rangsangan dari luar, demikian pula halnya dengan tingkah laku yang bermoral.
Seorang anak harus diajarkan bagaimana bertingkah laku yang baik atau ditunjukkan tingkah laku mana yang salah atau yang kurang baik sesuai dengan apa yang menjadi norma-norma yang berlaku terus menerus dan yang diturunkan dari orang tua ke anaknya.
b.     Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral
Faktor-faktor yang mempengaruhi dan membentuk nilai-nilai moral pada anak adalah:
1.     Lingkungan rumah
Dalam hal ini peran orang tua penting sekali untuk mengetahui apa-apa yang dibutuhkan si anak dalam rangka perkembangan nilai-nilai moral si anak, serta bagaimana orang tua dapat memenuhinya.
Orang tua harus dapat menciptakan suatu keadaan di mana si anak berkembang dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari.
Kebijaksanaan orang tua menciptakan suasana baik didalam rumah, menuntut pengertian-pngertian yang cukup dari orang tua terhadap anak.
2.     Lingkungan sekolah
Corak hubungan-hubungan antara murid dengan guru atau antara murid dengan murid banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nialai-nilai moral yang memang masih mengalami perubahan-perubahan.

3.     Lingkungan teman-teman sebaya
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman bermain sebaya, sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan dalam suasana bermain.
4.     Segi keagamaan
Dalam perkembangannya, seorang anak mula-mula merasa takut untuk berbuat sesuatu yang tidak baik, seperti berbohong, karena larangan-larangan orang tua atau guru agama, bahwa perbuatan-perbuatan yang tidak baik akan dihukum oleh penguasa yang tertinggi yaitu: Tuhan. Ajaran-ajaran keagamaan dapat berupa petunjuk apa yang boleh dan wajar dilakukan dan dapat berupa pengontrol untuk tidak melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan atau kehendakanya. Nilai-nilai keagamaan ini, yang diperoleh anak pada usia yang muda, dapat menetap menjadi pedoman tingkah laku dikemudian hari. Kalau pada mulanya kepatuhan didasarkan karena adanya rasa takut yang diasosiasikan dengan kemungkinan memperoleh hukuman, maka lama-lama kepatuhan ini akan dapat dihayati sebagai sebagian dari cara dan tujuan hidupnya.
Penggunaan Test Intelegensi
Pemeriksaan dan penilaian terhadap intelegensi seseorang sudah dilakukan beberapa puluh tahun yang lalu, khususnya di Eropa dan Amerika. Di Indonesia sendiri penggunaan test Intelegensi telah dimulai ada tahun 50an. Sejak saat itu intelegensi telah berkembang luas. Banyak orang tua dengan lancar menyebut perkataan “IQ”, mengetahui bahwa IQ ada hubungan dengan keberhasilan anak di sekolah dan tidak sedikit pula yang dengan yakin mengatakan anaknya ber-IQ sekian. Tentu lebih senang mengatakan yang membanggakan jika IQnya tinggi, sebaliknya jika IQnya rendah lebih cederung ditutupi dan disembunyikan.

Dari pihak sekolah, guru melakukan penilaian terhadap kemampuan anak yang bisa dimanfaatkan:
a)     Untuk tujuan diagnostic, yakni menentukan sebab dari kesulitan atau kegagalan pelajarannya, apakah karena kemampuan dasarnya memang rendah, tidak sesuai dengan norma yang  dtentukan oleh sekolahnya.


b)    Untuk tujuan mengarahkan atau menyalurkan.
Dalam kenyataannya tidak semua anak mampu menguasai semua bidang studi karena ada bakat atau kemampuan khusus yang lebih menonjol. Jadi, ada pula kemampuan khusus baik adapula buruk dan kurang baik.

c)     Penilaian terhadap kemampuan seorang anak yang karena alasan tertentu harus pindah sekolah, dan bagi pihak sekolah yang mau menerima murid baru atau dari sekolah lain menentukan penilaian tersebut.

























Tanggapan Kelompok.

Perkembangan anak-anak awal terjadi secara fisik dan psikologi. Dimulai dari perkembangan fisik, tinggi dan berat badan, perkembangan otak, perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan memori, persepsi, intuitif, atensi, metakonotik. Perkembangan psikologi pada anak-anak awal sangat dipengaruhi oleh lingkungan terdekatnya. Seperti keluarga atau orang tua, lingkungan sekitar rumah dan lingkungan sekolah. Norma yang diberikan pada lingkungan sekitar anak akan sangat membangun anak-anak pada awal. Norma keagamaan juga harus diberikan pada perkembangan psikologi bagi anak-anak awal.
                                                 





















DAFTAR PUSTAKA

1.     C. Northcote Partkinson, M.K. Rustomji, S. Pavri, Masalah Hubungan Orang Tua-Anak dan Cara Mengatasinya : PT BPK Gunung Mulia. Kwitang, Jakarta, 1988.
2.     Prof. Dr. HJ. Samsunuijaya TI Mara’AT, S.Psi, Psikologi Perkembangan : PT Remaja Rosdakarya. Bandung, Indonesia, 2009.
3.     Dra. Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Keluarga : PT BPK Gunung Mulia. Jakarta, Indonesia, 1976.
4.     Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan : PT BPK Gunung Mulia. Jakarta, Indonesia, 1990.
5.     Dra. Ny Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak Bermasalah : PT BPK Gunung Mulia. Jakarta, Indonesia, 1990
6.     Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga : PT BPK Gunung Mulia. Jakarta, Indonesia, 1991.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar