Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Selasa, 06 November 2012

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN USIA REMAJA



MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN USIA REMAJA 


Dibuat oleh Kelompok V:
1.      Chindi Karlina
2.      Djeli
3.      First  Boy
4.      Nova Kristia
5.      Vivi Lombogia
6.      Wendi
7.      Yunlie Fontianty

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA GKE BANJARMASIN
BANJARMASIN
OKTOBER, 2012


I.                   PERKEMBANGAN ANAK USIA REMAJA
A.    Perkembangan Fisik
Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis. Tanda-tanda perubahan fisik dari masa remaja terjadi pada konteks pubertas. Kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduktif bertumbuh dengan cepat, baik anak laki-laki maupun perempuan yang disebut ”growth spurt” percepatan pertumbuhan.
Secara garis besar, perubahan-perubahan tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan perubahan-perubahan perkembangan karateristik seksual.
1.      Perubahan dalam tinggi dan berat
Anak laki-laki pada awal masa pubertas biasanya lebih pendek dari pada anak perempuan. Hal itu disebabkan karena laki-laki memulai percepatan pertumbuhan mereka dua tahun lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 13 kg bagi anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan. Meskipun berat badan juga mengalami peningkatan selama masa remaja, namun lebih mudah dipengaruhi, seperti memulai diet, latihan dan gaya hidup.
2.      Perubahan dalam proporsi tubuh
Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, menjadi terlalu besar. Contohnya pertumbuhan tangan dan kaki. Perubahan proporsi tubuh yang tidak seimbang ini menyebabkan remaja merasa kaku dan canggung, serta khawatir bahwa badannya tidak akan pernah serasi antara tangan dan kakinya. Selain itu perubahan juga terjadi pada wajah. Wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi luas, mulut melebar dan bibir menjadi lebih penuh.
B.     Perubahan Pubertas
Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual berupa perubahan-perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex charakteristics) dan sekunder (secondari sex charakteristic).
1.      Perubahan ciri-ciri sex primer
Ciri-ciri sex primer menunjuk pada organ tubuh yag secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri sex primer ini berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Bagi anak laki-laki, ditunjukan dengan pertumbuhan yang cepat pada alat kelaminnya. Perubahan-perubahan pada ciri-ciri sex primer pada anak laki-laki sangat dipengaruhi oleh hormon terutama hormon perangsang yang terdapat dibawah otak (pituitary glend). Hal ini menyebabkan testis menghasilkan hormon testosteron dan androgen serta spermatozoa. Sperma yang dihasilkan selama masa remaja kemudian dikeluarkan untuk pertama kalinya yang biasa dikenal dengan istilah mimpi basah.
Pada anak perempuan, perubahan ciri-ciri sex primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi pertama. Hal itu memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan anak karena indung telur telah berkembang baik.
2.      Perubahan ciri-ciri sex sekunder
Pada masa ini perubahan-perubahan yang terjadi tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tanda-tanda jasmani ini muncul akibat berfungsinya hormon-hormon di dalam tubuh anak laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki tanda-tandanya yang terlihat adalah tumbuh kumis dan janggut, jakung, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak, di dada, di kaki dan di lengan, dan di sekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat payudara dan pinggul yag membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan sekitar kemaluan.
C.     Perkembangan Kognitif
Pada masa ini masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efesien mencapai puncaknya. Hal ini karena selama periode proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Sehingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat perkembangan moral dan kesadaran sosial yang baru. Remaja mampu membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar topik-topik abstrak tentang manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan. Ketika kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, kebanyakan anak remaja mulai memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat, orang tua dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka.
1.      Perkembangan kognitif menurut teori Piaget
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka tahapan pemikiran remaja terbagi atas dua, yaitu tahap formal operasional dan gaya pemikiran konkrit operasional. Gaya pemikiran formal operasional adalah cara berpikir yang lebih mementingkan pada penggunaan penalaran ilmiah, penekanan kepada kenyataan dan pemecahan masalah. Sedangkan gaya pemikiran konkrit operasional adalah gaya berpikir yang  menggabungkan antara penalaran ilmiah, pengkombinasian ide-ide dan juga peruntutan pemecahan masalah. Pemikiran formal operasional dioperasikan dalam dua konten (muatan) khusus, yaitu dalam pengetahuan estetika dan personal. Pengetahuan estetika bersumber dari pengalaman musik, literatur, seni, sedangkan pengetahuan personal bersumber dari hubungan interpersonal dan pengalaman konkrit.   
2.      Perkembangan pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan hasil dari perbuatan itu disebut keputusan. Dengan demikian perkembangan pemikiran remaja dapat diketahui dengan keputusan yang diambil. Dalam hal pengambilan keputusan, remaja yang lebih tua, lebih kompeten daripada yang lebih muda. Remaja yang lebih muda cenderung menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari  berbagai perspektif, mengantisipasi akibat dari keputusan-keputusan dan mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan remaja yang lebih tua, remaja yang lebih muda memiliki kemampuan yang kurang dalam keterampilan pengambilan keputusan. Meskipun demikian, keterampilan pengambilan keputusan oleh remaja yang lebih tua, seringkali jauh dari sempurna dan kemampuan untuk mengambil keputusan, tidak menjamin bahwa keputusan semacam itu akan dibuat dalam kehidupan sehari-hari, dimana luasnya pengalaman sering memainkan peran yang sangat penting.
3.      Perkembangan orientasi masa depan
Orientasi masa depan merupakan salah satu fenomena perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja. Orientasi masa depan merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Selain itu, orientasi masa depan berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan di masa yang akan datang. Proses pembentukan orientasi masa depan meliputi 3 tahap, yaitu :
a)      Tahap motivasional
Merupakan tahap awal pembentukan orientasi masa depan remaja yang mencakup motif, minat dan tujuan. Remaja menetapkan tujuan berdasarkan perbandingan antara motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang telah mereka miliki tentang perkembangan hidup yang dapat diantisipasi. Beberapa sub tahap yang berhubungan yaitu munculnya pengetahuan baru yang relevan dengan motif umum atau penilaian individu yang menimbulkan minat yang lebih spesifik, individu mulai mengeksplorasi pengetahuan yang berkaitan dengan minat baru dan menentukan tujuan spesifik serta memutuskan kesiapannya untuk membuat komitmen
b)      Tahap planning
Merupakan tahap perencanaan, pembentukan orientasi masa depan yaitu bagaimana membuat perencanaan tentang perwujudan minat dan tujuan. Cirinya terdapat 3 sub yaitu : penentuan sub tujuan, penyusunan rencana, melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun. Untuk menilai semua perencanaan yag telah dibuat, dapat dilihat dari 3 variabel yaitu : knowledge, plant, dan realization.
c)      Tahap evaluation
Merupaka tahap akhir dari proses pembentukan orientasi masa depan. Hal ini melibatkan pengamatan dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta memberikan penguat bagi diri sendiri. Proses evaluasi melibatkan causal attributions (didasari oleh evaluasi kognitif individu mengenai kesempatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa depan) dan affects (berkaitan dengan kondisi-kondisi yang muncul sewaktu-waktu dan tanpa disadari).
Meskipun orientasi masa depan merupakan tugas perkembangan yang harus dihadapi pada masa remaja dan dewasa awal, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman dan pengetahuan remaja tentang kehidupan dimasa mendatang sangat terbatas. Maka, remaja sangat membutuhkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama orang tua.
Pembentukan orientasi masa depan remaja dapat dilakukan melalui pemberian informasi atau nasehat verbal dan nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang mempunyai manfaat emosional bagi remaja. Dukungan orang tua dapat diwujudkan dalam empat bentuk yaitu : pertama, dukungan emosional ; mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian ; kedua, dukungan penghargaan; penghargaan positif untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan dan bangkitnya harga diri; ketiga, dukungan instrumental; bantuan langsung secara materi dan pelayanan (pemberian dana, waktu berdialog dan pertolongan); dan keempat dukungan informatif; memberikan nasehat, petunjuk, saran-saran, mengenali dan menyelesaikan masalah secara lebih mudah sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman dari orang tua.
4.      Perkembangan Kognitif Sosial
Ini merupakan kemampuan untuk berpikir secara kritis mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman, serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan bagaimana melakukan interaksi dengan mereka. Perubahan-perubahan dalam kognisi sosial ini merupakan salah satu ciri penting dari perkembangan remaja. Salah satu bagian penting itu adalah adanya egosentrisme yakni kecenderungan remaja untuk menerima dunia dan dirinya sendiri dari perspektifnya mereka sendiri. Mereka lebih memikirkan tentang dirinya sendiri dan seolah-olah memandang dirinya dari atas. Menurut David Elkind, egosentrisme dapat dikelompokkan dalam dua bentuk pemikiran sosial-penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan (imaginary audience) berarti keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya seperti ia memperhatikan dirinya sendiri. Dongeng pribadi (the personal fable) ialah bagian dari egosentrisme yang meliputi perasaan unik remaja. Perasaan pribadi remaja merasa bahwa tidak seorangpun dapat memahami bagaimana isi hati mereka. Remaja sering mengarang cerita tentang dirinya sendiri yang dipenuhi fantasi, yang menceburkan diri mereka kedalam dunia yang jauh terpencil dari realitas.
5.      Perkembangan Penalaran Moral
Moral merupakan suatu kebutuhan penting bagi remaja terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi. Penalaran atau pertimbangan tersebut berkenaan dengan keluasan wawasan mengenai relasi antara diri dan orang lain, hak dan kewajiban. Relasi diri dengan orang lain ini atas prinsip equality, artinya orang lain sama derajatnya dengan diri. Moralitas pada hakikatnya adalah penyelesaian konflik antara diri dan diri orang lain, antara hak dan kewajiban. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang, makin tinggi pula tingkat moralnya.
6.      Perkembangan Pemahaman Tentang Agama
Agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Hal ini memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya, dapat menstabilkan tingkah laku, memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa ada didunia, memberikan perlindungan rasa aman bagi remaja yang mencari eksistensi. 

II.                TANGGAPAN KELOMPOK
            Perkembangan anak pada usia remaja atau yang lebih kita kenal dengan sebutan masa pubertas merupakan masa transisi yang harus menjadi perhatian lebih bagi setiap orang tua, khususnya bagi mereka yang memiliki anak-anak remaja. Mengapa demikian? Sebab pada usia pubertas inilah kebanyakkan anak-anak cenderung untuk  memberontak dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Sebagai orang tua haruslah bijaksana, yaitu dengan menyediakan waktu luang untuk berbincang-bincang dengan anak-anaknya. Sehingga perkembangan apa saja yang dialami oleh anak dapat pula terpantau oleh anak. Selain itu, diharapkan juga agar para remaja yang masih memiliki karakter labil itu akan merasakan dirinya menjadi remaja yang berbahagia sehingga tidak perlu lagi ia mencari kebahagian di luar rumah sebagai bentuk pelarian yang tidak bertanggungjawab.
            Seorang ibu yang baik dan bijaksana, harus memberi penjelasan dan pengarahan kepada anak gadisnya yang telah mendapat haid pertama. Selain mengajarinya, juga memberitahukan efek kemungkinan terburuk apabila tidak berhati-hati dalam pergaulannya. Demikian juga halny dengan seorang ayah.
            Dari makalah yang telah ditulis di atas, maka secara kelompok kami menyimpulkan bahwa menanamkan moral dan spiritual sangat penting bagi anak-anak usia remaja (pubertas). Sebab dengan demikian orang tua tidak perlu kuatir dan cemas dengan anak-anak remajanya, apabila anak-anak itu telah memiliki benteng atau pertahannan iman yang kuat. Akan tetapi, peran utama orang tua pun sangat menentukan dalam pembentukkan karakter, moral dan spiritual anak-anak remajanya.
            Intinya, sebagai remaja-remaja Kristen walaupun masih muda-belia, mereka harus dapat menjadi teladan, seperti pesan rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius : ”Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4 : 12)











DAFTAR PUSTAKA

Prof. Drs. Dakir. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga, 2005
L, Drs. Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar