MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN USIA REMAJA
Dibuat oleh Kelompok V:
1. Chindi Karlina
2. Djeli
3. First Boy
4. Nova Kristia
5. Vivi Lombogia
6. Wendi
7. Yunlie Fontianty
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA GKE BANJARMASIN
BANJARMASIN
OKTOBER, 2012
I.
PERKEMBANGAN ANAK USIA
REMAJA
A.
Perkembangan Fisik
Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis.
Tanda-tanda perubahan fisik dari masa remaja terjadi pada konteks pubertas.
Kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduktif bertumbuh dengan cepat,
baik anak laki-laki maupun perempuan yang disebut ”growth spurt” percepatan
pertumbuhan.
Secara garis besar, perubahan-perubahan tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan pertumbuhan fisik dan perubahan-perubahan perkembangan karateristik
seksual.
1.
Perubahan dalam tinggi dan berat
Anak laki-laki pada awal masa pubertas biasanya lebih
pendek dari pada anak perempuan. Hal itu disebabkan karena laki-laki memulai
percepatan pertumbuhan mereka dua tahun lebih lambat dibandingkan anak
perempuan. Percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam penambahan berat
badan, yakni sekitar 13 kg bagi anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan.
Meskipun berat badan juga mengalami peningkatan selama masa remaja, namun lebih
mudah dipengaruhi, seperti memulai diet, latihan dan gaya hidup.
2.
Perubahan dalam proporsi tubuh
Seiring dengan pertambahan tinggi
dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada
proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil,
menjadi terlalu besar. Contohnya pertumbuhan tangan dan kaki. Perubahan proporsi tubuh
yang tidak seimbang ini menyebabkan remaja merasa kaku dan canggung, serta
khawatir bahwa badannya tidak akan pernah serasi antara tangan dan kakinya.
Selain itu perubahan juga terjadi pada wajah. Wajah anak-anak mulai menghilang,
seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi luas, mulut melebar dan bibir
menjadi lebih penuh.
B.
Perubahan Pubertas
Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana
kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa
remaja. Kematangan seksual berupa perubahan-perubahan pada ciri-ciri seks
primer (primary sex charakteristics) dan sekunder (secondari sex
charakteristic).
1.
Perubahan ciri-ciri sex primer
Ciri-ciri sex primer menunjuk pada organ tubuh yag secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri sex primer ini berbeda
antara anak laki-laki dan perempuan. Bagi anak laki-laki, ditunjukan dengan
pertumbuhan yang cepat pada alat kelaminnya. Perubahan-perubahan pada ciri-ciri
sex primer pada anak laki-laki sangat dipengaruhi oleh hormon terutama hormon
perangsang yang terdapat dibawah otak (pituitary glend). Hal ini menyebabkan
testis menghasilkan hormon testosteron dan androgen serta spermatozoa. Sperma
yang dihasilkan selama masa remaja kemudian dikeluarkan untuk pertama kalinya
yang biasa dikenal dengan istilah mimpi basah.
Pada anak perempuan, perubahan ciri-ciri sex primer
ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche,
yaitu menstruasi pertama. Hal itu memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi
anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan
melahirkan anak karena indung telur telah berkembang baik.
2.
Perubahan ciri-ciri sex sekunder
Pada masa ini perubahan-perubahan yang terjadi tidak langsung
berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang
membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tanda-tanda jasmani ini muncul akibat
berfungsinya hormon-hormon di dalam tubuh anak laki-laki dan perempuan. Pada anak
laki-laki tanda-tandanya yang terlihat adalah tumbuh kumis dan janggut, jakung,
bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak, di dada, di kaki dan di lengan, dan di
sekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan
terlihat payudara dan pinggul yag membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan
sekitar kemaluan.
C.
Perkembangan Kognitif
Pada masa ini masa remaja adalah suatu periode kehidupan
di mana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan
secara efesien mencapai puncaknya. Hal ini karena selama periode proses
pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses
informasi berkembang dengan cepat. Sehingga mereka mengembangkan kemampuan
penalaran yang memberinya suatu tingkat perkembangan moral dan kesadaran sosial
yang baru. Remaja mampu membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar
topik-topik abstrak tentang manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan
keadilan. Ketika kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, kebanyakan anak
remaja mulai memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik
terhadap masyarakat, orang tua dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka.
1.
Perkembangan kognitif menurut teori Piaget
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka tahapan pemikiran remaja terbagi atas dua, yaitu
tahap formal operasional dan gaya pemikiran konkrit operasional. Gaya pemikiran
formal operasional adalah cara berpikir yang lebih mementingkan pada penggunaan
penalaran ilmiah, penekanan kepada kenyataan dan pemecahan masalah. Sedangkan
gaya pemikiran konkrit operasional adalah gaya berpikir yang menggabungkan
antara penalaran ilmiah, pengkombinasian ide-ide dan juga
peruntutan pemecahan masalah. Pemikiran formal operasional dioperasikan dalam
dua konten (muatan) khusus, yaitu dalam pengetahuan estetika dan personal.
Pengetahuan estetika bersumber dari pengalaman musik, literatur, seni,
sedangkan pengetahuan personal bersumber dari hubungan interpersonal dan
pengalaman konkrit.
2. Perkembangan
pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk
perbuatan berpikir dan hasil dari perbuatan itu disebut keputusan. Dengan
demikian perkembangan pemikiran remaja dapat diketahui dengan keputusan yang
diambil. Dalam hal pengambilan keputusan, remaja yang lebih tua, lebih kompeten
daripada yang lebih muda. Remaja yang lebih muda cenderung menghasilkan
pilihan-pilihan, menguji situasi dari
berbagai perspektif, mengantisipasi akibat dari keputusan-keputusan dan
mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber. Akan tetapi, apabila dibandingkan
dengan remaja yang lebih tua, remaja yang lebih muda memiliki kemampuan yang
kurang dalam keterampilan pengambilan keputusan. Meskipun demikian,
keterampilan pengambilan keputusan oleh remaja yang lebih tua, seringkali jauh
dari sempurna dan kemampuan untuk mengambil keputusan, tidak menjamin bahwa
keputusan semacam itu akan dibuat dalam kehidupan sehari-hari, dimana luasnya
pengalaman sering memainkan peran yang sangat penting.
3.
Perkembangan orientasi masa depan
Orientasi masa depan merupakan salah satu fenomena
perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja. Orientasi masa depan
merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan
evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Selain
itu, orientasi masa depan berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar,
rencana, dan strategi pencapaian tujuan di masa yang akan datang. Proses
pembentukan orientasi masa depan meliputi 3 tahap, yaitu :
a)
Tahap motivasional
Merupakan
tahap awal pembentukan orientasi masa depan remaja yang mencakup motif, minat
dan tujuan. Remaja menetapkan tujuan berdasarkan perbandingan antara motif umum
dan penilaian, serta pengetahuan yang telah mereka miliki tentang perkembangan
hidup yang dapat diantisipasi. Beberapa sub tahap yang berhubungan yaitu
munculnya pengetahuan baru yang relevan dengan motif umum atau penilaian
individu yang menimbulkan minat yang lebih spesifik, individu mulai
mengeksplorasi pengetahuan yang berkaitan dengan minat baru dan menentukan
tujuan spesifik serta memutuskan kesiapannya untuk membuat komitmen
b)
Tahap planning
Merupakan
tahap perencanaan, pembentukan orientasi masa depan yaitu bagaimana membuat
perencanaan tentang perwujudan minat dan tujuan. Cirinya terdapat 3 sub yaitu :
penentuan sub tujuan, penyusunan rencana, melaksanakan rencana dan strategi
yang telah disusun. Untuk menilai semua perencanaan yag
telah dibuat, dapat dilihat dari 3 variabel yaitu : knowledge, plant, dan
realization.
c)
Tahap evaluation
Merupaka
tahap akhir dari proses pembentukan orientasi masa depan. Hal ini melibatkan
pengamatan dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan,
serta memberikan penguat bagi diri sendiri. Proses evaluasi melibatkan causal
attributions (didasari oleh evaluasi kognitif individu mengenai kesempatan yang
dimiliki dalam mengendalikan masa depan) dan affects (berkaitan dengan
kondisi-kondisi yang muncul sewaktu-waktu dan tanpa disadari).
Meskipun orientasi masa depan merupakan tugas
perkembangan yang harus dihadapi pada masa remaja dan dewasa awal, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa pengalaman dan pengetahuan remaja tentang kehidupan
dimasa mendatang sangat terbatas. Maka, remaja sangat membutuhkan bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, terutama orang tua.
Pembentukan orientasi masa depan remaja dapat dilakukan
melalui pemberian informasi atau nasehat verbal dan nonverbal, bantuan nyata
atau tindakan yang mempunyai manfaat emosional bagi remaja. Dukungan orang tua
dapat diwujudkan dalam empat bentuk yaitu : pertama, dukungan emosional ;
mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian ; kedua, dukungan
penghargaan; penghargaan positif untuk maju atau persetujuan dengan gagasan
atau perasaan dan bangkitnya harga diri; ketiga, dukungan instrumental; bantuan
langsung secara materi dan pelayanan (pemberian dana, waktu berdialog dan
pertolongan); dan keempat dukungan informatif; memberikan nasehat, petunjuk,
saran-saran, mengenali dan menyelesaikan masalah secara lebih mudah sesuai
dengan pengetahuan dan pengalaman dari orang tua.
4.
Perkembangan Kognitif Sosial
Ini merupakan kemampuan untuk berpikir secara kritis
mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan usia
dan pengalaman, serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan
bagaimana melakukan interaksi dengan mereka. Perubahan-perubahan dalam kognisi
sosial ini merupakan salah satu ciri penting dari perkembangan remaja. Salah
satu bagian penting itu adalah adanya egosentrisme yakni kecenderungan remaja
untuk menerima dunia dan dirinya sendiri dari perspektifnya mereka sendiri.
Mereka lebih memikirkan tentang dirinya sendiri dan seolah-olah memandang
dirinya dari atas. Menurut David Elkind, egosentrisme dapat dikelompokkan dalam
dua bentuk pemikiran sosial-penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton
khayalan (imaginary audience) berarti keyakinan remaja bahwa orang lain
memperhatikan dirinya seperti ia memperhatikan dirinya sendiri. Dongeng pribadi
(the personal fable) ialah bagian dari egosentrisme yang meliputi perasaan unik
remaja. Perasaan pribadi remaja merasa bahwa tidak seorangpun dapat memahami
bagaimana isi hati mereka. Remaja sering mengarang cerita tentang dirinya
sendiri yang dipenuhi fantasi, yang menceburkan diri mereka kedalam dunia yang
jauh terpencil dari realitas.
5.
Perkembangan Penalaran Moral
Moral merupakan suatu kebutuhan penting bagi remaja
terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan
personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi
dalam masa transisi. Penalaran atau pertimbangan tersebut berkenaan dengan
keluasan wawasan mengenai relasi antara diri dan orang lain, hak dan kewajiban.
Relasi diri dengan orang lain ini atas prinsip equality, artinya orang lain
sama derajatnya dengan diri. Moralitas pada hakikatnya adalah penyelesaian
konflik antara diri dan diri orang lain, antara hak dan kewajiban. Makin tinggi
tingkat penalaran seseorang, makin tinggi pula tingkat moralnya.
6.
Perkembangan Pemahaman Tentang Agama
Agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.
Hal ini memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu
membandingkan tingkah lakunya, dapat menstabilkan tingkah laku, memberikan
penjelasan mengapa dan untuk apa ada didunia, memberikan perlindungan rasa aman
bagi remaja yang mencari eksistensi.
II.
TANGGAPAN KELOMPOK
Perkembangan anak pada usia remaja atau yang lebih kita
kenal dengan sebutan masa pubertas merupakan masa transisi yang harus menjadi
perhatian lebih bagi setiap orang tua, khususnya bagi mereka yang memiliki anak-anak
remaja. Mengapa demikian? Sebab pada
usia pubertas inilah kebanyakkan anak-anak cenderung untuk memberontak dan memiliki rasa ingin tahu yang
besar. Sebagai orang tua haruslah bijaksana, yaitu dengan menyediakan
waktu luang untuk berbincang-bincang dengan anak-anaknya. Sehingga perkembangan apa saja yang dialami oleh anak
dapat pula terpantau oleh anak. Selain itu, diharapkan juga agar para remaja yang masih memiliki karakter labil itu
akan merasakan dirinya menjadi remaja yang berbahagia sehingga tidak perlu lagi
ia mencari kebahagian di luar rumah sebagai bentuk pelarian yang tidak
bertanggungjawab.
Seorang
ibu yang baik dan bijaksana, harus memberi penjelasan dan pengarahan kepada
anak gadisnya yang telah mendapat haid pertama. Selain mengajarinya, juga
memberitahukan efek kemungkinan terburuk apabila tidak berhati-hati dalam
pergaulannya. Demikian juga halny
dengan seorang ayah.
Dari
makalah yang telah ditulis di atas, maka secara kelompok kami menyimpulkan bahwa
menanamkan moral dan spiritual sangat penting bagi anak-anak usia remaja
(pubertas). Sebab dengan demikian orang tua tidak perlu kuatir dan cemas dengan
anak-anak remajanya, apabila anak-anak itu telah memiliki benteng atau
pertahannan iman yang kuat. Akan tetapi, peran utama orang tua pun
sangat menentukan dalam pembentukkan karakter, moral dan spiritual anak-anak
remajanya.
Intinya,
sebagai remaja-remaja Kristen walaupun masih muda-belia, mereka harus dapat
menjadi teladan, seperti pesan rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius : ”Jangan seorang pun menganggap engkau rendah
karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam
kesucianmu.” (1 Timotius 4 : 12)
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Drs. Dakir. Dasar-Dasar
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi
Perkembangan, Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga, 2005
L, Drs. Zulkifli. Psikologi
Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar