Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Rabu, 07 November 2012

Cerita pendek


Cerita pendek
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.

Sejarah

 Asal-usul

Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau Mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.

 Cerita-cerita pendek modern

Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah "Kamar No. 6" karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic Monthly, Scribner's, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang panjang (atau novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.
Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.

Unsur dan ciri khas

Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis.
Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuath cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
Cerpen juga memiliki [unsur intrinsik] cerpen.

Ukuran

Menetapkan apa yang memisahkan cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang problematic. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak kurang dari 1.000 kata.
Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelette, novella, atau novel.

Genre

Cerita pendek pada umumnya adalah suatu bentuk karangan fiksi, dan yang paling banyak diterbitkan adalah fiksi seperti fiksi ilmiah, fiksi horor, fiksi detektif, dan lain-lain. Cerita pendek kini juga mencakup bentuk nonfiksi seperti catatan perjalanan, prosa liris dan varian-varian pasca modern serta non-fiksi seperti fikto-kritis atau jurnalisme baru.

Cerita pendek terkenal

*       "Yours Truly, Jack the Ripper" oleh Robert Bloch
*       "A Sound of Thunder" oleh Ray Bradbury
*       "Cathedral" oleh Raymond Carver
*       "The Overcoat" oleh Nikolai Gogol (teks online — terjemahan dari bahasa Rusia)
*       "The Lottery" oleh Shirley Jackson (teks online)
*       "The Monkey's Paw" oleh W.W. Jacobs
*       "The Dead" oleh James Joyce (teks online
*       "In der Strafkolonie" oleh Franz Kafka (teks online terj. Inggris dari bahasa Jerman)
*       "The Call of Cthulhu" oleh H.P. Lovecraft
*       "A Good Man Is Hard to Find" oleh Flannery O'Connor (teks online)
*       "Brokeback Mountain" oleh Annie Proulx
*       "The Red Room" oleh H.G. Wells
*       "The Last Question" oleh Isaac Asimov

 Lihat pula

*       Sastra
*       Karya fiksi

Sumber-sumber lain

*       Novella: Cerita Cinta (ilmuiman.net) Situs Novel & Cerpen untuk dibaca online. Cukup unik karena dibuat ergonomis (tanpa scrolling). Jumlah cerpennya 1000 lebih, novel 60 lebih.
*       Situs Komunitas Penulis Amatir Indonesia, Situs komunitas penulis amatir terbesar di Indonesia, cerita pendek, puisi, prosa
*       Free Stories Center, situs untuk cerita pendek dan upaya menerbitkannya
*       Million Writers Award, untuk cerita pendek terbaik online tahun ini
*       Cerita Hasidik Yahudi
*       InÉdit: untuk penulis muda dengan kumpulan puisi dan cerita pendek online oleh orang muda
*       Short Story Radio, stasiun radio internet khusus untuk siaran professional dari cerpen-cerpen yang tak pernah diterbitkan sebelumnya

Definisi Cerpen


Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel.
Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
Sebenarnya, tidak ada rumusan yang baku mengenai apa itu cerpen. Kalangan sasterawan memiliki rumusan yang tidak sama. H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia- mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian. A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan. Sedangkan Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek. Dan masih banyak sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek atau yang biasa disingkat cerpen adalah cerita rekaan yang pendek.

1.1 Jenis Cerpen
Jenis-jenis cerpen ada 3, yaitu :
 Cerpen Kedaerahanv
Contoh : - Rumah Untuk Kemenakan
- Gampong
- Orang Kaya Baru, dll
 Cerpen Nasionalv
Contoh : - Jalan Soeprapto
- Jiwa Yang Terguncang
- Senyuman Terakhir, dll
Cerpen Pop
Contoh : - Perempuan Disimpang Tiga
- Roda Kehidupan
- Pelabuhan Makin Jauh
- Anggap Aku Bulan
- Kisah Dikantor Pos, dll


1.2 Anatomi Cerpen
Setelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur yang wajib ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya Anda sudah sangat siap untuk menciptakan sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya anda mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita. Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi sebagai berikut:
1. Situasi (pengarang membuka cerita)
2. Peristiwa-peristiwa terjadi
3. Peristiwa-peristiwa memuncak
4. Klimaks
5. Anti Klimaks
Atau, komposisi cerpen, sebagaimana ditandaskan H.B.Jassin dapat dikatakan sebagai berikut:
1. Perkenalan
2. Pertikaian
3. Penyelesaian
Cerpen yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur cerita ini. 

BAB 2
KARAKTERISTIK CERPEN


2.1 Unsur-unsur Cerpen

Unsur-unsur yang terdapat pada cerpen ada 2, yaitu :

a. Unsur Intrinsik

Unsur Intrinsik adalah unsur yang mendukung dari dalam tubuh cerita tersebut. Bagian-bagian unsur interinsik antara lain, :

1.. Tema :

Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.

2. Amanat :

Yaitu pesan atau amanat yang ingin di sampaikan pengarang dalam bentuk tulisan.




3. Alur atau plot : 

Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu atau sambung sinambungnya suatu cerita, dimana tidak hanya menjelaskan kenapa hal itu terjadi, tetapi juga menjelaskan bagaimana hal itu terjadi.

Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
2. Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
3. Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
1. Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
2. Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.
3. Campuran keduanya.

4. Penokohan :
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui: 
1. Tindakan, ucapan dan pikirannya
2. Tempat tokoh tersebut berada
3. Benda-benda di sekitar tokoh
4. Kesan tokoh lain terhadap dirinya
5. Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang 

5. Latar atau setting : 

yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.

6. Sudut Pandang Pengarang : 
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adlaah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.
Ada 4 macam sudut pandang dalam bercerita :
1. Sudut pandang dari Yang Maha Kuasa : Pengarang seolah –olah maha tau, pengarang ini menggambarkan semua tingkah laku para tokoh dan juga mengerti apa yang dikerjakan oleh tokoh.
2. Sudut pandang dari Orang pertama : Pengarang menggunakan gaya akudalam bercerita, sipengarang disini tidak tidak mewakili dari pribadinya tetapi seluruh ceritanya itu tergantung pada watak tokoh aku.
3. Sudut pandang dari Orang ketiga atau peninjau : seorang pengarang menggunakan gaya dia dalm bercerita, sudut pandang ini gabungan dari Yang Maha Kuasa dan Aku yang dapat melukiskan jiwa dia tapi tidak dapat melukiskan yang lain.
4. Sudut pandang Objektif : Pengarang bertindak seperti dalam sudut pandang Yang Maha Kuasa, tetapi pengarang tidak sampai menuliskan bathin tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.





7. Gaya Bahasa :

Yaitu cara khas pengungkapan seseorang, hal ini tercermin dalam pengarang memilih kata-kata, tema, dan memandang persoalan.
Gaya Bahasa ada 2:
1. Gaya pengarang dalam bercerita
Gaya pengarang dalam bercerita biasanya menggunakan sudut pandang yang sudah dijelaskan didepan tadi.
2. Gaya Bahasa pengarang dalam bercerita.
Gaya bahasa pengarang dalam bercerita diperlukan karena untuk memperkuat daya lukis agar tercapai efek yang dikehendaki. Biasanya pengarang menggunakan kata-kata khusus karena semakin umum istilah yang dipakai, semakin kabur gambaran cerita yang kita sajikan. Sebaliknya semakin khusussemakin hidup lukisan gambaran ceritanya. Makna-makna khusus tersebut terdapat pada bahasa yang menggunakan majas. Gaya bahasa yang sering dipakai dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Gaya Bahasa Perbandingan
Gaya bahasa perbandingan dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Majas Perumpamaan / Asosiasi
yaitu gaya bahasa yang memperbandingkan benda yang satu dengan benda yang lain dengan apa yang dilukiskan. Contoh :
 Bibirnya merah bagai buah delima.Ø
 Kedua anakØ itu seperti pinang dibelah dua.
2. Majas Metafora
yaitu gaya bahasa perbandingan yang singkat dan padat yang dinyatakan secara implisit. Contoh :
 Pukul delapan malam dewi malam mulai memancarkan sinarnya.Ø
 Si jagoØ merah telah melalap rumah itu.
3. Majas Personifikasi
yaitu gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat seperti manusia. Contoh :
 Angin semilir menerpa mukaku.Ø
 Pohon nyiurØ melambai-lambai dipantai.

4. Majas Alegori
yaitu gaya bahasa perbandingan yang biasa memakai cerita untuk simbol-simbol untuk menyampaikan maksud tertentu. Contoh :
 Orang itu bagaikan kancil.Ø
 Orang ituØ termenung seribu satu malam.
5. Majas Pleonasme
yaitu gaya pemakaian bahasa secara berlebih-lebihan.
 Saya melihat kejadian itu dengan mataØ kepala saya sendiri.
 Walau keadaannya gelap gulita dia masih tetapØ meneruskan perjalanannya.


b. Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya bahasa pertentangan dapat dibagi menjadi3, yaitu :
1. Majas Hiperbola
yaitu gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud memberi penekanan. Contoh :
 Kini hidupnya benar-benar bermandikan uang.Ø
 AirØ matanya menganak sungai.
2. Majas Litotes
yaitu gaya bahasa pertentangan yang biasa memakai pernyataan untuk memperkecil sesuatu. Contoh :
 TerimalahØ hadiahku yang sederhana ini.
 Kalau sampai disana mampirlahØ kegubukku.

3. Majas Ironi
yaitu gaya bahasa pertentangan yang mengungkapkan pernyataan pertentangan dengan maksud mencemoh. Contoh :
Ø Bagus sekali tulisanmu sampai-sampai aku tidak bisa membacanya.
 Rapi benarØ kamarmu seperti kapal pecah.

c. Gaya Bahasa Pertautan
Gaya bahasa pertautan dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Majas Sinekdoke
2. Majas Metonimia
yaitu gaya bahasa dengan menggunakan nama cirri atau nama hal yang ditautkan dengan orang atau barang.
 Sambil mengisap djarum dalam-dalamØ dibukanya lembaran-lembaran kompas.
Selain majas-majas yang disebutkan diatas juga ada jenis majas yang lain, misalnya :
1. Majas Eufemisme
yaitu gaya bahasa yang menggunakan bahasa sebagai pengganti kata lain dengan maksud untuk memperhalus atau menghindari hal-hal tabu. Contoh :
 Para TKI ilegal banyakØ yang diamankan oleh pihak keamanan Malaysia.
2. Majas Alusio
yaitu gaya bahasa yang merujuk pada suatu karya sastra, tokoh, atau suatu peristiwa. Contoh :
 Dia sering bersifat kura-kura dalam perahu, sudah tahu tapi masih sajaØ bertanya.
3. Majas Repetisi
yaitu gaya bahasa dengan melakukan pengulangan kata atau kelompok kata. Contoh :
 Mengapa harus putus asa? Aku masih mudaØ dan kuat! Mengapa harus putus asa? Mengapa harus putus asa?
4. Majas Klimaks
yaitu gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan. Contoh :
 Jangankan uang, rumah, harta kekayaan, nyawaØ pun akan kukorbankan demi kebaikan keluarga.
 Sejak lahir, bayi, balita,Ø remaja ibunya sendiri yang mengasuhnya.


b. Unsur Ekstrinsik

Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang mendukung dari luar cerita tersebut. Contoh unsur-unsur ekstrinsik, yaitu :
1. Biografi Pengarang
2. Sosial Budaya
3. Moral
4. Agama


Thursday, February 10, 2011 Posted by Azmah Nordin
Semua orang tau, cerpen adalah sebuah cerita yg jauh lebih pendek drpd sebuah novel. Cara menghasilkannya, antaranya;




1. Tersangat terhad jumlah watak dan episod di dalamnya.

2. Dimulakan di bahagian paling hampir dengan penyelesaiannya.

3. Lazimnya, hanya menangani satu isu atau masalah, dlm satu karya.

4. Menggunakan hanya maklumat terperinci yang perlu saja, utk memahami situasinya.

5. Ia biasanya meliputi satu masa yg singkat.

6. Dan, yg paling penting, nawaitu semasa menghasilkan cerpen ini, perlu bersih dan jernih, tentunya k :)



Perkara Penting Yg Perlu Ada Dlm Cerpen;

Terdapat beberapa perkara penting yg boleh mengangkat cerpen anda sebagai karya yg bermutu tinggi. Membiasakan diri dgn petua menulis cerpen ini, mampu membantu anda mempelajari cerpen2 lain yg anda baca dan hayati, mampu membantu anda membezakan antara cerpen bermutu dgn yg tidak, dan membantu anda memperbaik-kukuhkan lagi karya anda sendiri.

1. Cerpen harus dicerita dari sudut pandangan watak (watak2) utamanya. Watak utamanya mungkin hanya seorang, tp boleh juga dua orang, bagi menghidupkan karya dan membolehkan pembaca mengenali dan berasa hampir dengan pergolakan jiwa watak2 dlm karya anda. Jika anda mahu ada dua watak utama dlm cerpen anda, boleh saja dngan menggunakan tanda pemisah (* * *) bagi memudahkan anda menguasai jalan ceritan dan fokus fokus kpd pergolakan jiwa satu2 watak dgn lebih teratur, konsisten dan tidak bercelaru.

2. Unsur2 konflik haruslah, diperkenalkan pada paragraf pertama lagi, seboleh mungkin; cuba gambarkan ttg
suasana, waktu dan latar, secara tidak langsung, pada paragraf2 pertama. Elakkan drpd membuat ayat `memberitahu', sebaliknya ayat `tunjuk' (sila baca ttg ini di Senarai Pos kat sebelah kanan anda tu k) Mulakan dgn pergolakan jiwa watak utama yg berkaitan dgn tema (ada artikel ttg tema, di Senarai Pos itu) cerita anda. Elakkan menggambarkan pemandangan latar pada paragraf pertama.

3. Unsur2 suspen juga harus seboleh mungkin diwujudkan pada paragraf pertama atau kedua cerpen anda, supaya pembaca akan tertanya2 apa yg akan berlaku seterusnya kpd watak2 yg menghadapi konflik itu dan bagaimana kekusutan fikiran watak utama dlm cerpen itu diungkaikan.

4. Pada klimak cerita, yg berhampiran atau akhir cerita, seharusnya menjadi tempat di mana konflik itu dileraikan.

5. Ceritanya harus difokuskan pada satu peristiwa, pada pusat segala masalah hidup yg dihadapi oleh watak utamanya. Interaksi antara watak2 utama, adalah antara nadi dlm karya cerpen anda - jadi pastikan prwatakan watak utama ini sentiasa ditonjolkan, dan hanya `menunjukkankan' latar belakang yg diperlukan saja. untuk menggerakkan plot (jalan cerita). Cuba memulakan setiap paragraf dgn aksi fizikal atau luahan perasaan, utk menarik minat pembaca.

6. Cerita digambarkan lewat sudut pandangan watak utama, tanpa campur tangan pengarang. Maksudnya, sudut pandang itu harus bersesuaian dgn perwatakan watak utama, Agama, pemikiran, pembawaan diri, fahaman politik, ideologi, dn sebagainya - bukan pengarangnya. Ini boleh dipelajari, jika anda berbengkel dgn saya di blog ini k

8. Lazimnya, akhbar2 tempatan menerima karya yg berjumlah 8 - 10 mukasurat, sementara majalah pula antara 10 - 14 mukasurat saja. Jadi, pastikan anda tidak melangkau jumlah itu. Pastikan karya yg dihantar, mengandungi nilai2 murni, misalnya, perjuangan, kasih sayang sesama insan, pengorbanan, keinsafan dan sebagainya.

7. sebelum hantar karya yg sudah siap kpd pihak penerbit, perlu disemak-edit dahulu buat beberapa kali, utk mempastikan ceritanya cukup kuat, padat dan menarik. Mungkin lebih baik jika dibiarkan karya anda itu buat sehari dua selepas siap ditulis, sebelum anda kembali kpdnya untuk menyemak-editnya semula dgn fikiran yg lebih segar, dan mungkin juga dgn tambahan/penukaran idea yg baru tiba dan lebih menarik drpd sebelumnya.

9. Judul karya; bagi saya, ljika anda memberikan judul awal2 sebelum karya anda siap, anda akan terikat pada judul itu. Padahal, di sepanjang berkarya, plot cerita akan berkembang, hidup dan berubah dgn sendirinya, bersesuaian dgn cerita anda. Jadi, lebih mudah memberi judul setelah karya anda siap, kerana judul itu nanti akan merangkumi ke seluruhan cerita anda, tp biar suspen. Judul yg baik, biasanya, memiliki 1, 2 dan 3 perkataan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar