Cerita pendek
Cerita pendek atau sering
disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan
langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang,
seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita
pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan
fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek
berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan
singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi
penceritaan lisan. Dengan
munculnya novel yang realistis, cerita pendek
berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita
karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
Sejarah
Asal-usul
Cerita pendek bermula pada
tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan
irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat
ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada
naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek.
Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut
telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon
dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang
bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari
bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini
dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi
lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia
seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran(tokoh)
utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita
berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita
kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau Mitos lebih mengarah pada cerita
yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya
Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita
mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita
pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang
mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan
belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya
Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan
mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama
sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang
merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang
ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak
diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling
populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada
masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita
pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek
yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling
terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada
1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa
karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.
Cerita-cerita pendek modern
Cerita-cerita pendek modern
muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek
termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near
Dikanka (1831-1832)
karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque
(1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan
majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek
antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek
terkenal yang muncul pada periode ini adalah "Kamar No. 6" karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic Monthly, Scribner's, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam
setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu
besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek
untuk melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita
pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada
1952 majalah Life menerbitkan long cerita pendek Ernest
Hemingway yang panjang (atau novella) Lelaki
Tua dan Laut.
Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.
Sejak itu, jumlah majalah
komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun
beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah
sastra juga memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek. Selain
itu, cerita-cerita pendek belakangan ini telah menemukan napas baru lewat
penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam majalah online, dalam
kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan
dalam blog.
Unsur dan ciri khas
Cerita pendek cenderung kurang
kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian
pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh
yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang
lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh
utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik
dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan
konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama
dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi
dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau
terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita
pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh,
cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih
umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi.
Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga
mengandung klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita
pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula
tidak) pesan moral atau pelajaran praktis.
Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuath cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
Cerpen juga memiliki [unsur
intrinsik] cerpen.
Ukuran
Menetapkan apa yang memisahkan
cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang
problematic. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus
dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam
esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi
lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500
kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk
kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak
kurang dari 1.000 kata.
Cerita yang pendeknya kurang dari
1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum
parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelette, novella,
atau novel.
Genre
Cerita pendek pada umumnya adalah
suatu bentuk karangan fiksi, dan yang paling banyak diterbitkan adalah fiksi seperti fiksi ilmiah, fiksi horor, fiksi
detektif, dan lain-lain.
Cerita pendek kini juga mencakup bentuk nonfiksi seperti catatan perjalanan, prosa liris dan varian-varian pasca modern serta non-fiksi seperti fikto-kritis atau jurnalisme baru.
Cerita pendek
terkenal
Lihat pula
Sumber-sumber lain
Novella: Cerita
Cinta (ilmuiman.net) Situs Novel & Cerpen untuk dibaca
online. Cukup unik karena dibuat ergonomis (tanpa scrolling). Jumlah cerpennya 1000
lebih, novel 60 lebih.
Situs Komunitas
Penulis Amatir Indonesia, Situs komunitas
penulis amatir terbesar di Indonesia, cerita pendek, puisi, prosa
Short Story Radio, stasiun radio internet khusus untuk siaran professional
dari cerpen-cerpen yang tak pernah diterbitkan sebelumnya
Definisi Cerpen
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai
cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat
dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang,
seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel.
Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses
mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight
secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa
dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang
digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada
tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek
berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita
karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
Sebenarnya, tidak ada rumusan yang baku mengenai apa itu
cerpen. Kalangan sasterawan memiliki rumusan yang tidak sama. H.B. Jassin –Sang
Paus Sastra Indonesia- mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus
memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian. A. Bakar Hamid dalam
tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu
harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara
500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan.
Sedangkan Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi
atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek. Dan masih banyak
sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama
persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya
menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek atau yang biasa disingkat
cerpen adalah cerita rekaan yang pendek.
1.1 Jenis Cerpen
Jenis-jenis cerpen ada 3, yaitu :
Cerpen Kedaerahanv
Contoh : - Rumah Untuk Kemenakan
- Gampong
- Orang Kaya Baru, dll
Cerpen Nasionalv
Contoh : - Jalan Soeprapto
- Jiwa Yang Terguncang
- Senyuman Terakhir, dll
Cerpen Pop
Contoh : - Perempuan Disimpang Tiga
- Roda Kehidupan
- Pelabuhan Makin Jauh
- Anggap Aku Bulan
- Kisah Dikantor Pos, dll
1.2 Anatomi Cerpen
Setelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik
cerpen dan unsur-unsur yang wajib ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya
Anda sudah sangat siap untuk menciptakan sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen
ada baiknya anda mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur
cerita. Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya, apapun
jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi
sebagai berikut:
1. Situasi (pengarang membuka cerita)
2. Peristiwa-peristiwa terjadi
3. Peristiwa-peristiwa memuncak
4. Klimaks
5. Anti Klimaks
Atau, komposisi cerpen, sebagaimana ditandaskan H.B.Jassin
dapat dikatakan sebagai berikut:
1. Perkenalan
2. Pertikaian
3. Penyelesaian
Cerpen yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur
cerita yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula biasanya di
struktur cerita ini.
BAB 2
KARAKTERISTIK CERPEN
2.1 Unsur-unsur Cerpen
Unsur-unsur yang terdapat pada cerpen ada 2, yaitu :
a. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik adalah unsur yang mendukung dari dalam
tubuh cerita tersebut. Bagian-bagian unsur interinsik antara lain, :
1.. Tema :
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa
disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah
bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran
utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian
cerita; dasar tolak untuk bercerita.
2. Amanat :
Yaitu pesan atau amanat yang ingin di sampaikan pengarang
dalam bentuk tulisan.
3. Alur atau plot :
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk
mencapai efek tertentu atau sambung sinambungnya suatu cerita, dimana tidak
hanya menjelaskan kenapa hal itu terjadi, tetapi juga menjelaskan bagaimana hal
itu terjadi.
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar
dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia
legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan
Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di
Sumbing.
2. Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak
mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti
terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di
Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir
semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
3. Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah
campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson
Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul
Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan
plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
1. Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk
mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
2. Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk
meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.
3. Campuran keduanya.
4. Penokohan :
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus
tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen
modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya
menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang
didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia
sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir
(rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa
diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
1. Tindakan, ucapan dan pikirannya
2. Tempat tokoh tersebut berada
3. Benda-benda di sekitar tokoh
4. Kesan tokoh lain terhadap dirinya
5. Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
5. Latar atau setting :
yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana
dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema
dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk
menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.
6. Sudut Pandang Pengarang :
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam
membangun cerita pendek adlaah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang
pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan
ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat
dengan teknik bercerita.
Ada 4 macam sudut pandang dalam bercerita :
1. Sudut pandang dari Yang Maha Kuasa : Pengarang seolah
–olah maha tau, pengarang ini menggambarkan semua tingkah laku para tokoh dan
juga mengerti apa yang dikerjakan oleh tokoh.
2. Sudut pandang dari Orang pertama : Pengarang
menggunakan gaya akudalam bercerita, sipengarang disini tidak tidak mewakili
dari pribadinya tetapi seluruh ceritanya itu tergantung pada watak tokoh aku.
3. Sudut pandang dari Orang ketiga atau peninjau : seorang
pengarang menggunakan gaya dia dalm bercerita, sudut pandang ini gabungan dari
Yang Maha Kuasa dan Aku yang dapat melukiskan jiwa dia tapi tidak dapat
melukiskan yang lain.
4. Sudut pandang Objektif : Pengarang bertindak seperti
dalam sudut pandang Yang Maha Kuasa, tetapi pengarang tidak sampai menuliskan
bathin tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
7. Gaya Bahasa :
Yaitu cara khas pengungkapan seseorang, hal ini tercermin
dalam pengarang memilih kata-kata, tema, dan memandang persoalan.
Gaya Bahasa ada 2:
1. Gaya pengarang dalam bercerita
Gaya pengarang dalam bercerita biasanya menggunakan sudut
pandang yang sudah dijelaskan didepan tadi.
2. Gaya Bahasa pengarang dalam bercerita.
Gaya bahasa pengarang dalam bercerita diperlukan karena
untuk memperkuat daya lukis agar tercapai efek yang dikehendaki. Biasanya
pengarang menggunakan kata-kata khusus karena semakin umum istilah yang
dipakai, semakin kabur gambaran cerita yang kita sajikan. Sebaliknya semakin
khusussemakin hidup lukisan gambaran ceritanya. Makna-makna khusus tersebut
terdapat pada bahasa yang menggunakan majas. Gaya bahasa yang sering dipakai
dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Gaya Bahasa Perbandingan
Gaya bahasa perbandingan dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Majas Perumpamaan / Asosiasi
yaitu gaya bahasa yang memperbandingkan benda yang satu
dengan benda yang lain dengan apa yang dilukiskan. Contoh :
Bibirnya merah
bagai buah delima.Ø
Kedua anakØ itu seperti pinang dibelah dua.
2. Majas Metafora
yaitu gaya bahasa perbandingan yang singkat dan padat yang
dinyatakan secara implisit. Contoh :
Pukul delapan malam
dewi malam mulai memancarkan sinarnya.Ø
Si jagoØ merah telah melalap rumah
itu.
3. Majas Personifikasi
yaitu gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda tak
bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat seperti manusia. Contoh :
Angin semilir
menerpa mukaku.Ø
Pohon nyiurØ melambai-lambai dipantai.
4. Majas Alegori
yaitu gaya bahasa perbandingan yang biasa memakai cerita untuk
simbol-simbol untuk menyampaikan maksud tertentu. Contoh :
Orang itu bagaikan
kancil.Ø
Orang ituØ termenung seribu satu
malam.
5. Majas Pleonasme
yaitu gaya pemakaian bahasa secara berlebih-lebihan.
Saya melihat
kejadian itu dengan mataØ kepala saya sendiri.
Walau keadaannya
gelap gulita dia masih tetapØ meneruskan perjalanannya.
b. Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya bahasa pertentangan dapat dibagi menjadi3, yaitu :
1. Majas Hiperbola
yaitu gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan
dengan maksud memberi penekanan. Contoh :
Kini hidupnya
benar-benar bermandikan uang.Ø
AirØ matanya menganak sungai.
2. Majas Litotes
yaitu gaya bahasa pertentangan yang biasa memakai
pernyataan untuk memperkecil sesuatu. Contoh :
TerimalahØ hadiahku yang sederhana
ini.
Kalau sampai disana
mampirlahØ kegubukku.
3. Majas Ironi
yaitu gaya bahasa pertentangan yang mengungkapkan
pernyataan pertentangan dengan maksud mencemoh. Contoh :
Ø
Bagus sekali tulisanmu sampai-sampai aku tidak bisa membacanya.
Rapi benarØ kamarmu seperti kapal
pecah.
c. Gaya Bahasa Pertautan
Gaya bahasa pertautan dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Majas Sinekdoke
2. Majas Metonimia
yaitu gaya bahasa dengan menggunakan nama cirri atau nama
hal yang ditautkan dengan orang atau barang.
Sambil mengisap
djarum dalam-dalamØ dibukanya lembaran-lembaran kompas.
Selain majas-majas yang disebutkan diatas juga ada jenis
majas yang lain, misalnya :
1. Majas Eufemisme
yaitu gaya bahasa yang menggunakan bahasa sebagai
pengganti kata lain dengan maksud untuk memperhalus atau menghindari hal-hal
tabu. Contoh :
Para TKI ilegal
banyakØ yang diamankan oleh pihak keamanan Malaysia.
2. Majas Alusio
yaitu gaya bahasa yang merujuk pada suatu karya sastra,
tokoh, atau suatu peristiwa. Contoh :
Dia sering bersifat
kura-kura dalam perahu, sudah tahu tapi masih sajaØ bertanya.
3. Majas Repetisi
yaitu gaya bahasa dengan melakukan pengulangan kata atau
kelompok kata. Contoh :
Mengapa harus putus
asa? Aku masih mudaØ dan kuat! Mengapa harus putus asa? Mengapa harus putus
asa?
4. Majas Klimaks
yaitu gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin
lama makin mengandung penekanan. Contoh :
Jangankan uang,
rumah, harta kekayaan, nyawaØ pun akan kukorbankan demi kebaikan keluarga.
Sejak lahir, bayi,
balita,Ø remaja ibunya sendiri yang mengasuhnya.
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang mendukung dari luar
cerita tersebut. Contoh unsur-unsur ekstrinsik, yaitu :
1. Biografi Pengarang
2. Sosial Budaya
3. Moral
4. Agama
Thursday, February 10, 2011
Posted by Azmah Nordin
Semua orang tau, cerpen adalah sebuah cerita yg jauh lebih
pendek drpd sebuah novel. Cara menghasilkannya, antaranya;
1. Tersangat terhad jumlah watak dan episod di
dalamnya.
2. Dimulakan di bahagian paling hampir dengan
penyelesaiannya.
3. Lazimnya, hanya menangani satu isu atau
masalah, dlm satu karya.
4. Menggunakan hanya maklumat terperinci yang
perlu saja, utk memahami situasinya.
5. Ia biasanya meliputi satu masa yg singkat.
6. Dan, yg paling penting, nawaitu semasa
menghasilkan cerpen ini, perlu bersih dan jernih, tentunya k :)
Perkara Penting Yg Perlu Ada Dlm Cerpen;
Terdapat beberapa perkara penting yg boleh
mengangkat cerpen anda sebagai karya yg bermutu tinggi. Membiasakan diri dgn
petua menulis cerpen ini, mampu membantu anda mempelajari cerpen2 lain yg anda
baca dan hayati, mampu membantu anda membezakan antara cerpen bermutu dgn yg
tidak, dan membantu anda memperbaik-kukuhkan lagi karya anda sendiri.
1. Cerpen harus dicerita dari sudut pandangan
watak (watak2) utamanya. Watak utamanya mungkin hanya seorang, tp boleh juga
dua orang, bagi menghidupkan karya dan membolehkan pembaca mengenali dan berasa
hampir dengan pergolakan jiwa watak2 dlm karya anda. Jika anda mahu ada dua
watak utama dlm cerpen anda, boleh saja dngan menggunakan tanda pemisah (* * *)
bagi memudahkan anda menguasai jalan ceritan dan fokus fokus kpd pergolakan
jiwa satu2 watak dgn lebih teratur, konsisten dan tidak bercelaru.
2. Unsur2 konflik haruslah, diperkenalkan pada
paragraf pertama lagi, seboleh mungkin; cuba gambarkan ttg
suasana, waktu dan latar, secara tidak
langsung, pada paragraf2 pertama. Elakkan drpd membuat ayat `memberitahu',
sebaliknya ayat `tunjuk' (sila baca ttg ini di Senarai Pos kat sebelah kanan
anda tu k) Mulakan dgn pergolakan jiwa watak utama yg berkaitan dgn tema (ada
artikel ttg tema, di Senarai Pos itu) cerita anda. Elakkan menggambarkan
pemandangan latar pada paragraf pertama.
3. Unsur2 suspen juga harus seboleh mungkin
diwujudkan pada paragraf pertama atau kedua cerpen anda, supaya pembaca akan
tertanya2 apa yg akan berlaku seterusnya kpd watak2 yg menghadapi konflik itu
dan bagaimana kekusutan fikiran watak utama dlm cerpen itu diungkaikan.
4. Pada klimak cerita, yg berhampiran atau
akhir cerita, seharusnya menjadi tempat di mana konflik itu dileraikan.
5. Ceritanya harus difokuskan pada satu
peristiwa, pada pusat segala masalah hidup yg dihadapi oleh watak utamanya.
Interaksi antara watak2 utama, adalah antara nadi dlm karya cerpen anda - jadi
pastikan prwatakan watak utama ini sentiasa ditonjolkan, dan hanya
`menunjukkankan' latar belakang yg diperlukan saja. untuk menggerakkan plot
(jalan cerita). Cuba memulakan setiap paragraf dgn aksi fizikal atau luahan
perasaan, utk menarik minat pembaca.
6. Cerita digambarkan lewat sudut pandangan
watak utama, tanpa campur tangan pengarang. Maksudnya, sudut pandang itu harus
bersesuaian dgn perwatakan watak utama, Agama, pemikiran, pembawaan diri,
fahaman politik, ideologi, dn sebagainya - bukan pengarangnya. Ini boleh
dipelajari, jika anda berbengkel dgn saya di blog ini k
8. Lazimnya, akhbar2 tempatan menerima karya
yg berjumlah 8 - 10 mukasurat, sementara majalah pula antara 10 - 14 mukasurat
saja. Jadi, pastikan anda tidak melangkau jumlah itu. Pastikan karya yg
dihantar, mengandungi nilai2 murni, misalnya, perjuangan, kasih sayang sesama
insan, pengorbanan, keinsafan dan sebagainya.
7. sebelum hantar karya yg sudah siap kpd
pihak penerbit, perlu disemak-edit dahulu buat beberapa kali, utk mempastikan
ceritanya cukup kuat, padat dan menarik. Mungkin lebih baik jika dibiarkan
karya anda itu buat sehari dua selepas siap ditulis, sebelum anda kembali
kpdnya untuk menyemak-editnya semula dgn fikiran yg lebih segar, dan mungkin
juga dgn tambahan/penukaran idea yg baru tiba dan lebih menarik drpd
sebelumnya.
9. Judul karya; bagi saya, ljika anda
memberikan judul awal2 sebelum karya anda siap, anda akan terikat pada judul
itu. Padahal, di sepanjang berkarya, plot cerita akan berkembang, hidup dan
berubah dgn sendirinya, bersesuaian dgn cerita anda. Jadi, lebih mudah memberi
judul setelah karya anda siap, kerana judul itu nanti akan merangkumi ke
seluruhan cerita anda, tp biar suspen. Judul yg baik, biasanya, memiliki 1, 2
dan 3 perkataan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar