Cara pembaptisan menjadi pro dan
kontra yang tidak habis-habisnya dikalangan orang Kristen. Ada gereja yang
begitu fanatik terhadap cara baptisan selam sehingga mereka menganggap baptisan
dengan curah/percik tidak sah sehingga wajib diulang, bahkan ada pendeta yang
berani bersumpah bahwa satu-satunya cara baptisan yang diperintahkan langsung
oleh T...uhan Yesus adalah diselamkan! Benarkah klaim-klaim yang demikian itu?
Mari kita kupas tuntas apakah benar baptisan harus dilakukan secara
diselamkan!
Ada dua hal yang akan kita lakukan,
yaitu membongkar dasar/alasan baptis selam, dan menunjukkan ketidakmungkinan
baptisan selam.
Alasan mereka yang menyakini
pembaptisan harus diselam.
Berikut ini adalah
beberapa dasar / alasan orang yang menyakini baptisan selam:
1. Baptisan berasal dari
kata “baptisma” yang berarti membenamkan / menyelamkan
/ mencelupkan.
2. Yesus dibaptis secara selam
dengan indikasi ada kalimat “ ….. keluar dari air” (Matius 3:16, Markus
1:10)
3. Baptisan selam sesuai dengan
simbol dikuburkan dan dibangkitkan bersama Kristus
(Roma 6:4)
Sekarang mari kita bahas dasar /
alasan tersebut, apakah benar-benar sesuai dengan fakta dan apa yang
dimaksudkan oleh berita Alkitab?
1) Benarkah dibaptis harus
berarti diselamkan?
Setiap kata dalam bahasa tertentu
sangat dimungkinkan untuk mengalami perluaskan arti / makna sehingga sebuah
kata dapat mempunyai lebih dari satu arti atau makna, bahkan arti yang baru
bisa tidak sesuai dengan arti yang semula.
Sebagai contoh kata berlayar. Pada
mulanya berlayar hanya mempunyai satu arti yaitu mengarungi lautan /
sungai dengan menggunakan layar. Tetapi saat ini mengarungi lautan dengan
menggunakan kapal bermesin (tanpa layar) bisa juga disebut sebagai berlayar.
Jadi, berlayar tidak harus menggunakan layar!
Demikian juga dengan kata baptis.
Dalam tata bahasa Yunani, kata baptis telah mengalami perluasan arti sehingga
tidak hanya berarti diselamkan saja, tetapi juga dapat
diartikan sebagai membasuh dengan air, mencuci, membersihkan diri sendiri, dan
mandi. Baptis juga berarti tindakan / upacara yang melambangkan suatu hal.
Mari kita lihat di dalam Alkitab.
- Mar 7:4 dan kalau
pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan,
kendi dan perkakas-perkakas tembaga (dan peralatan untuk tidur, duduk, atau
makan – tambahan sesuai bahasa aslinya)
Kata membersihkan pada
ayat di atas dalam bahasa aslinya adalah “baptizō” ,
sedangkan kata mencuci bahasa aslinya adalah “baptismos”
Kalau kata membersihkan dan mencuci
di atas diartikan dengan menyelamkan, maka konsekuensi logisnya adalah bahwa di
setiap rumah / keluarga orang Israel pada waktu itu harus mempunyai kolam yang
besar dan penuh dengan air karena akan digunakan untuk menyelamkan diri sebelum
makan, dan menyelamkan perkakas rumah tangga seperi meja, tempat tidur, dan
sebagainya. Apakah ini yang terjadi? Tidak bukan?
Untuk membersihkan diri mereka tidak
perlua menyelamkan dirinya dalam air, dan untuk mencuci perkakas rumah tangga
tidak harus menyelamkan barang-barang tersebut ke dalam air. Semuanya itu dapat
dilakukan (bahkan umum dilakukan) dengan cara mencurahkan air ke tubuh, dan
barang-barang rumah tangga lainnya.
- Ibrani 9:10 karena
semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan,
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai
tibanya waktu pembaharuan.
Kata asli dari “pembasuhan” di atas
adalah “baptismos”.
Sudah jelas bahwa penulis kitab
Ibrani mengartikan kata baptis bukan sebagai menyelam, tetapi membasuh, dan
membasuh tidak harus dan tidak perlu diselamkan.
- 1 Kor 10:2 Untuk
menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (baptizō) dalam
awan dan dalam laut.
Apakah ketika bangsa Israel keluar
dari Mesir mereka menyelam ke dalam awan dan ke dalam laut?
Tidak bukan? Kata “dibaptis” disini menunjukkan suatu “upacara” dimana
seseorang / sekelompok orang dinyatakan menjadi anggota suatu kelompok dalam
hal ini menjadi pengikut Musa!
- Kisah 22:16 Dan
sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan
dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!
Kata dibaptis disini
dipakai sebagai simbol penyucian dosa
Kesimpulan : Kata baptis mempunyai perluasan arti
sehingga tidak boleh hanya diartikan dengan menyelam, tetapi dapat
juga diartikan dengan membasuh, mencuci, membersihkan, suatu upacara penyucian,
pembasuhan / pembersihan, dan upacara untuk menghormati orang yang masuk
menjadi anggota suatu kelompok.
Mengartikan baptis semata-mata
hanya sebagai menyelam saja adalah tindakan main paksa dan tidak
sesuai dengan Alkitab.
2) Apakah “keluar dari air”
berarti keluar dari dalam air setelah menyelam?
Kata “keluar dari air” tidak harus
(bahkan tidak biasa) diartikan sebagai keluar dari dalam air setelah menyelam.
Kata yang tepat dipakai seharusnya adalah “muncul dari dalam air”. Kata
“keluar dari air” lebih umum digunakan untuk menggambarkan orang yang keluar
dari genangan air. Sebelumnya orang tersebut berada di dalam genangan air (
genangan air bisa setinggi lutut atau diatas lutut, bahkan bisa di bawah
lutut).
Kata ini juga dipakai oleh Lukas
untuk menggambarkan bahwa setelah Filipus membaptis orang Etiopia, mereka keluar
dari (genangan) air.
Kisah Para Rasul 8:36, 39
Mereka melanjutkan perjalanan
mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada (sedikit)air.
Dan setelah mereka keluar
dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak
melihatnya lagi.
Kalau “keluar dari air” diartikan
sebagai “muncul dari dalam air” maka hal yang aneh akan terjadi, yaitu mereka
bisa menyelam di tempat yang sedikit air, dan ketika baptisan terjadi, Filipus
dan orang Etiopia sama-sama menyelam! Aneh Bukan?
Jadi, “keluar dari air” tidak bisa
diartikan “keluar dari dalam air setelah menyelam”, tetapi lebih tepat
diartikan sebagai keluar dari genangan air.
Demikian juga yang terjadi pada
peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus
Mari kita lihat peristiwa baptisan
Tuhan Yesus secara utuh biar lebih gamblang dalam memahaminya.
Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera
keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat
Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,
Mar 1:9, 10 Pada waktu itu datanglah Yesus dari
Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada
saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung
merpati turun ke atas-Nya.
Luk 3:21, 22 Ketika seluruh orang banyak itu telah
dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah
langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya.
Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan.”
Dari penggambaran ketiga penulis
Injil tentang peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Peristiwa “Tuhan Yesus keluar
dari air” merupakan peristiwa yang terjadi setelah proses pembaptisan
selesai(Matius 3:16). Dengan kata lain, “keluar dari air” bukanlah bagian
dari proses pembaptisan sehingga “Tuhan Yesus keluar dari air” tidak
mengindikasikan apa-apa bahwa Tuhan Yesus dibaptis secara selam.
- Pada saat Tuhan Yesus keluar
dari air, ada dua peristiwa yang terjadi, Tuhan Yesus dalam posisi sedang
berdoa dan Roh seperti merpati turun ke atas-Nya (Mat. 3:16, Mar 1:10, Lukas
3:21).
Kalau “keluar dari air” sama
dengan keluar dari dalam air setelah menyelam, bagaimana mungkin
Lukas dapat melihat Tuhan Yesus sedang berdoa di dalam air? Atau, apakah
wajar jika orang berdoa di dalam air?
- Ada dua kemungkinan
proses pembaptisan Tuhan Yesus:
Kemungkinan pertama, Tuhan Yesus dibabtis di genangan sungai Yordan persis di
bagian pinggir sungai (dekat dengan daratan). Pada saat Tuhan Yesus dibaptis
(dengan mencurahkan air ke atas kepala-Nya) Ia dalam posisi berdoa.
Setelah proses pembaptisan selesai, dalam posisi masih berdoa, Tuhan Yesus
keluar dari genangan air ( sungai), dan tepat ketika menginjakkan kaki-Nya ke
tanah (daratan) turunlah Roh ke atas-Nya dan terdengar suara dari langit.
Kemungkinan kedua, begitu keluar dari air dan menginjakkan kaki-Nya ke tanah,
Tuhan Yesus langsung berlutut (Lukas melaporkan Tuhan Yesus sedang berdoa) dan
pada waktu itulah Roh turun ke atas-Nya
Jadi, kalimat “Tuhan Yesus keluar
dari air” tidak mengindikasikan apa-apa tentang cara pembaptisan Tuhan Yesus,
karena peristiwa tersebut terjadi setelah proses pembapisan selesai.
3) Apakah baptisan selam
sesuai dengan simbol dikuburkan dan dibangkitkan bersama
Kristus?
Sebenarnya kunci dari jawaban di
atas adalah bagaiamana cara Tuhan Yesus dikuburkan. Orang yang pro baptisan
selam kemungkinan membayangkan Tuhan Yesus dikuburkan dengan cara dimasukkan ke
dalam tanah dan ditimbun. Dengan kata lain, waktu dikubur, Tuhan Yesus berada
di bawah permukaan tanah sama dengan orang yang menyelam yang berada di bawah
permukaan air. Benarkah demikian?
Lukas 23: 53 Dan sesudah ia
menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di
dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan
mayat.
Joh 19:42 Karena hari itu
hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka
mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.
Ternyata, mayat Tuhan Yesus tidak
dikubur di dalam tanah, tetapi diletakkan /dibaringkan di atas permukaan tanah
/ batu. Yang jelas, sebelum dan setelah Tuhan Yesus bangkit, posisi-Nya tetap
berada di atas permukaan tanah. Lalu, bagian mana yang sesuai dengan baptisan
selam? Kalau Tuhan Yesus dikuburkan sesuai dengan tatacara orang Indonesia
menguburkan mayat, itu baru sesuai! Ketika orang diselamkan, itu menggambarkan
Tuhan Yesus dimasukkan ke dalam tanah, dan ketika orang itu muncul dari dalam
air menggambarkan ketika Tuhan Yesus bangkit dari kubur. TETAPI TUHAN
YESUS TIDAK DIKUBUR DENGAN CARA SEPERTI ITU, dengan demikian baptisan secara
selam tidak dapat dipakai sebagai simbol dikuburkan dan dibangkitkan bersama
Kristus.
Setelah membongkar habis dasar-dasar
yang dipakai oleh saudara-saudara yang mereka sangat yakin bahwa baptisan yang
benar adalah hanya dengan cara selam, sekarang waktunya untuk
menunjukkan ketikdakmungkinan
baptisan dilakukan secara selam.
1). Berdasarkan tata bahasa.
Yohanes 1:26 Yohanes
menjawab mereka, katanya: “Aku membaptis dengan air; tetapi di
tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal,
Yohanes 1:31 Dan aku
sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang
dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.”
Kalau benar, bahwa pembatisan
dilakukan dengan cara selam, maka kata di depan kata air seharusnya
bukan kata “dengan” tetapi “di dalam “ sehingga seharusnya “membaptis di dalam
air”.
Kalimat “membaptis dengan air”
menunjukkan bahwa air adalah sarana untuk pembaptisan, sedangkan kalau benar
bahwa baptisan dilakukan dengan selam, maka air bukan sekedar sarana
tetapi tempat untuk menyelamkan orang yang dibabtis.
Kalimat “Membaptis dengan air” juga
menunjukkan bahwa ada pembaptisan yang bukan dengan air, yaitu pembaptisan
dengan darah binatang dan dengan abu. Baik pada zaman Perjanjian Lama
maupun pada zaman Tuhan Yesus, sudah dikenal secara umum bahwa darah binatang
sering digunakan dalam upacara-upacara penyucian orang / benda, dan juga untuk
pentahbisan seseorang menjadi anggota suatu kelompok.
- Ibrani 9:10 karena
semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan /
(upacara penyucian – BIS – dalam bahasa aslinya pembatissan)
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai
tibanya waktu pembaharuan.
- brani 9:13 Sebab,
jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu
muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara
lahiriah,
Yang menjadi persoalan adalah,
jikalau pembaptisan pada waktu itu dilakukan secara selam, apakah mungkin ada
orang diselamkan di dalam darah? Dan lagi, apakah ada media lain selain air,
dimana orang dapat diselamkan di dalamnya?
Jadi jelaslah, dengan adanya kalimat
“membaptis dengan air” menunjukkan bahwa pembaptisan tidak mungkin dilakukan
dengan cara diselamkan dalam air, tetapi bisa dilakukan dengan mencurahkan air,
mengoleskan air, atau memercikkan air pada orang yang dibaptis. Sekali lagi
dalam peristiwa baptisan, air adalah alat, bukan tempat baptisan dilangsungkan.
2) Peristiwa orang-orang
dibaptis Yohanes
Matius 3:6 Lalu sambil mengaku
dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
and they were baptized of him in the
river Jordan, confessing their sins. (ASV)
Pada saat baptisan berlangsung , ada
dua peristiwa yang terjadi secarabersamaan, yaitu orang yang dibaptis
mengaku dosa, dan Yohanes membaptisnya. Nah, kalau benar mereka dibaptis
secara selam, bagaimana mungkin mereka bisa mengaku dosa di dalam air, dan
dengan waktu yang sangat singkat pula?
Mungkin ada yang membatah, bisa saja
pengakuan dosa itu dilakukan di dalam hati! Ini adalah bantahan yang tidak
bisa diterima karena bahasa asli yang dipakai Matius adalah “exomologeo”
yang bearti berkata-kata sesuatu kepada orang lain , atau bisa juga
diartikan upacara ucapan syukur. Jelas pengakuan dosa disini adalah sesuatu
yang terlihat!
Atau bantahan lainnya, bisa saja
setelah selesai mengaku, kemudian Yohanes membaptis mereka. Ini juga tidak
sesuai dengan laporan Matius. Matius melaporkan bahwa pengakuan dosa dan
baptisan terjadi bersama-sama. Jadi, Yohanes tidak mungkin membaptis
selam!
3) Pembaptisan Tuhan Yesus
Luk 3:21, 22 Ketika seluruh
orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan
sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam
rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Kalau kita menggabungkan laporan
Lukas dengan laporan Matius dan Markus, jelas bahwa pada saat dibaptis, Tuhan
Yesus dalam keadaan sedang berdoa (tidak sama dengan orang-orang Yahudi, Tuhan
Yesus tidak mengaku dosa, karena memang tidak pernah berbuat dosa). Kalau Tuhan
Yesus dibaptis secara selam, Pertanyaannya adalah, apakah mungkin Lukas dapat
melihat Tuhan Yesus berdoa di dalam air? Yang sangat mungkin adalah pada
saat pembaptisan, Tuhan Yesus dalam sikap berdoa dan Yohanes mencurahkan /
mengolesi / memercikkan air ke Tuhan Yesus. Segera setelah Yohanes selesai
mencurahkan air, Tuhan Yesus keluar dari genangan air dan tepat pada saat kaki
Tuhan Yesus berada di tanah, Roh seperti burung merpati turun ke
atas-Nya.Sekali lagi, kalau Tuhan Yesus dibaptis selam, maka kita akan
kesulitan menjelaskan bagaimana dan kapan Tuhan Yesus berdoa pada saat
pembatisan-Nya!
4) Baptisan Jemaat pertama (
Kis 2: 41)
Ada kira-kira tiga ribu orang yang
dibaptis dalam waktu sehari dan di tengah-tengah kota. Untuk baptisan
dengan cara selam, maka para murid harus mencari mata air atau sungai di
tengah kota, atau kalau tidak demikian, mereka membuat kolam dan mencari
air yang sangat banyak sehingga cukup untuk menyelamkam 3000 ribu orang.
Tetapi bukan seperti itu yang
terjadi. Pada saat 3000 orang itu menerima perkataan Rasul Petrus, mereka
langsung dibaptis. Dan dalam hal ini, yang sangat mungkin adalah baptisan
dengan curah/percik, karena untuk membaptis 3000 orang dengan cara
curah/percik tidak diperlukan air yang sangat banyak, apalagi sember air /
kolam / sungai, sehingga mereka tidak perlu pergi ke tempat lain.
5) Baptisan Saulus ( Kis 9 :
18)
Saulus atau Paulus dibaptis
oleh Ananias di dalam rumah milik Yudas dari Tarsus. Setelah dibaptis Saulus makan
(karena tiga hari tidak makan / minum). Kesimpulannya adalah bahwa pada saat
dibaptis Saulus tidak kemana-mana. Ia tetap berada di tempat dimana Ananias
menumpangkan tangan ke atasnya, sehingga tidak mungkin Saulus dibaptis secara
selam. Kalau Saulus dibaptis secara selam, maka Saulus dan Ananias
harus keluar ruangan untuk mencari kolam yang besar atau ke luar kota untuk
mencari sungai! Tetapi hal itu tidak dilakukan! Jadi, pastilah pastilah
Saulus dibaptis bukan dengan cara diselamkan!
Dan pada baptisan yang lain seperi
baptisan keluarga Kornelius, baptisan keluarga Kepala Penjara,
dan sebagaianya, dimana pada umumnya terjadi di dalam rumah, maka hampir
mustahil bila dilakukan secara selam, mengingat pada zaman itu rumah-rumah
tidak dilengkapi dengan kolam yang besar!
6) “Baptisan” orang Israel
Perjanjian Lama
1 Kor 10:2 Untuk menjadi
pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (baptizō) dalam
awan dan dalam laut.
Apakah ketika bangsa Israel keluar
dari Mesir mereka menyelam ke dalam awan dan ke dalam laut?
Tidak bukan? Yang terjadi adalah kemungkinan mereka terkena curahan air dari
awan (gerimis / hujan) dan juga percikan air laut karena tiupan angin keras.
Yang jelas pada waktu itu orang Israel tidak tenggelam / menyelam di dalam air
laut dan di dalam awan, sebaliknya justru orang Mesir-lah yang dipaksa menyelam
di dalam air laut! Nah, sekarang tinggal pilih, mau menerima baptisan cara
orang Israel, atau baptisan dengan cara orang Mesir .. he…..he…
7) Baptisan air dikaitkan
dengan baptisan Roh Kudus
Baik Yohanes Pembaptis maupun Rasul
Petrus mengaitkan baptisan air dengan baptisan Roh Kudus. Baptisan air
dimaksudkan sebagai tanda yang kelihatan dari karya Roh Kudus (yang tidak
kelihatan) pada orang-orang percaya. Bagaimanakah baptisan Roh Kudus pada gereja
mula-mula digambarkan?
Kisah 1:8 Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi.
Kis 2: 1-3 Ketika tiba hari
Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah
dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah,
di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah
seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Kisah 10:45 Dan semua orang
percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang,
karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa
lain juga,
Dalam baptisan Roh Kudus di
atas jelaslah bahwa Roh Kudus digambarkan sebagai turun (dicurahkan) dan
seperti lidah api hinggap pada masing-masing orang percaya. Apakah baptisan
selam dapat melambangkan baptisan Roh Kudus tersebut? Jelas tidak! Karena orang-orang
tersebut tidak masuk ke dalam Roh Kudus, dan mereka tidak berada di dalam nyala
api!
Justru baptisan curah/percik-lah
yang secara tepat digunakan sebagai lambang dari baptisan Roh Kudus. Ketika
dalam baptisan curah/percik, air dicurahkan (turun) ke atas kepala orang
percaya, dan bukankah tetesan air itu bentuknya mirip seperti lidah api?
Saya kira tujuh point di atas sudah
cukup untuk membuktikan bahwa sesungguhnya cara baptisan yang lebih tepat dan
masuk akal serta sesuai dengan penggambaran Alkitab adalah dilakukan
secara curah / percik.
Kalau saudara-saudara kita tetap
yakin bahwa baptisan yang sah dan benar adalah secara selam, coba baca
baik-baik artikel uraian dengan didasari akal sehat, dan juga perhatikan
hal-hal berikut ini juga!
a. Kalau baptisan harus
dilakukan secara selam, bagaimanakah kita membaptis orang yang sakit parah dan
terbaring di tempat tidur, serta tidak bisa kemana-mana? Apakah kita
menolak pembaptisan orang itu karena tidak mungkin orang tersebut diselamkan?
b. Bagaimanakah juga kita
membaptis seseorang di daerah kutub utara atau di daerah dataran tinggi dimana
sebagian besar air membeku?
c. Adalah suatu hal yang sangat
mungkin terjadi bahwa pada suatu saat nanti sebagian penduduk bumi ini akan
tinggal di bulan atau planet lain atau di luar angkasa (sekarang saja sudah ada
beberapa orang yang tinggal di ruang angkasa, dan ada lembaga yang sedang
menyiapkan untuk mengadakan tour ke bulan). Nah, apabila ada orang yang
bertobat di tempat-tempat tersebut dan minta dibaptis, dari mana kita dapatkan
air untuk meyelamkan mereka?
Baptisan Ulang?
Apakah kita perlu dibaptiskan ulang?
Baptisan ulang dilakukan oleh aliran-aliran yang menekankan selam lebih dari
percik, dan menekankan lambang lebih dari yang dilambangkan. Karena hanya
lambang, maka yang penting adalah 'yang dilambangkan' dan karena dalam upacara
'pembaptisan' yang dilambangkan itulah yang diucapkan, yaitu 'kepercayaan
kepada Tuhan Yesus dan pengharapan akan kebangkitan dalam Kristus' dan telah
dilakukan dalam nama Allah 'Bapa, Putra dan Roh Kudus', maka 'mengulang
baptisan' berarti melecehkan 'pengakuan dan sakramen dalam nama Allah
tritunggal' yang telah diucapkan oleh petobat dan hamba Tuhan itu.
Kita perlu berhati-hati untuk tidak lebih menekankan lambang daripada yang
dilambangkan, soalnya di kalangan yang menekankan baptisan selam pun banyak
terjadi penafsiran yang keliru. Ada yang telah dibaptiskan selam ketika pindah
gereja harus dibaptiskan ulang lagi karena berbagai alasan, ada yang menyebut
karena belum dibaptiskan 'oleh hamba Tuhan yang diurapi', ada yang menyebut
karena airnya harus 'mengalir jadi tidak absah kalau di dalam kolam dalam
gedung gereja yang airnya diam', bahkan ada yang lebih lagi menyebut bahwa
'baptisan baru sah bila diselam di sungai Yordan di tanah suci' seperti Yesus
dan para Rasul.
Lebih melecehkan lagi kalau baptisan
itu dilakukan 'berulang-ulang'. Banyak yang mengikuti 'holy land tour' kemudian
dibaptiskan ulang lagi di sungai Yordan dengan tambahan biaya US$.5 (kata
sebuah brosur) dan diberi sertifikat baptisan 'dalam bahasa Ibrani.' Orang yang
melakukan demikian jelas tidak mengerti arti makna baptisan itu sendiri dan
arti baptisan air sebagai lambang dan apa yang dilambangkannya.
Akhirnya …
Orang yang dibaptiskan ulang atau
melakukannya berulang-ulang itu bisa diibaratkan orang yang tidak sadar bahwa
pertobatan dan imannya yang diakuinya dalam baptisan pertama tidak sah atau
'murtad' lagi dan perlu mengulangnya dan kembali mengaku 'dosa dan iman' lagi,
ini merupakan pelecehan rohani. Dalam kitab Ibrani disebutkan:
"Sebab, sekalipun kamu,
ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu
lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan
susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak
memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan
keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang kaena mempunyai pancaindera yang
terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Sebab itu marilah
kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih
kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar
pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada
Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan,
kebangkitan orang mati dan hukuman kekal. Dan itulah yang akan kita perbuat,
jika Allah mengizinkannya. Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang
pernah mengecap karunia surgawi, dan yang pernah mendapat bagian dari Roh
Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia
yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi
sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah
bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum." (Ibr.5:12-6:6).
Saya percaya bahwa baptisan yang
diperintahkan oleh Tuhan Yesus adalah baptisan yang dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja (dimana seseorang sudah benar-benar bertobat dan lahir
baru), dan untuk hal ini baptisan secara selam tidak dapat menenuhi syarat,
karena ada beberapa kasus dimana baptisan secara selam tidak mungkin dilakukan.
Nah, sekarang kesimpulan ada di
tangan Anda! Yang jelas cara baptisan bukanlah hal yang terpenting dan juga
tidak menyelamatkan. Dalam hal baptisan, Tuhan hanya memberi rambu-rambu dimana
air sebagai sarananya dan dilakukan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus!
Sehingga kalau ada sebagian pihak yang mementingkan suatu cara (selam) dan
memaksakan cara itu pada pihak lain, maka itu namanyaTER – LA – LU …..
(apa ya?)
Shalom untuk bapak, ibu, saudara/i semua dalam Kristus dimana pun berada. Mari kita bersama-sama belajar membaca Shema Yisrael yang pernah dikutip oleh Yesus ( nama IbraniNya Yeshua/ ישוע ) di dalam Injil, yang dapat kita lihat di Markus 12 : 28 yang berasal dari Ulangan 6 : 4. Kalimat Shema Yisrael ini biasa diucapkan oleh orang Yahudi dalam setiap ibadah untuk mengungkapkan iman kepada satu Tuhan yang berdaulat dalam kehidupan mereka dan pada awalnya pun orang-orang yang percaya kepada Yesus dari bangsa-bangsa bukan Yahudi juga ikut serta dalam ibadah orang Yahudi di sinagoga.
BalasHapusTanpa bermaksud untuk menyangkali keberadaan Bapa, Anak dan Roh Kudus yang juga telah berulangkali diungkapkan dalam Perjanjian Baru, berikut ini Shema Yisrael dengan huruf Ibrani dan cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa yang ada
Huruf Ibrani, " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד "
Cara membacanya, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "
Dilanjutkan dengan mengucap berkat
Huruf Ibrani, " ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד "
Cara membacanya, " Barukh Shem kevod, malkuto le'olam va'ed "
( Diberkatilah Nama mulia, KerajaanNya untuk selama-lamanya )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🕍🤴🏻👑🇮🇱🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪