Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Obet Nego Y. Agau

Rabu, 07 November 2012

CARA BAPTISAN: SELAM ATAU PERCIK/CURAH?



Cara pembaptisan menjadi pro dan kontra yang tidak habis-habisnya dikalangan orang Kristen. Ada gereja yang begitu fanatik terhadap cara baptisan selam sehingga mereka menganggap baptisan dengan curah/percik tidak sah sehingga wajib diulang, bahkan ada pendeta yang berani bersumpah bahwa satu-satunya cara baptisan yang diperintahkan langsung oleh T...uhan Yesus adalah diselamkan! Benarkah klaim-klaim yang demikian itu? Mari kita kupas tuntas apakah benar baptisan harus dilakukan secara diselamkan!

Ada dua hal yang akan kita lakukan, yaitu membongkar dasar/alasan baptis selam, dan menunjukkan ketidakmungkinan baptisan selam.

Alasan mereka yang menyakini pembaptisan harus diselam.
Berikut ini adalah beberapa dasar / alasan orang yang menyakini baptisan selam:
1. Baptisan berasal dari kata baptisma” yang berarti membenamkan / menyelamkan / mencelupkan.
2. Yesus dibaptis secara selam dengan indikasi ada kalimat “ ….. keluar dari air” (Matius 3:16, Markus 1:10)
3. Baptisan selam sesuai dengan simbol dikuburkan dan dibangkitkan bersama Kristus (Roma 6:4)

Sekarang mari kita bahas dasar / alasan tersebut, apakah benar-benar sesuai dengan fakta dan apa yang dimaksudkan oleh berita Alkitab?
 
1) Benarkah dibaptis harus berarti diselamkan?
Setiap kata dalam bahasa tertentu sangat dimungkinkan untuk mengalami perluaskan arti / makna sehingga sebuah kata dapat mempunyai lebih dari satu arti atau makna, bahkan arti yang baru bisa tidak sesuai dengan arti yang semula.
Sebagai contoh kata berlayar. Pada mulanya berlayar hanya mempunyai satu arti yaitu mengarungi lautan / sungai dengan menggunakan layar. Tetapi saat ini mengarungi lautan dengan menggunakan kapal bermesin (tanpa layar) bisa juga disebut sebagai berlayar. Jadi, berlayar tidak harus menggunakan layar!
Demikian juga dengan kata baptis. Dalam tata bahasa Yunani, kata baptis telah mengalami perluasan arti sehingga tidak hanya berarti diselamkan saja, tetapi juga dapat diartikan sebagai membasuh dengan air, mencuci, membersihkan diri sendiri, dan mandi. Baptis juga berarti tindakan / upacara yang melambangkan suatu hal.

Mari kita lihat di dalam Alkitab.
Mar 7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga (dan peralatan untuk tidur, duduk, atau makan – tambahan sesuai bahasa aslinya)
Kata membersihkan pada ayat di atas dalam bahasa aslinya adalah baptizō , sedangkan kata mencuci bahasa aslinya adalah baptismos
Kalau kata membersihkan dan mencuci di atas diartikan dengan menyelamkan, maka konsekuensi logisnya adalah bahwa di setiap rumah / keluarga orang Israel pada waktu itu harus mempunyai kolam yang besar dan penuh dengan air karena akan digunakan untuk menyelamkan diri sebelum makan, dan menyelamkan perkakas rumah tangga seperi meja, tempat tidur, dan sebagainya. Apakah ini yang terjadi? Tidak bukan?
Untuk membersihkan diri mereka tidak perlua menyelamkan dirinya dalam air, dan untuk mencuci perkakas rumah tangga tidak harus menyelamkan barang-barang tersebut ke dalam air. Semuanya itu dapat dilakukan (bahkan umum dilakukan) dengan cara mencurahkan air ke tubuh, dan barang-barang rumah tangga lainnya.
- Ibrani 9:10 karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.
Kata asli dari “pembasuhan” di atas adalah baptismos”.
Sudah jelas bahwa penulis kitab Ibrani mengartikan kata baptis bukan sebagai menyelam, tetapi membasuh, dan membasuh tidak harus dan tidak perlu diselamkan.
- 1 Kor 10:2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (baptizō) dalam awan dan dalam laut.
Apakah ketika bangsa Israel keluar dari Mesir mereka menyelam ke dalam awan dan ke dalam laut? Tidak bukan? Kata “dibaptis” disini menunjukkan suatu “upacara” dimana seseorang / sekelompok orang dinyatakan menjadi anggota suatu kelompok dalam hal ini menjadi pengikut Musa!
Kisah 22:16 Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!
Kata dibaptis disini dipakai sebagai simbol penyucian dosa

Kesimpulan : Kata baptis mempunyai perluasan arti sehingga tidak boleh hanya diartikan dengan menyelam, tetapi dapat juga diartikan dengan membasuh, mencuci, membersihkan, suatu upacara penyucian, pembasuhan / pembersihan, dan upacara untuk menghormati orang yang masuk menjadi anggota suatu kelompok. 
Mengartikan baptis semata-mata hanya sebagai menyelam saja adalah tindakan main paksa dan tidak sesuai dengan Alkitab.

2) Apakah “keluar dari air” berarti keluar dari dalam air setelah menyelam?
Kata “keluar dari air” tidak harus (bahkan tidak biasa) diartikan sebagai keluar dari dalam air setelah menyelam. Kata yang tepat dipakai seharusnya adalah “muncul dari dalam air”. Kata “keluar dari air” lebih umum digunakan untuk menggambarkan orang yang keluar dari genangan air. Sebelumnya orang tersebut berada di dalam genangan air ( genangan air bisa setinggi lutut atau diatas lutut, bahkan bisa di bawah lutut).
Kata ini juga dipakai oleh Lukas untuk menggambarkan bahwa setelah Filipus membaptis orang Etiopia, mereka keluar dari (genangan) air.
Kisah Para Rasul 8:36, 39
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada (sedikit)air.
Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi.
Kalau “keluar dari air” diartikan sebagai “muncul dari dalam air” maka hal yang aneh akan terjadi, yaitu mereka bisa menyelam di tempat yang sedikit air, dan ketika baptisan terjadi, Filipus dan orang Etiopia sama-sama menyelam! Aneh Bukan?
Jadi, “keluar dari air” tidak bisa diartikan “keluar dari dalam air setelah menyelam”, tetapi lebih tepat diartikan sebagai keluar dari genangan air.
Demikian juga yang terjadi pada peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus
Mari kita lihat peristiwa baptisan Tuhan Yesus secara utuh biar lebih gamblang dalam memahaminya.
 Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,
 Mar 1:9, 10 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.
 Luk 3:21, 22 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Dari penggambaran ketiga penulis Injil tentang peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Peristiwa “Tuhan Yesus keluar dari air” merupakan peristiwa yang terjadi setelah proses pembaptisan selesai(Matius 3:16). Dengan kata lain, “keluar dari air” bukanlah bagian dari proses pembaptisan sehingga “Tuhan Yesus keluar dari air” tidak mengindikasikan apa-apa bahwa Tuhan Yesus dibaptis secara selam.
- Pada saat Tuhan Yesus keluar dari air, ada dua peristiwa yang terjadi, Tuhan Yesus dalam posisi sedang berdoa dan Roh seperti merpati turun ke atas-Nya (Mat. 3:16, Mar 1:10, Lukas 3:21).
Kalau “keluar dari air” sama dengan keluar dari dalam air setelah menyelam, bagaimana mungkin Lukas dapat melihat Tuhan Yesus sedang berdoa di dalam air? Atau, apakah wajar jika orang berdoa di dalam air?

- Ada dua kemungkinan proses pembaptisan Tuhan Yesus:
Kemungkinan pertama, Tuhan Yesus dibabtis di genangan sungai Yordan persis di bagian pinggir sungai (dekat dengan daratan). Pada saat Tuhan Yesus dibaptis (dengan mencurahkan air ke atas kepala-Nya) Ia dalam posisi berdoa. Setelah proses pembaptisan selesai, dalam posisi masih berdoa, Tuhan Yesus keluar dari genangan air ( sungai), dan tepat ketika menginjakkan kaki-Nya ke tanah (daratan) turunlah Roh ke atas-Nya dan terdengar suara dari langit.
Kemungkinan kedua, begitu keluar dari air dan menginjakkan kaki-Nya ke tanah, Tuhan Yesus langsung berlutut (Lukas melaporkan Tuhan Yesus sedang berdoa) dan pada waktu itulah Roh turun ke atas-Nya
Jadi, kalimat “Tuhan Yesus keluar dari air” tidak mengindikasikan apa-apa tentang cara pembaptisan Tuhan Yesus, karena peristiwa tersebut terjadi setelah proses pembapisan selesai.

3) Apakah baptisan selam sesuai dengan simbol dikuburkan dan dibangkitkan bersama Kristus?
Sebenarnya kunci dari jawaban di atas adalah bagaiamana cara Tuhan Yesus dikuburkan. Orang yang pro baptisan selam kemungkinan membayangkan Tuhan Yesus dikuburkan dengan cara dimasukkan ke dalam tanah dan ditimbun. Dengan kata lain, waktu dikubur, Tuhan Yesus berada di bawah permukaan tanah sama dengan orang yang menyelam yang berada di bawah permukaan air. Benarkah demikian?
Lukas 23: 53 Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat.
Joh 19:42 Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.
Ternyata, mayat Tuhan Yesus tidak dikubur di dalam tanah, tetapi diletakkan /dibaringkan di atas permukaan tanah / batu. Yang jelas, sebelum dan setelah Tuhan Yesus bangkit, posisi-Nya tetap berada di atas permukaan tanah. Lalu, bagian mana yang sesuai dengan baptisan selam? Kalau Tuhan Yesus dikuburkan sesuai dengan tatacara orang Indonesia menguburkan mayat, itu baru sesuai! Ketika orang diselamkan, itu menggambarkan Tuhan Yesus dimasukkan ke dalam tanah, dan ketika orang itu muncul dari dalam air menggambarkan ketika Tuhan Yesus bangkit dari kubur. TETAPI TUHAN YESUS TIDAK DIKUBUR DENGAN CARA SEPERTI ITU, dengan demikian baptisan secara selam tidak dapat dipakai sebagai simbol dikuburkan dan dibangkitkan bersama Kristus.

Setelah membongkar habis dasar-dasar yang dipakai oleh saudara-saudara yang mereka sangat yakin bahwa baptisan yang benar adalah hanya dengan cara selam, sekarang waktunya untuk 
menunjukkan ketikdakmungkinan baptisan dilakukan secara selam.
1). Berdasarkan tata bahasa.
Yohanes 1:26 Yohanes menjawab mereka, katanya: “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal,
Yohanes 1:31 Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.”
Kalau benar, bahwa pembatisan dilakukan dengan cara selam, maka kata di depan kata air seharusnya bukan kata “dengan” tetapi “di dalam “ sehingga seharusnya “membaptis di dalam air”.
Kalimat “membaptis dengan air” menunjukkan bahwa air adalah sarana untuk pembaptisan, sedangkan kalau benar bahwa baptisan dilakukan dengan selam, maka air bukan sekedar sarana tetapi tempat untuk menyelamkan orang yang dibabtis.
Kalimat “Membaptis dengan air” juga menunjukkan bahwa ada pembaptisan yang bukan dengan air, yaitu pembaptisan dengan darah binatang dan dengan abu. Baik pada zaman Perjanjian Lama maupun pada zaman Tuhan Yesus, sudah dikenal secara umum bahwa darah binatang sering digunakan dalam upacara-upacara penyucian orang / benda, dan juga untuk pentahbisan seseorang menjadi anggota suatu kelompok.
- Ibrani 9:10 karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan / (upacara penyucian – BIS – dalam bahasa aslinya pembatissan) hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.
- brani 9:13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,
Yang menjadi persoalan adalah, jikalau pembaptisan pada waktu itu dilakukan secara selam, apakah mungkin ada orang diselamkan di dalam darah? Dan lagi, apakah ada media lain selain air, dimana orang dapat diselamkan di dalamnya?
Jadi jelaslah, dengan adanya kalimat “membaptis dengan air” menunjukkan bahwa pembaptisan tidak mungkin dilakukan dengan cara diselamkan dalam air, tetapi bisa dilakukan dengan mencurahkan air, mengoleskan air, atau memercikkan air pada orang yang dibaptis. Sekali lagi dalam peristiwa baptisan, air adalah alat, bukan tempat baptisan dilangsungkan.
 
2) Peristiwa orang-orang dibaptis Yohanes
Matius 3:6 Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
and they were baptized of him in the river Jordan, confessing their sins. (ASV)
Pada saat baptisan berlangsung , ada dua peristiwa yang terjadi secarabersamaan, yaitu orang yang dibaptis mengaku dosa, dan Yohanes membaptisnya. Nah, kalau benar mereka dibaptis secara selam, bagaimana mungkin mereka bisa mengaku dosa di dalam air, dan dengan waktu yang sangat singkat pula?
Mungkin ada yang membatah, bisa saja pengakuan dosa itu dilakukan di dalam hati! Ini adalah bantahan yang tidak bisa diterima karena bahasa asli yang dipakai Matius adalah “exomologeo” yang bearti berkata-kata sesuatu kepada orang lain , atau bisa juga diartikan upacara ucapan syukur. Jelas pengakuan dosa disini adalah sesuatu yang terlihat!
Atau bantahan lainnya, bisa saja setelah selesai mengaku, kemudian Yohanes membaptis mereka. Ini juga tidak sesuai dengan laporan Matius. Matius melaporkan bahwa pengakuan dosa dan baptisan terjadi bersama-sama. Jadi, Yohanes tidak mungkin membaptis selam!
 
3) Pembaptisan Tuhan Yesus
Luk 3:21, 22 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Kalau kita menggabungkan laporan Lukas dengan laporan Matius dan Markus, jelas bahwa pada saat dibaptis, Tuhan Yesus dalam keadaan sedang berdoa (tidak sama dengan orang-orang Yahudi, Tuhan Yesus tidak mengaku dosa, karena memang tidak pernah berbuat dosa). Kalau Tuhan Yesus dibaptis secara selam, Pertanyaannya adalah, apakah mungkin Lukas dapat melihat Tuhan Yesus berdoa di dalam air? Yang sangat mungkin adalah pada saat pembaptisan, Tuhan Yesus dalam sikap berdoa dan Yohanes mencurahkan / mengolesi / memercikkan air ke Tuhan Yesus. Segera setelah Yohanes selesai mencurahkan air, Tuhan Yesus keluar dari genangan air dan tepat pada saat kaki Tuhan Yesus berada di tanah, Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.Sekali lagi, kalau Tuhan Yesus dibaptis selam, maka kita akan kesulitan menjelaskan bagaimana dan kapan Tuhan Yesus berdoa pada saat pembatisan-Nya!

4) Baptisan Jemaat pertama ( Kis 2: 41)
Ada kira-kira tiga ribu orang yang dibaptis dalam waktu sehari dan di tengah-tengah kota. Untuk baptisan dengan cara selam, maka para murid harus mencari mata air atau sungai di tengah kota, atau kalau tidak demikian, mereka membuat kolam dan mencari air yang sangat banyak sehingga cukup untuk menyelamkam 3000 ribu orang.
Tetapi bukan seperti itu yang terjadi. Pada saat 3000 orang itu menerima perkataan Rasul Petrus, mereka langsung dibaptis. Dan dalam hal ini, yang sangat mungkin adalah baptisan dengan curah/percik, karena untuk membaptis 3000 orang dengan cara curah/percik tidak diperlukan air yang sangat banyak, apalagi sember air / kolam / sungai, sehingga mereka tidak perlu pergi ke tempat lain.

5) Baptisan Saulus ( Kis 9 : 18)
Saulus atau Paulus dibaptis oleh Ananias di dalam rumah milik Yudas dari Tarsus. Setelah dibaptis Saulus makan (karena tiga hari tidak makan / minum). Kesimpulannya adalah bahwa pada saat dibaptis Saulus tidak kemana-mana. Ia tetap berada di tempat dimana Ananias menumpangkan tangan ke atasnya, sehingga tidak mungkin Saulus dibaptis secara selam. Kalau Saulus dibaptis secara selam, maka Saulus dan Ananias harus keluar ruangan untuk mencari kolam yang besar atau ke luar kota untuk mencari sungai! Tetapi hal itu tidak dilakukan! Jadi, pastilah pastilah Saulus dibaptis bukan dengan cara diselamkan!
Dan pada baptisan yang lain seperi baptisan keluarga Kornelius, baptisan keluarga Kepala Penjara, dan sebagaianya, dimana pada umumnya terjadi di dalam rumah, maka hampir mustahil bila dilakukan secara selam, mengingat pada zaman itu rumah-rumah tidak dilengkapi dengan kolam yang besar!

6) “Baptisan” orang Israel Perjanjian Lama
1 Kor 10:2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (baptizō) dalam awan dan dalam laut.
Apakah ketika bangsa Israel keluar dari Mesir mereka menyelam ke dalam awan dan ke dalam laut? Tidak bukan? Yang terjadi adalah kemungkinan mereka terkena curahan air dari awan (gerimis / hujan) dan juga percikan air laut karena tiupan angin keras. Yang jelas pada waktu itu orang Israel tidak tenggelam / menyelam di dalam air laut dan di dalam awan, sebaliknya justru orang Mesir-lah yang dipaksa menyelam di dalam air laut! Nah, sekarang tinggal pilih, mau menerima baptisan cara orang Israel, atau baptisan dengan cara orang Mesir .. he…..he…

7) Baptisan air dikaitkan dengan baptisan Roh Kudus
Baik Yohanes Pembaptis maupun Rasul Petrus mengaitkan baptisan air dengan baptisan Roh Kudus. Baptisan air dimaksudkan sebagai tanda yang kelihatan dari karya Roh Kudus (yang tidak kelihatan) pada orang-orang percaya. Bagaimanakah baptisan Roh Kudus pada gereja mula-mula digambarkan?
Kisah 1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
Kis 2: 1-3 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Kisah 10:45 Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga,

Dalam baptisan Roh Kudus di atas jelaslah bahwa Roh Kudus digambarkan sebagai turun (dicurahkan) dan seperti lidah api hinggap pada masing-masing orang percaya. Apakah baptisan selam dapat melambangkan baptisan Roh Kudus tersebut? Jelas tidak! Karena orang-orang tersebut tidak masuk ke dalam Roh Kudus, dan mereka tidak berada di dalam nyala api!
Justru baptisan curah/percik-lah yang secara tepat digunakan sebagai lambang dari baptisan Roh Kudus. Ketika dalam baptisan curah/percik, air dicurahkan (turun) ke atas kepala orang percaya, dan bukankah tetesan air itu bentuknya mirip seperti lidah api?

Saya kira tujuh point di atas sudah cukup untuk membuktikan bahwa sesungguhnya cara baptisan yang lebih tepat dan masuk akal serta sesuai dengan penggambaran Alkitab adalah dilakukan secara curah / percik.
 
Kalau saudara-saudara kita tetap yakin bahwa baptisan yang sah dan benar adalah secara selam, coba baca baik-baik artikel uraian dengan didasari akal sehat, dan juga perhatikan hal-hal berikut ini juga!
a. Kalau baptisan harus dilakukan secara selam, bagaimanakah kita membaptis orang yang sakit parah dan terbaring di tempat tidur, serta tidak bisa kemana-mana? Apakah kita menolak pembaptisan orang itu karena tidak mungkin orang tersebut diselamkan?
b. Bagaimanakah juga kita membaptis seseorang di daerah kutub utara atau di daerah dataran tinggi dimana sebagian besar air membeku?
c. Adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi bahwa pada suatu saat nanti sebagian penduduk bumi ini akan tinggal di bulan atau planet lain atau di luar angkasa (sekarang saja sudah ada beberapa orang yang tinggal di ruang angkasa, dan ada lembaga yang sedang menyiapkan untuk mengadakan tour ke bulan). Nah, apabila ada orang yang bertobat di tempat-tempat tersebut dan minta dibaptis, dari mana kita dapatkan air untuk meyelamkan mereka?

 Baptisan Ulang?

Apakah kita perlu dibaptiskan ulang? Baptisan ulang dilakukan oleh aliran-aliran yang menekankan selam lebih dari percik, dan menekankan lambang lebih dari yang dilambangkan. Karena hanya lambang, maka yang penting adalah 'yang dilambangkan' dan karena dalam upacara 'pembaptisan' yang dilambangkan itulah yang diucapkan, yaitu 'kepercayaan kepada Tuhan Yesus dan pengharapan akan kebangkitan dalam Kristus' dan telah dilakukan dalam nama Allah 'Bapa, Putra dan Roh Kudus', maka 'mengulang baptisan' berarti melecehkan 'pengakuan dan sakramen dalam nama Allah tritunggal' yang telah diucapkan oleh petobat dan hamba Tuhan itu.

Kita perlu berhati-hati untuk tidak lebih menekankan lambang daripada yang dilambangkan, soalnya di kalangan yang menekankan baptisan selam pun banyak terjadi penafsiran yang keliru. Ada yang telah dibaptiskan selam ketika pindah gereja harus dibaptiskan ulang lagi karena berbagai alasan, ada yang menyebut karena belum dibaptiskan 'oleh hamba Tuhan yang diurapi', ada yang menyebut karena airnya harus 'mengalir jadi tidak absah kalau di dalam kolam dalam gedung gereja yang airnya diam', bahkan ada yang lebih lagi menyebut bahwa 'baptisan baru sah bila diselam di sungai Yordan di tanah suci' seperti Yesus dan para Rasul.
Lebih melecehkan lagi kalau baptisan itu dilakukan 'berulang-ulang'. Banyak yang mengikuti 'holy land tour' kemudian dibaptiskan ulang lagi di sungai Yordan dengan tambahan biaya US$.5 (kata sebuah brosur) dan diberi sertifikat baptisan 'dalam bahasa Ibrani.' Orang yang melakukan demikian jelas tidak mengerti arti makna baptisan itu sendiri dan arti baptisan air sebagai lambang dan apa yang dilambangkannya.

Akhirnya …

Orang yang dibaptiskan ulang atau melakukannya berulang-ulang itu bisa diibaratkan orang yang tidak sadar bahwa pertobatan dan imannya yang diakuinya dalam baptisan pertama tidak sah atau 'murtad' lagi dan perlu mengulangnya dan kembali mengaku 'dosa dan iman' lagi, ini merupakan pelecehan rohani. Dalam kitab Ibrani disebutkan:

"Sebab, sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang kaena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang mati dan hukuman kekal. Dan itulah yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya. Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia surgawi, dan yang pernah mendapat bagian dari Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum." (Ibr.5:12-6:6).

Saya percaya bahwa baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus adalah baptisan yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja (dimana seseorang sudah benar-benar bertobat dan lahir baru), dan untuk hal ini baptisan secara selam tidak dapat menenuhi syarat, karena ada beberapa kasus dimana baptisan secara selam tidak mungkin dilakukan.

Nah, sekarang kesimpulan ada di tangan Anda! Yang jelas cara baptisan bukanlah hal yang terpenting dan juga tidak menyelamatkan. Dalam hal baptisan, Tuhan hanya memberi rambu-rambu dimana air sebagai sarananya dan dilakukan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus! Sehingga kalau ada sebagian pihak yang mementingkan suatu cara (selam) dan memaksakan cara itu pada pihak lain, maka itu namanyaTER – LA – LU ….. (apa ya?)

1 komentar:

  1. Shalom untuk bapak, ibu, saudara/i semua dalam Kristus dimana pun berada. Mari kita bersama-sama belajar membaca Shema Yisrael yang pernah dikutip oleh Yesus ( nama IbraniNya Yeshua/ ישוע ) di dalam Injil, yang dapat kita lihat di Markus 12 : 28 yang berasal dari Ulangan 6 : 4. Kalimat Shema Yisrael ini biasa diucapkan oleh orang Yahudi dalam setiap ibadah untuk mengungkapkan iman kepada satu Tuhan yang berdaulat dalam kehidupan mereka dan pada awalnya pun orang-orang yang percaya kepada Yesus dari bangsa-bangsa bukan Yahudi juga ikut serta dalam ibadah orang Yahudi di sinagoga.

    Tanpa bermaksud untuk menyangkali keberadaan Bapa, Anak dan Roh Kudus yang juga telah berulangkali diungkapkan dalam Perjanjian Baru, berikut ini Shema Yisrael dengan huruf Ibrani dan cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa yang ada

    Huruf Ibrani, " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד "

    Cara membacanya, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "

    Dilanjutkan dengan mengucap berkat

    Huruf Ibrani, " ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד "

    Cara membacanya, " Barukh Shem kevod, malkuto le'olam va'ed "

    ( Diberkatilah Nama mulia, KerajaanNya untuk selama-lamanya )

    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🕍🤴🏻👑🇮🇱🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪

    BalasHapus