DIBUAT UNTUK MEMENUHI
TUGAS FINAL TEST
MATA KULIAH
SOTERIOLOGI
Tentang Karya Penyelamatan Allah melalui Hizkia Raja
Yehuda
DOSEN PENGAMPU :
Pdt. DR Keloso S. Ugak
NAMA
OBET NEGO Y. AGAU
11.16.23
SEMESTER
V (LIMA)
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
BANJARMASIN-KALIMANTAN SELATAN
NOVEMBER 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang kondisi yang terjadi
Yoas
melupakan Tuhan sama sekali. Orang-orang besar Yehuda turut melupakan dan
berhianat kepada Tuhan. Dengan sendirinya orang banyak atau rakyat mengikuti
perbuatan dan kelakuan pemimpin-pemimpinnya. Rumah Allah ditinggalkan. Ibadat
yang benar ditinggalkan sebab hatinya tidak ingin lagi. Firman yang benar
disia-siakan, kata-kata dunia yang lebih ditonjolkan dikupingnya. Tuhan
ditinggal sama sekali. Tuhan sendiri? Tuhan tak mungkin lupa. Seorang nabi
berkata: “mungkinkah seorang ibu lupa pada akan anaknya? Nah ingatlah ! Tuhan
Allah itu lebih dari seorang ibu”. Jika umatNya makin menjauh darinya, Tuhan
menahannya supaya janganlah hilang sabdaNya, yang harus disampaikan kepada
seluruh dunia dan kepada segenap orang.[1]
Setelah
Yoas, yang menjadi raja inilah nama-namanya. Amazia yang memerintah selama 29
tahun; Uzzia,52 tahunYotam 16 tahun, Ahas 16 tahun, lalu Raja Hizkia. Yehuda
melupakan Tuhan sama sekali. Rumah yang suci bukan hanya di tinggalkan, tetapi
sengaja dan sungguh ditutup. Sebelum itu kebaktian didalam Bait Allah sengaja
diganti dengan kebaktian dengan berhala. Amat durhaka perbuatan itu! diluar
rumah suci itu penuh mesbah-mesbah untuk dewa-dewa, sengaja diperbuat begitu
akan menentang Tuhan dan ibadatnya. Dan yang berani berbuat begitu ialah Raja Ahas
ayahnya Hizkia.[2]
BAB II
ISI
RAJA HIZKIA DARI YEHUDA
Hizkia
berlainan dengan hati ayahnya. Hizkia menyesal sekali perbuatan-perbuatan
ayahnya, sebab hatinya takut dan cinta akan Allah. Untunglah! Pekerjaannya yang
utama semenjak ia dinaikan menjadi raja, mengenai ibadat dan kerajaan Allah.
Disadarkannya, bahwa Israel seluruhnya umatNya.
[3]
Karya
penyelamatan Allah melalui karya-Nya terhadap pemerintahan Raja Hizkia. Melalui
setiap penyataan Allah untuk menolong umatnya dari serbuan Sanherib. Allah
dengan penuh kasih menyertai Raja Hizkia untuk memimpin pemerintahannya di
Yehuda.
Hizkia memerintah sebagai Raja Yehuda. Sanherib
menyerbu (Pasal 18; II Tawarikh
29:1-32:16)
Hizkia,
putra Ahas, naik tahta Yehuda pada usia 25 tahun. Pada permulaan
pemerintahannya ia mengadakan pembaharuan rohani yang luas dengan menyelapkan
berhala kafir dari negeri itu, dan membersihkan serta mentahbiskan kembali bait
suci kepada peribadatan dengan Yahwe. Ia menintahkan perayaan Paskah serta
mengundang oarng-orang Israel. Ia menugaskan imam-imam menurut rombongan
mereka, menegakkan kembali pemberian persepuluhan, dan membangun serta mengisi
lumbung-lumbung dan perbendaharaan kerajaan. Alkitab memberi laporan yang baik
sekali mengenai kebangaunan rohani yang diadakan Hizkia,”. . . para imam Lewi
bangun berdiri dan memberkati rakyatnya. . . dan doa mereka sampai ke
kediaman-Nya yang kudus disorga”( II tawarikh30-27) “maka besarlah kesukaan di
Yerusalem, karena sejak Salomo. . . tidak pernah terjadi peristiwa semacam itu
di Yerusalem(II tawarikh 30-26). Dua kemungkinan diusulkan guna menerangkan
kehadiran orang Israel pada Paskah yang di Hizkia: 1. Peristiwa itu berlangsung
pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Hosea dan di hadapan pembinasaan yang
akan datang banyak yang nenentang pelangaran Hosea untuk mengadakan ziarah,
atau 2. Peristiwa itu berlangsung sesudah pembuangan, tetapi melibatkan orang
Israel yang tertinggal [4]
Dikemukakan
bahwa kesalehan Hizkia yang patut dipuji secara khusus adalah akibat ibunya,
Abi yang disebut secara khusus di Alkitab. Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukannya dengan cepat mendapatkan
tanggapan dari rakyat, sehingga mengakibatkan rasa kesatuan yang laur biasa dan
sukacita yang besar. Minatnya adalah melibatkan Tuhan dalam kebutuhan-kebutuhan
yang ada pada masa itu dan ketika ular tembaga buatan Musa yang dimuliakan itu
merintangi hal ini, tidak segan-segan menghancurkanya(ay 4). Alkitab memcatat
bahwa bait suci begitu kotor dengan puing-puing pada masa ini sehingan
dibutuhkan waktu seminggu penuh bagi para imam dan kaum Lewi untuk
membersikannya. Lembah Kidron digunakan sebagai tempat pembuangan.[5]
Setelah
selesai pekerjaan itu. Tidak ditunggu lama, sesudah selesai pembersihan bait
suci. Berkorban dimulai. Hizkia yang memberi contoh : orang-oarng lain
mengikuti perbuatan itu dengan suka hati, tidak ada paksaan. Sambil membakar
dan menunjukan korban-borban itu, di pasangnya juga bunyi-bunyian untuk
memeriahkan upacara yang berlaku itu, subuk dan ramai! Binatang-binatang dan
orang-orang Lewi yang bergiliran pada hari itu. Demikian banyaknya.[6]
Jitu
benar tindakan Raja Hizkia! Hatinya yang terbuka akan Tuhannya membangun juga
rakyatnya. Katanya kepada sekalian orang : “ sekarang kamu sudah
mempersembahkan dirimu kembali kepada Tuhan; marilah, bawalah olehmu segala
korban dan persembahkan puji-pujian ke Rumah Tuhan !” indah benar kebaktian
sukarela itu ! Tuhan berkenan akan
melihat dan menerimanya. Tetapi juga yang menyenangkan Allah ialah, bahwa
umatNya kembali kejalan yang benar. Merdu bagiNya puji-pujian yang terbit dari
dalam hati tiap-tiap orang yang banyak itu. Pujian dengan bisik-bisikan, pujian
dengan suara maupun bunyi dendang, sebab asalnya dari hati, maka Tuhan amat
suka menyambutnya[7]
Upacara
yang bersih dan murni ! upacara seluruh umat Tuhan ?. Belum semuanya yang
dekat-dekat dan yang kebetulan mengetahuinya. Oleh kerena itu bangunlah pikiran
Raja Hizkia akan mengundang segenap Israel akan mengadakan Paskah. Tiada yang
penting lagi, bahwa Israel terpecah menjadi dua bagian/ kerajaan. Yang sering
berkelahi dan berperang-memerangi. Hizkia memikir: Bagi Tuhan tak ada bangsa
yang terpecah-pecah; umatNya satu, biarpun namanya berlain-lainan. Pengormatan
dan ibadat bagiNya tak layak pecah-pecah.[8]
Berangkatlah
seluruh suratnya kepada seluruh Israel. Diajaknya supaya bersama-sama merayakan
Paskah di Bait Allah di Yerusalem. Terang sekali perkerjaannya, tiap-tiap orang
Israel dapat mengertinya. “ Hai, segala kamu, bani Israel, kembalilah kamu
kepada Tuhan, Allah Abraham, Isak, dan Israel” bunyi kiriman itu “untuk
menunjukan tanganmu kepada Tuhan dan datanglah kepada kesucianNya, dan buatlah
ibadat kepadaNya maka murkaNya akan undur daripada kelak” [9]
Memang
Israel sudah bekali-kali dinganggu bangsa-bangsa lain. Karena ditinggalkan
TuhanNya. Tuhan itu menyerahkannya kepada orang-orang asing. Hizkia berkata seperti
itu, karena Allah dipercayainya. Orang kebanyakan sudah terlalu jauh hatinya
dari Tuhan. Mereka itu mempermain-mainkan dan memperolok-olokkan undangan itu.
Tetapi yang mau mengerti, datanglah dengan hati yang rendah. Diakuinya
kesalahannya. Bukan berhala dan dewa-dewa, tetap Allah semesta alam yang benar.
Allah yang maha cinta melepaskan nenek moyangnya dari belengu orang Mesir dan
Firaun. Israel dimerdekakan dan dijadikan umatNya. Paskah itu mengingatkan
mereka pada kejadian yang maha besar itu. Pertama kalinya didalam tiap-tiap
rumah disembelih seekor anak domba. Malamnya sebelum berangkat meninggalkan
Mesir, dimakanlah daging ternak itu dengan roti tidak beragi. Paskah yang
pertama. Semalam Malaikat Tuhan mengerlilingi
seluruh tanah Mesir. Didalam rumah yang tiada menyapukan darah domba di ambang
pintunya, dibunuh anak sulungnya. Segenap Mesir terkena siksa itu, hanya Israel
yang bebas. Dirumah-rumah orang Mesir kedengaran ratap-tangis, tetapi
itengah-tengah Israel tempik-sorak: Tuhan melepaskan umatNya! Israel merdeka.[10]
Paskah
itu perayaan yang sangat penting, yang selanjutnya diperingati bersama-sama di
rumah Tuhan di Yerusalem. Kini dirayakan lagi. Korban paskah untuk mengampuni
dosa di unjukkan. Seekor anak domba dipotong; darahnya dipecikkan oleh Imam
Besar pada Peti Suci, yang tersimpan didalam Kaaba. Korban-korban lain
disampaikan, setelah upacara yang utama itu berakhir. Pestanya mulailah. Pesta
yang besar dan mulia; sejak Raja Sulaiman karena gembira dan kesukaan yang uar
biasa diperpanjang dengan tujuh hari lagi. Melulu untuk bersukaria? Ya, tapi
bersuka-suka untuk TuhanNya.[11]
Hizkia memberi teladan didalam
kesukaan yang besar itu. Supaya rakyat bersuka penuht, dikaruniakanya kepada
umum sejumlah seribu ekor lembu muda dan tujuh ribu ekor kambing domba,
orang-orang besar dan orang mampu member sumbangan: 1000 ekor lembu dan sepuluh
ribu ekor kambing domba ! kesudahanNya berbangkilah segala imam, lalu
diberkatiNya seluruh orang banyak itu. Dengan tunduk kepala disambutlah berkat
Tuhan itu. Masing-masing memuji Tuhan serta mengungkapkan doanya. Puian dan doa
itu sungguhlah sampai pada tempat kedudukan yang suci didalam surga. Barulah
pulang halayak yang besar itu kerumahnya masing-masing. Raja Hizkia teladan
yang baik. Segenap bangsanya memandang kepadaNya dengan hormatnya. Tuhan dan
firmanNya diikutinya, tiada ia menyimpang sebentarpun juga. Oleh karena itu
disertai Tuhan akan baginda; segala musuh-musuhnya orang Filistin dan bangsa
gagah berani itu, yakni Asyur dan kota-kotanya Ninewe dan Babel. [12]
Betapa
kekuatan Hizkia di Yerusalem sampai-sampai bangsa-bangsa di tundukanya begitu
saja. Sanherib raja Asyur datang dengan senjata besar-besaran kearah Yerusalem.
Mulai dari tapal batas negerinya yang dikembangkan kekuasaanya diatas negeri yang
belum ditaklukinya. Negeri-negeri yang telah dirajainya, dikunjunginya akan
meneguhkan kekuasaannya. Asyur mau menguasai seluruh dunia ! di tintahkan
panglima untuk datang terlebih dahulu. Rabsake ! seorang juara perang dan juara
bicara! Lebih dulu digunakan kata-kata yang lancer akan membujuk lawannya. Kalu
belum berhasil, dimuntahkannya bahasa yang geram dan dahysat kepada Raja
Hizkiapun dibuatnya demikian. Tetapi Yerusalem sudah diperkuat, maka sukar
untuk diserang. [13]
Hizkia
menunjukan keyakinannya akan berkat dan bantuan ilahi dengan penolakannya untuk
membayar upeti kepada Asyur. Tidaklah mengherankan bahwa tindakannya diikuti
oleh usaha Sanherib untuk mendapatkan upeti itu dengan kekuatan bersenjata.[14]
Sanherib
adalah putra Sargon II, ia menjadi penguasa Asyur sesudah kematian Ayahnya. Ia
menyerang Yehuda hanya sesudah menaklukan Mesir. Tanggal penyerbuan yang
dilakukan Sanherib diperdebatkan oleh ahli kerena kesulitan dalam menetapkan
tanggal awal Hizkia memerintah. Sistem-sistem yang sekarang digunakan, termasuk
Thiele, memerlukan perubahan naskah yang drastis. Tetapi, sekalipun kronologis
itu, jelaslah Senherib menaklukkan dan manjarah Yehuda, serta menarik upeti yang
memberatkan Hizkia. Bahkan meskipun Hizkia patuh menyerahkan harta benda bait
suci untuk membayar upeti yang dikenakan. Sanherib terus mengepung Yerusalem
dan pada umunya tetap bersikap suka menguasai dan mengajukan banyak
persyaratan. Panglima angkatan bersenjata Senherib(sebuah gelar, bukan sebuah
nama), berusaha dengan berpidato-pidato yang diteriakan dengan nyaring untuk
menakut-nakuti para penjaa tembok Yerusalem. Siasat demikian gagal karena
prajurit-prajurit Hizkia setia sekali.[15]
Pengalian
di Lakhis (ayat 4) sesungguhnya mempertegas bahwa kota ini menanggung bagian
yang terberat dari serbuan yang dilakukan Sanherib. Sebaliknya di Niniwe,
Sanherib mempersiapkan sebuah batu peringatan dengan gambar timbul yang
menunjukan bagaimana ia merebut kota itu dan menaklukan semua pembelanya.
Lakhis pada waktu itu merupakan sebuah kota besar, yang luasnya sekitar 8,36
ha. Sisa-sisa kota itu mencakup bukti-bukti dari istana besar dengan
lumbung-lumbung kerajaan yang luas yang dihubungkan dengannya. Sebuah kuburan
besar di Lakhis berisi kumpulan tulang-tulang itu member kesan bahwa tubuh-tubuh
yang sudah menjadi busuk dikumpulkan lalu dilemparkan kedalam lubang yang sama.[16]
Rujukan
sambil lalu kepada bahasa Aram(Ayat 26) merupakan hal yang menarik sekali bagi
para ahli. Terlihat bahwa duta-duta yang diutus Hizkia mampu berbicara bahasa
Aram, tetapi mereka menganggap bahwa bahasa itu tidak dimengerti oleh rakyat
biasa. Pada zaman Kristus, bahasa Aram merupakan bahasa sehati-hari, dalam
bahasa Ibrani dipakai untuk upacara-upacara keagamaan yang khusus saja. Selama
masa ini, termasuk hari-hari suram dari pengepungan Yerusalem, Nabi Yesaya. Ia
melayani Hizkia sebagi penasihat dan pembimbing rohani, kemungkinan juga Nabi
Mikha berada di Yerusalem pada masa ini, dan bahwa ia menulis kitabnya selama
kota itu terkepung.[17]
Nasib
pasukan-pasukan Sanherib ( Pasal
19; II Tawarikh 32:17-23; band. Yes 37)
Pengepungan
Yerusalem oleh Sanhrib sebenarnya berkembang menjadi suatu perang suci bagi
Yehuda karena Asyur menantang Yahwe. Pada waktu Sanherib mengirimkan sehelai
surat ancaman kepada Hizkia, raja menyerahkan situasi itu kepada Allah dengan
membawa surat itu ke bait suci dan membentangkannya kehadapan Tuhan. Setelah
itu, Yesaya menjanjikan campur tangan ilahi dan pembebasan bagi Yehuda. Malam itu, Allah mengutus malaikat kematian
keseluruh perkemahan Asyur, dan pagi hari itu terdapat 185.000 prajurit Asyur
yang gugur.” Malaikat Tuhan” disebut dengan cara yang sama seperti malaikat
maut yang mengunjugi orang-orang Mesir sewaktu sepuluh tulah itu. Sanherib
meninggalkan Palestina dengan sangat tergesa-gesa, karena ayat 36 secara
harafiah berbunyi, ”ia membongkar kemah, berangkat, dan pulang”. Ditempat lain,
Alkitab mengatakan tentang Sanherib, “ia kemalu-maluan kembali ke negerinya”(
II Tawarikh 32:21).[18]
Sanherib
hidup selama beberapa waktu lagi sesudah kekalahahnya di Yehuda, tetapi Alkitab
menjelaskan bahwa ia tidak lagi berusaha menyerang orang-orang Yahudi. Pukulan
Allah yang berakhir terhadap Sanherib datang kemudian ketika putra-putranya
sendiri dibunuhnya. Dewa Asyur, Nisrokh, yang dalam kuil Sanherib sedang
beribadah sewaktu pembunuhannya, adalah dewa rajawali yang kerap kali
digambarkan pada monument-monumen Asyur. Kematian Sanherib yang memalukan
sesudah kekalahannya yang sangat merugikan tampaknya semakin mencemarkan dewa
kafir yang dihormatinya.[19]
Sebuah
laporan tentang berbagai penaklukan yang dilakukan Sanherib. Silinder tanah
liat yang dipanggang ini terpelihara dengan baik sekali dan bertuliskan bentuk
baji pada enam sisinya. Silinder ini menyatakan bahwa rakyat yang
ditahlukkannya menyetujui untuk menjadi budak dan membayar upeti. Sumber-sumber
dari Mesir menyebutkan kekalahan yang dialami Sanherib dalam pertikaian Yehuda,
tetapi menyatakan bahwa kemenangan itu tercapai karena Mesir. Dilaporkan bahwa
dewa orang Mesir mengirim tikus-tikus ke perkemahan orang Asyur untuk mengerat
tali busur mereka sehingga menghalagi mereka bertempur [20]
Penyakit dan kemudian kematian Hizkia (pasal 20; II Tawarikh 32:23:24-33; band.Yes 28)
Beberapa
ahli berkesempulan bahwa penykit yang di alami Hizkia bukanlah suatu peristiwa
kemudian, tetapi sebenarnya terjadi setelah masa pengempungan Yerusalem oleh
Sanherib. Pandangan ini didasarkan pada ayat ke 6 yang agak masuk akal “aku
melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur” dalam kejadian ini, penyakit
yang diidapkan Hizkia agaknya digambarkan sebagi cambuk Allah agar
mengakibatkan raja itu sekali lagi mengadakan hubungan doa yang memadai dengan
Allah, dengan penyakit ini, dan melalui pelayanan Nabi Yesaya, Allah
menyampaikan pelajaran yang perlu. Melalui perantaraan Nabi Yesaya, dan dalam
suatu ujian ketaatan yang melibatkan segumpal buah ara, Allah memberi
kesembuhan pada Hizkia. Sebagai bukti dari kenyataan kesembuhan itu, Allah
menyebabkan alat penunjuka waktu dengan bantuan sinar matahari itu mendur
sepuluh derajat. Makna yang yang tepat dari kejadian ini diperdebatkan oleh
para ahli, tetapi hasil keseluruhanya cukup jelas. Di antara sebagian ahli,
pembalikan alat penunjuk waktu tadi dikaitkan dalam kronologi bumi dengan hari
yang diperpanjang zaman Yosua. Sungguh menarik untuk dilihat bahwa sekalipun
Alkitab tidak mencatat doa Hizkia pada kesempatan ini, tanggapan Allah telah
dicatatnya, “ Telah kudengar doamu dan telah kulihat air matamu”(ayat 5)[21]
Sekalipun
Raja Hizkia berhasil menghadapi tantangan rohani dan militer yang diakibatkan
oleh permusuhan yang dasyat dari orang-orang Asyur, tanggapannya terhadap
persetujuaan yang hangat dari orang-orang Babel dapat dinyatakan suatu
kegagalan. Rupanya, orang-orang Babel sangat terkesan dengan mujizat alat
penunjuk waktu dengan bantuan matahari itu, sehingga mereka mengadakan
perjalanan ke Yehuda. Alkitab mencatat “Demikian juga utusan-utusan raja Babel
datang kepadanya untuk menanyakan tanda gaib yang terjadi di negeri ketika itu
Allah meninggalkan dia untuk mencobainya, supaya mengetahui isi hatinya” (II
Tawarikh 32:31). Dengan demikian kurang
bijaksanaan Hizkia menunjukan harta bendanya kepada tamu-tamunya itu.[22]
Raja
Hizkia digoda bisul yang berbahaya sekali. Bisul yang berbisa, sehingga
terancam benar keselamatannya. Tiada berapa lama datanglah Nabi Yesaya
mengatakan, bahwa ini sudah takdir Tuhan, Hizkia akan meninggal. Ini merupakan
kehendak yang Maha Kuasa. Allah tak akan membiarkanya lama lagi dalam hidupnya.
Permohonan Hizkia dengan Allah oleh perantaraan Yesaya diberitakan bahwa Hizkia
diperbolehkan hidup selama 15 tahun. Sakitnya sembuh dan diobati mengunakan
segumpal buah ara yang diletakan di atas bisulnya. Sehingga Raja Hizkia menjadi
sembuh kembali.
Satu
faktor dalam kegagalan Hizkia mungkin berhubungan dengan asal usul harta
bendanya. Dalam serbuan yang dilakukan Sanherib, Hizkia terpaksa menyerahkan
seluruh kekayaan nasional, sehingga yang ditunjukannya kepada orang-orang Babel
adalah kekayaan yang baru diperoleh. Karena itu, kemungkinan Hizkia menyiratkan
bahwa karena usahanya sendiri ia memperoleh segalanya yang dipertontonkannya
itu. Secara keseluruhan, Allah bersikap toleran terhadap kegagalan Hizkia ini,
dan Alkitab memberi kesaksian tentang orang ini “ ia percaya kepada Tuhan,
Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia
maupun yang sebelumnya, tidak lagi ada yang sama seperti dia. Ia terpaut kepada
Tuhan, tidak menyimpang daripada mengikuti Dia”(II Raja-Raja 18:5,6).[23]
BAB III
PENUTUP
Aplikasi
saat ini
Kita
harus menyadari sesungguhnya bahwa otoritas kita seluruhnya hanya dipegang oleh
ALLAH. ALLAH ingin menyatakan KasihNya dalam setiap pribadi kita masing-masing.
ALLAH bisa memakai siapa saja atau apa saja untuk menolong umat yang
dikasihiNya. Kita melihat karya penyertaan ALLAH melalui Raja Hizkia. Raja
Hizkia diberi hikmat oleh ALLAH untuk memimpin bangsa dengan sangat baik. Kita
harus belajar sisi baik dari Hizkia. Bagaimana dia taat dan setia dalam
kehidupannya. Menyerahkan segala permasalahan hidup kepada ALLAH sebagai sumber
dari pertolongan( Penyelamatan). Ia sadar otoritas ALLAH lebih berkuasa dari
segala apapun yang ada didalam kehidupan dia dan bangsanya. Penanaman nilai ini
harus ada didalam diri manusia. Jangan ada manusia yang bermegahkan diri
dihadapan ALLAH. Kita harus bertindak sesuai dengan bagaimana karya kehendak
ALLAH. Kehidupan kita harus berfokus pada ALLAH. ALLAH lah yang menjadi kompas
kehidupan atau pemberi petunjuk. Dia juga yang menyelamatkan umat-Nya.
Hal 117.
Hal 117.
Hal 117.
hal 193-194.
hal 194-195.
Hal 118.
Hal 118.
Hal 118-119.
[14]Kitab-Kitab Sejarah, L.Thomas Holdcrft Yayasan
Penerbit Gandum Mas,
hal 195.
hal 195.
hal 195.
hal 195-156.
hal 196.
hal 195.
hal 196.
hal 197.
hal 197.
hal 198.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar