MAKALAH
KELOMPOK I
Perjanjian Lama dalam Pendidikan Agama
Kristen
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Kristen 1
Dosen Pengampu : Pbrt. Tulus Tu’u S.Th, M.Pd
Di buat Oleh :
Eva Siska Anggriana
Lisa Elvira
Purnama Malonda
Ripaldi
Triwani
Yusanamayati
Markus Aria Dinata
Sekolah Tinggi Teologi
Gereja Kalimantan Evangelis
Banjarmasin, September 2013
Pendahuluan
Pendidikan
Agama Kristen merupakan suatu pendidikan iman Kristen yang sangat penting. Bagi
kita sebagai calon-calon hamba Tuhan ataupun bagi individu-individu yang
tertarik dan ingin ikut terlibat dalam kehidupan umat Percaya. Kehidupan umat
Kristiani memfokuskan diri dan keimanan pada penyataan Yesus Kristus sebagai
Allah Penebus dan Juruselamat satu-satunya.
Berangkat
dari hal tersebut kelompok pada saat ini menyajikan sebuah makalah yang berisi tentang
pendidikan agama Kristen yang berkembang pada Perjanjian Lama. Seperti yang
kita ketahui, kehidupan umat dalam Perjanjian Lama terkenal dengan budayanya
yang disebut Patriakal. Budaya ini
berkembang dalam kehidupan masyarakat pada saat itu yang dikenal dengan orang-orang Yahudi. Jadi secara tidak
langsung pendidikan agama Kristen dalam Perjanjian Lamapun mengarah pada
pendidikan Agama umat Yahudi pada saat itu.
Baik
untuk lebih jelasnya, kita dapat bersama-sama melihat pada halaman selanjutnya.
Pembahasan
I.
Dasar
Teologi Pendidikan Agama Yahudi
Sejarah perkembangan pendidikan agama Yahudi
dapat dibagi dalam dua zaman yang pokok. Zaman pertama dimulai pada saat
terbentuknya bangsa Israel dan berjalan terus sampai tahun 586 SM, yaitu
kejatuhan kerajaan Yehuda dan pembuangan kaum elitnya ke Babel. Zaman kedua
mulai dengan pembuangan dan diteruskan sampai permulaan gerakan Kristen.
1.
Permulaan Bangsa Israel Sampai Pembuangan Ke
Babel.
Bangsa Israel (Ibrani) berasal dari salah satu suku semit yang terlibat
dalam perpindahan umum yang terjadi kurang lebih 4000 tahun yang lalu di daerah
barat daya Asia. Tekanan atas salah satu suku dekat “tapal batasnya” oleh kaum
gembala dan kemudian oleh tentara suku lainnya condong mendorong
anggota-anggota suku pertama itu berpindah tempat. Dalam proses itu, suku yang
sedang berpindah tempat tersebut mulai menambah tekanan atas anggota-anggota
suku lain lagi dan demikian seterusnya. Rupanya sekitar tahun 2000 SM, sebagian
dari salah satu di bawah pimpinan Abram bersama semua harta miliknya berpindah
tempat dari daerah sekitar sungai Tigris dan Efrat ke negri Kanaan, jauh ke
Barat. Peristiwa perpindahan itu tidak begitu luar biasa dan cendrung diulang
ribuan kali dalam sejarah manusia. Tetapi dari segi iman suku yang di pimpin oleh Abram, perpindahan tersebut bukanlah sesuatu yang biasa.
Perpindahan itu terjadi karena Allah memanggil Abram untuk meninggalkan tanah
airnya Ur berikut semua teman-temannya yang ada di sana dan semua lambing
keamanan untuk mengembara ke tempat yang belum mereka ketahui.
·
Bangsa
yang terpilih : berdasarkan panggilan Allah kepada Abram dan ia menjawab dengan
imannya, maka keturunannya dinamakan bangsa yang terpilih. Dipilih karena
anugerah Allah semata, bukan kerena hasil perbuatannya. Dipilih untuk melayani dan menjadi
berkat bagi sesama.
·
Penyataan
: Allah dengan kehendak-Nya menyatakan diri kepada manusia pada saat-saat
tertentu. Orang Yahudi cendrung bersandar kepada Tuhan yang menyatakan diri-Nya
melalui firmanNya, peristiwa-peristiwa sejarah, dan perbuatan-perbuatan yang
ajaib.
·
Ajaran
tentang manusia : manusia di ciptakan menurut gambar Allah, untuk memelihara
lingkungan hidup menaati perintah penciptanya, dan hidup dengan setia sebagai
anggota umat terpilih atau kawan sekerja perjanjian Allah. Manusia adalah mahkluk khusus yang mampu
mengambil keputusan dalam hidupnya.
a.
Tujuan
Pendidikan Agama Yahudi
Melibatkan
angkatan muda dan dewasa dalam sejumlah pengalaman belajar yang menolong mereka
mengingat perbuatan-pebuatan ajaib yang di laksanakan Allah pada masa lampau,
serta membimbing mereka mengharapkan terjadinya perbuatan sama dengan penyataan
di tengah-tengah kehidupan mereka guna memenuhi syarat-syarat perjanjian,
perjanjian baik yang berkaitan dengan kebaktian keluarga dan seluruh
persekutuan maupun yang mencakup pelaku yang sesuai dengan kehendak Tuhan,
sebagaimana Ia dipaparkan dalam urusan sosial dan pemeliharaan ciptaan yang dinamakan baik oleh
Tuhan.
b.
Pengajaran-pengajaran
Praduga utama yang
menyoroti semua pemikiran dan perilaku agama Yahudi tidak lain dan tidak bukan
Allah yang memprakarsai, Allah yang berjalan di depan mereka, Allah yang memperlengkapi mereka dengan
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan isi
panggilan-Nya. Begitu pula dari segi pengalaman umat Israel, Tuhanlah pengajaran yang utama
Dialah pula yang
mempercayakan kesempatan mengajar itu kepada empat golongan pemimpin pada
umumnya dan kepada orang khususnya. Di antara empat golongan tersebut, yang pertama ialah Kaum imam yang melayani Allah dan jemaatnya melalui suatu sistem
pemberian korban yang mulai dikembangkan pada waktu para pengungsi dari Mesir itu didikan di padang belantara Sinai. Dengan jalan
mengorbankan nyawa lembu, kambing, domba, para iman menarik perhatianya umatnya
pada kenyataan dosa sebagai kenyataan yang memisahkan manusia dari Tuhan yang
kudus. Menurut pengertiannya dosa tidak dapat dihapuskan kecuali dengan
mengorbankan nyawa makhluk yang berharga. Disamping mengajarkan umat dengan dosa dalam hal ini juga
mengajarkan umat antara korban dan pengampunan, juga diajarkan bahwa Allah
tidak boleh didekati manusia begitu saja. Dialah Allah yang menciptakan langit
dan bumi beserta segala isinya dan dia mengetahui segala sesuatu yang
dilaksanakan manusia.
Selain Imam keberadaan Nabi juga terjadi jauh kemudian, yaitu sekitar permulaan kerajaan
Israel, ketika kekuasaan raja dilembangkan secara tertib. Pada mulanya mereka
rupanya hidup berkelompok di luar
kota. Pada waktu tertentu mereka turun dari gunung dan dipenuhi semangat dan kegembiraan luar biasa. Dalam
keadaan hebat itu mereka menubuatkan terjadinya peristiwa menentukan tempat
dimana benda yang hilang dapat ditemukan kembali. Sehabis Saul di urapi Samuel sebagai Raja , Samuel
meramalkan sejumlah peristiwa yang akan dialami Saul nanti dengan maksud
meyakinkan Saul akan pemilihannya sebagai raja oleh Tuhan.
Golongan pengajar ketiga adalah kaum bijaksana , pegajaran ini dapat
kita baca dalam kitab Amsal, pengkhotbah,
dan Ayub. Disitulah diajarkan baik yang muda maupun yang setengah tua tentang makna kehidupan yang paling
kaya.
c.
Kurikulum
Sejarah yang diingat
merupakan kurikulum utama bagi pendidikan agama Yahudi. Keterlibatan Allah
dalam urusan mereka sangat mengherankan. Mengapakah justru merekalah yang dipilih.?
Tidak ada jawaban memuaskan selain daripada “ Anugerah” saja yang hendaknya
dibalas dengan kesetiaan
2. Pembuangan ke Babel dan Permulaan Zaman Masehi
a. Dasar Teologi Baru
Untuk Pendidikan Agama Yahudi
Persoalan bagi mereka yang terpaksa pindah ke tempat yang jauh dari tanah airnya yang
tercinta itu terungkap dalam keluhan,”mengapakah milik Allah dapat diperlukan
seperti ini?”. Berangsur-angsur para pemimpin Yahudi di Babel mulai
mengembangkan teologi baru dari abu bencana yang sedang menimpa mereka bersama.
Nabi-nabi yang bernubuat di Israel (kerajaan
utara) dan Yehuda (kerajaan Selatan) bersatu dalam mengumumkan hukuman yang
akan dijatuhkan atas para warga yang bertindak tidak adil, tetapi khususnya
atasan tidak memperdulikannya. Kemudian selama di Babel umat menyatakan hukuman
yang dulu dianggap mustahil. Teologinya mulai mencakup baik statusnya sebagai
bangsa terpilih maupun hukuman yang seharusnya dijatuhkan Allah atas diri
mereka semua peraturan sebagai akibat
melanggar Hukum Taurat alasan utama mengapa pendididkan agama Yahudi di Babel
dan kemudian di tanah airnya sendiri mulai menitikberatkan pentingnya menaati
semua peraturan yang berhubungan dengan kebaktian di Bait Allah.
Sejajar
dengan tekanan atas seluk beluk Hukum Taurat yang bersangkutan dengan
nampaknya pikiran lain lagi merangkum gagasan yang bukan memenuhi isi setiap
peraturan agamawi melainkan untuk menyelamatkan orang-orang lain dengan jalan
menderita demi kepentingan mereka sebagai hamba Tuhan mereka belajar menyadari
identitas mereka selaku milik Tuhan dan
umat Allah. Sebagai akibatnya maka musuhnyapun
tidak dibinasakan malahan diselamatkan melalui kasih yang nyata dalam
kerelaannya untuk menderita. Demikianlah pandangan Yesaya dari Babel.
Pendekatan Yesaya dari Babel itu merupakan sebagian
dari isi pendidikan agama Yahudi. Antara lain, itulah sebabnya mengapa Yesus
sendiri memilih pendekatan pelayanan yang lebih dekat dengan tradisi kaum nabi
ketimbang kaum imam. Dalam memilih gaya melayani, Ia lebih terbuka terhadap nyawa-Nya
yang perlu dikurbankan dalam prosesnya demi keselamatan orang banyak, dan dia
tidak pernah menolak kebaktian yang berlangsung di rumah ibadat dan yang
merayakan peristiwa ajaib dalam sejarah umat Yahudi. Penyataan itu merupakan
firman hidup yang dimuarakan Tuhan melalui sejumlah juru bicara yang dipilih
Tuhan atau melalui
peristiwa-peristiwa alamiah atau sejarah yang ditafsirkan orang-orang yang
setia sebagai amanat dari Tuhan. Isi Firman tersebut disampaikan turun-temurun secara lisan.
Beberapa Rabi (guru) mulai mengatakan bahwa Taurat itu sudah ada sebelum dunia
itu diciptakan. Meskipun
pandangan
itu tidak sesuai dengan kenyataannya, yaitu bahwa keberhasilan Taurat dan
nubuat adalah hasil pergumulan orang-orang yang setia melawan lingkungan sekitarnya
di bawah bimbingan Tuhan. Di samping itu para rabi mulai juga berangsur-angsur
menerapkan peraturan-peraturan tertentu sehubungan dengan keadaan-keadaan yang
baru.
Melalui
Misyna penafsirannya, para guru Yahudi mengutamakan bahwa penyataan tertentu
dapat disesuaikan dengan kemampuan setiap orang termasuk anak-anak, tanpa
mengubah intinya. Dengan kata lain, Hukum Taurat itu dapat diucapkan melalui
kata-kata yang dipahami anak-anak tanpa mengurangi maknanya. Menurut Sherrill
pemahaman itu merupakan salah satu gagasan yang paling maju dalam sejarah
perkembangan Yahudi. Menurut Rabi Hiya anak-anak dapat dibagi dalam empat
golongan yang bijaksana-serius; nakal-kurang-serius; kurang mampu dan belum
dapat berbicara.
Suatu asas juga diusulkan oleh Misyna yaitu
agar orang-orang mempelajari isi Taurat dengan jalan mengamalkan atau menaatinya.
Maksud orang-orang Yahudi bukan untuk memisahkan perilaku yang berbudi dari Taurat.
Perilaku yang berbudi menurut ukuran manusia mungkin boleh dipuji, tetapi
maksud kehidupan Yahudi bukanlah untuk mendapat persetujuaan manusia melainkan
untuk menaklukkan dirinya di bawah perintah dan jalan Tuhan.
b. Lembaga-lembaga
Pendidikan dalam Agama Yahudi
Pendidikan dalam agama Yahudi suatu hal yang
sangat penting. Obyek utama dalam pendidikan mereka adalah mempelajari Hukum Taurat. Peranan orangtua merupakan bagian yang mendukung perkembangan anak-anak
Yahudi. Sempat terjadi suatu masa suram dalam kehidupan umat Yahudi sesudah
pembuangan Babel. Lambat-laun kemampuan orangtua mendidik anaknya menurun,
dengan akibat bahwa iman Yahudi dicampur-baurkan dengan unsur agama yang bukan
Yahudi. Masalah yang terjadi pada umat Yahudi pada saat itu juga tidak jauh
berbeda dengan yang dialami oleh mereka yang masih tinggal di Babel. Masalah
ini disebabkan karena persoalan bahasa pada saat itu, bahasa Aram mulai
menggeser bahasa Ibrani sebagai bahasa utama yang dipakai. Hal ini mau tidak
mau membuat Taurat harus diterjemahkan ke dalam bahasa Aram (lih. Nehemia
8:1-8).
Hancurnya Bait Allah pada saat itu membuat
orang-orang Yahudi berkumpul dan berdoa, serta mendengarkan Taurat dalam rumah
ibadat yang disebut Sinagoge. Sinagoge
merupakan lembaga tertua yang terus menerus kebutuhan masyarakat tertentu.
Sinogoge hadir sebagai suatu wadah yang berusaha menggantikan kerinduan umat
pada saat itu yang ingin
beribadah di Bait Allah di Yerusalem. Menurut Sherrill, “Rumah ibadat Yahudi
itu boleh dinamakan salah satu lembaga pendidikan luar biasa yang dengan tepat
sesuai dengan hakikat agama dalam mana ia ditanamkan.”. Dalam bahasa Yunani
Sinagoge berarti suatu kumpulan orang-orang. Seorang sarjana Yahudi bernama
Philo berkata bahwa Sinagoge merupakan suatu tempat dimana pengajaran
disampaikan.
Pendidikan dalam rumah ibadat pada saat itu
merupakan suatu bentuk pengajaran tentang hal-hal yang bersifat agamiah. Dalam
kebaktian dalam Sinagoge ini dibagi atas lima bagian yaitu
1)
Shema,
yang berisi semacam pengakuan iman. Prinsip pendidikan agama Yahudi berpusat
paa Ulangan 6:4-9. Dan, Ayat yang ketujuh ini dipakai sebagai PONDASI KURIKULUM Pendidikan Agama Kristen.
2) Doa
3) Pembacaan Hukum Taurat
4) Pembacaan Nubuat
5) Bagian terakhir adalah Berkat yang diucapkan
oleh pemimpin.
Dengan adanya rumah ibadat untuk mengajar
orang dewasa, maka mulailah didirikan sekolah rumah ibadat untuk mendidik
angkatan muda secara tertib. Ini diawali dengan pendirian sebuah sekolah dasar
(Beth-Hasepher artinya rumah buku)
pada tahun 75 SM oleh Rabi Simson ben Syatakh. Awalnya gagasan ini tidak
terlalu menjadi perhatian khalayak ramai. Namun, setelah kurang-lebih seratus
empat puluh tahun, sistem perkuliahan berangsur-angsur mulai dikembangkan. Khususnya pada waktu
keputusan Imam AgungYosua ben Gamala memerintahkan setiap Kabupaten dan
Provinsi untuk mendirikan Sekolah Dasar bagi kaum muda. Dalam rencananya,
setiap guru mengajar dua puluh lima anak laki-laki sekaligus. Apabila terjadi
pertambahan sampai dengan empat puluh anak, seorang guru penolong harus
diangkat. Dan jika sampai lima puluh anak maka harus ada seorang guru tetap
lagi yang ditugaskan. Bahan-bahan pengajaran yang diajarkan pada saat itu
adalah Hukum Taurat. Hal yang sangat mengesankan pada saat itu adalah guru yang ada tidak menerima gaji layaknya guru-guru saat ini. Namun, guru merupakan
profesi yang sangat dihargai, seringkali ia menerima berkat-berkat yang
diberikan masyarakat setempat. Seorang guru wajib memiliki keahlian dalam
Taurat sebelum ia mengajar dan diwajibkan harus sudah menikah. Sekitar abad
kedua Masehi, pemberian gaji mulai dipikirkan dan dilakukan bagi guru pada saat
itu serta mendapat kebebasan dalam hal pembayaran pajak. Pendidikan di
Beth-Hasepher ini dimulai ketika anak beranjak berusia enam tahun. Mereka
diajarkan untuk mempelajari bahasa Ibrani, Taurat, nubuat dan tulisan-tulisan
lain seperti Mazmur. Pada usia sepuluh tahun mereka diharapkan sudah mampu
mampu membaca kesluruhan Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani.
Tahap lembaga pendidikan selanjutnya adalah Beth Talmud yang berarti rumah Talmud,
atau pada saat sekarang setingkat dengan SMP. Di sana mereka diajarkan untuk
mengerti Misyna, yaitu suatu penafsiran tentang isi Taurat. Di samping itu
dipelajari juga Misyna, Talmud dan Haggadah atau dikenal juga dengan Taurat
lisan. Materi lain yang diberikan adalah ilmu hitung, ilmu bintang, ilmu
hitung, ilmu bumi dan ilmu hayat sebagai tambahan dalam pembelajaran. Murid-murid
diajarkan untuk dapat berpikir secara logis atau lebih tepatnya diajak untuk
bersama-sama mengkritisi isi dari penafsiran yang dibuat pada Rabi.Dua lembaga
pendidikan Yahudi yang ada pada saat itu sangatlah penting bagi mereka.
Kebanyakan laki-laki Yahudi pada saat itu sudah mampu membaca dan menulis.
c. Gaya Mengajar di
Sekolah Yahudi
Metode pengajaran dalam pendidikan Yahudi
menitikberatkan pada penghafalan. Pertama-tama anak diajar untuk menghafal 22
huruf Ibrani. Kemudian beberapa huruf
dihafal dengan rangkaian dengan huruf-huruf lain
yaitu kata-kata. Pada saat itu huruf
vokal masih belum dimanfaatkan. Metode pengajaran yang digunakan dalam
penyampaian Agama dalam Perjanjian Lama, antara lain :
1. Metode menghafal (
Ulangan 6 :4-9 , Amsal 22:6, Mazmur 119 :11,105)
2. Metode bercerita
(Yosua 4:6-7 ,bandingkan Keluaran 12:24-27).
Berbagai metode lain juga
digunakan oleh guru misalnya menempatkan seorang murid
yang dinilai kurang dalam segi
intelektual dekat dengan dengan seorang anak yang rajin dan pintar. Atau anak
yang memiliki prestasi diminta untuk mengajar teman-temannya lain yang
terbelakang. Bahan pelajaran juga kadang-kadang dinyanyikan oleh para murid.
Perdebatan juga digunakan untuk membuat para murid semakin kritis dalam
berpikir.
d. Para Pelajar
Pada masa itu tidak ada tempat bagi
pendidikan anak-anak perempuan, kecuali keterampilan yang diajarkan ibunya
untuk dapat melaksanakan tugas-tugas khusus wanita dan contohnya seperti
keterampilan dalam memasak dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya. Mengapa pada
masa itu tidak diadakan pendidikan khusus bagi kaum perempuan? Karena kaum-kaum perempuan pada masa itu dianggap kurang
mampu untuk melakukan atau memikirkan hal-hal yang bermakna. Oleh karena itu
mengapa pendidikan juga diperlukan pada masa itu? Tentang usaha-usaha
pengkhotbah mencari orang-orang yang mampu dan bijaksana saja, kesimpulannya
ialah “ Ku dapati seorang laki-laki di antara seribu, tetapi tidak kudapati
seorang perempuan di antara mereka” (Pkh 7:26). Tetap lebih parah lagi, watak
perempuan terisi dengan keinginan menjatuhkan laki-laki (Pkh 7:26).
Para laki-laki pada
zaman PL merasa sangat bangga karena telah dilahirkan sebagai laki-laki, karena
kedudukan seorang laki-laki pada masa ini sangat jauh dari kedudukan perempuan.
Maka tidak mengherankan lagi jika mendengar para pria dewasa yang saleh
memanjatkan doa yang teramat angkuh dan picik, karena mereka merasa bahwa mereka
yang paling layak di hadapan Tuhan di bandingkan dengan kaum perempuan.
Ben:Azzai, seorang
bujangan, berpendapat bahwa seorang ayah wajib mengajarkan Taurat kepada anak perempuan. Sungguhpun
anak-anak perempuan tidak memperoleh tempat dalam sistem persekolahan Yahudi, namun di sana-sini,
mesti ada seorang ayah atau suami yang lebih sayang kepada anaknya atau isterinya dan berusaha mengajarnya.
Jika pengajaran tidak dilakukan oleh seorang ayah, bagaimana caranya
menjelaskan pelbagai Amsal yang mengayang dijanjikan, permulaan kerajaan dan
kesaksian para kaum nabi tentang kecenderungan umat Israel yang menyeleweng
persyaratan yang termuat dalam perjanjian. Dalam pokok tersebut tersirat pula
bimbingan menuju perilaku yang sesuai dengan panggilan umat Israel.
Mulai dengan dampaknya
yang hebat atas diri kaum Israel sebagai akibat pembuangannya ke Babel sampai
permulaan zaman Masehi,
pendidikan agama Yahudi berkaitan secara khusus dengan empat pokok:
1) Dasar teologi baru yang mencakup peninjauan ulang statusnya sebagai bangsa yang terpilih
dan penyataan.
2) Karena mereka jauh dari Bait Allah yang ada di Yerusalem, yaitu pusat
kebaktiannya, dan karena ketidakmampuan orangtua untuk memenuhi mandatnya untuk
mengajar, umat Allah di Babel mengembangkan rumah ibadah dan sekolah. Yang
pertama merupakan prakarsa yang sama sekali baru dalam sejarah agama, dalam
arti pada pertama kalinya pendidikan berkaitan dalam ritus peribadahan. Tentang sekolah tersebut terdapat dua taraf pokok, yaitu sekolag dasar
(Beth-Hasepher) dan sekolah menengah pertama (Beth Talmud). Di dalamnya
nampaklah penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap kesempatn belajar dan rasa
hormat terhadap jabatan seorang guru.
3) Pendekatan pendidikan yang manusiawi dan yang
mendasar banyak pada metode menghafal.
4) Para pelajar yang dididik di sekolah ialah
anak laki-laki saja, tetapi barang kali di berbagai tempat anak perempuan
dididik dengan keterampilan dengan isi yang serupa dengan kesempatan yang di
sediakan bagi anak laki-laki.
Penutup dan Kesimpulan
Pendidikan Agama Kristen merupakan suatu
pendidikan yang tidak dapat kita pisahkan dari kehidupan kita saat ini, dari
makalah yang kami sajikan tadi kita dapat melihat betapa besar peran perjanjian
lama terhadap PAK. Perjanjian lama mengambil tempat sebagai dasar dari
pendidikan agama Kristen masa kini.
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan,
besar harapan kami makalah tersebut dapat semakin memperkaya kita dalam
memahami kekristenan secara lebih lanjut.
Daftar Pustaka
Buku
Alkitab Terjemahan Baru.
Boehlke, Robert. R. Sejarah
Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (dari Plato sampai
Ig. Layola).
Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009.
Nuhamara, Daniel. Pembimbing PAK. Bandung : Jurnal Info Media, 2007.
Internet
Dwi,
Nanang. Makalah Hubungan Perjanjian Lama
dengan Pendidikan Agama Kristen. Http://guruagamakristen.blogspot.com.
Klose, Jonjon. PAK dalam Perjanjian Lama. Internet.
Putrawan, Bobby.K. Perjanjian Lama dalam PAK. Http://bkputrawan.blogspot.com.