DI
BUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS
FINAL
TEST PASTORAL 2
DOSEN
PENGAMPU
Pdt.
Maria Apriana Angela, S.Th, M.Si
“KESEPIAN”
NAMA
STEVANUS OCKING
SEMESTER V(LIMA)
SEKOLAH TINGGI
TEOLOGI
GEREJA
KALIMANTAN EVANGELIS
BANJARMASIN-KALIMANTAN
SELATAN
NOPEMBER 2013
KESEPIAN
Pendahuluan
Setiap
orang dalam hidupnya pasti pernah merasa kesepian. Yang membuat perbedaan
adalah kadarnya, lamanya, penyebabnya dan tentu saja penanganannya. Kebanyakan
orang menghindari kesepian karena kesepian berkonotasi negatif, atau paling
tidak menimbulkan perasaan tidak menyenangkan.
Kini,
banyak orang mempunyai account facebook dan twitter,
untuk tetap terhubung satu sama lain, untuk bisa tahu apa yang tengah dilakukan
temannya atau komunitasnya. BbM, YM, intant messenger menjadi sarana penghubung
yang tak kenal cuaca, waktu (waktu kerja, waktu keluarga maupun waktu berdoa,
bahkan - waktu tidur sekali pun). Memang tidak semua orang ber - account twitter dan facebook maupun
melakukan online chat adalah orang-orang kesepian. Premisnya
tidaklah demikian. Namun faktanya, hampir semua orang sepertinya ingin menyapa
dan disapa, berkomentar dan dikomentari; ingin menjadi bagian dari komunitas.
Mall, cafe dan resto makin ramai dikunjungi bukan sekedar untuk mengenyangkan
perut, namun sebagai kesempatan untuk networking, reuni dan menyambung rasa.
Keinginan untuk keep in touch menjadi kebutuhan yang
tidak ada hentinya.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal ini, namun persoalannya, ternyata banyak orang yang tetap merasa kesepian di tengah kongkow-kongkow, di tengah keramaian maupun di tengah tingginya frekuensi lalu lintas komunikasi via chatting online. Kesepian tidak dialami orang yang tinggal di puncak gunung atau desa terpencil, karena mereka yang hidup di kota besar yang padat penduduk dan hingar bingar hiburan pun ternyata lebih banyak yang merasa kesepian.[1]
Pengertian
Kesepian
Kesepian atau emotional lonilesiss terjadi akibat mengalami kegagalan atau tidak
mampu membina hubungan yang intim atau hubungan yang dekat dengan sesamanya.
Tidak ada keterlibatan emosi dengan sesamanya. Masalah kesepian (lonelesiss) adalah pengalaman yang
menyakitkan. Dimana orang yang bersangkutan merasakan kekosongan jiwa. Sehingga
tidak dapat lagi menikmati komonikasinya dengan orang lain. Ia bias saja
sedemikian sedih, putus asa, gelisah, khuatir dan ingin dibutuhkan dan
disayangi. Akibatnya seseorang dapat tetap merasa kesepian, meskipun berada
ditengah-tengah orang-orang yang mengasihinya. Bahkan perasaan yang semacam ini
ada kalanya, diiringi oleh perasaan tertolak dan ditinggalkan. Kesepian ini
biasanya mengakibatkan munculnya perasaan , bahwa dirinya tidak berharga.
Kesepian
juga bisa muncul, karena merasa kehilangan (grief).
Kehilangan ini bisa dalam bentuk teman hidup, sahabat dekat, keluarga atau
sesuatu yang kita sayangi dan hargai. Kesepian yang ditimbulkan oleh karena
kehilangan seseorang yang kita cintai, dapat merasa dalam sekali, sedemikian
dalamnya. Sehingga semua yang mempunyai arti, dalam hidup ini dianggap tidak
bermanfaat. Orang-orang yang mengalami kesepian yang sedemikian, kadang-kadang
mereka menghayati hidup mereka seperti hampir mati rasanya.
Maka
untuk mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan ini, seseorang akan
menyangkalnya dengan cara menghadari pertemuan-pertemuan. Melakukan
bermacam-macam kegiatan atau dapat juga dengan cara yang negative. Melarikan
diri dari realitas kehidupannya, dengan cara-cara minuman keras dan sebagainya.
[2]
Menurut seorang ahli jiwa, yaitu Carif
Ellison ada tiga macam kesepian (Loneliness),
yaitu :
1.
Emotional
Loneliness
Emotional Loneliness adalah kesepian
yang terjadi oleh karena orang yang bersangkutan mengalami kegagalan, atau
tidak mampu membina hubungan yang intim atau hubungan yang berarti hubungan
dengan sesamanya. Dia tidak mampu membina keterlibatan emosi, yang berarti
dengan sesamanya. Maka kebutuhannya yang utama adalah teman, yaitu mereka yang
berinteraksi secara penuh makna dengan diriinya. Kegagalan dan
ketidakmampuan membina persekutuan ini,
disebabkan oleh karena yang bersangkutan tidak mampu memakai emosinya.
Hal
ini biasanya dapat terjadi, dengan dua sikap yang ekstrim. Pertama : Tidak membutuhkan emotional
involvement. Contoh : Seseorang yang menikah usia muda dan kurang memahami
arti berumah tangga itu seperti apa. Maka ketika ia menikah, ia berpikir bahwa
hidup itu seperti yang dia pahami, yang hanya berjalan secara rutinitas saja :
menjadi isteri, tinggal di rumah, menunggui suami pulang, melahirkan, menjaga,
dan membesarkan anak-anak, setiap hari masak, sampai tua. Tidak pernah berusaha
menciptakan hubungan yang romantis dan mesra dengan suaminya. Namun alangkah
terkejutnya dia, ketika suatu hari suaminya minta cerai karena ada perempuan
lain lebih menarik dan cantik. Kedua : terlalu
emotional involvement yaitu seseorang
yang terlalu cemburuan, menuntut terlalu banyak dari pasangannya, ingin
dimanja, meminta perhatian yang terlalu banyak. Tututan yang bermacam-macam hal
seperti ini, dapat membuat pasangan menjadi jenuh, bosan dan menjauhi dia atau
menceraikannya.
2.
Social
Loneleniss
Social Loneleniess dalah perasaan
kesepian dan kekosongan jiwa yang ditimbulkan, karena merasa dirinya tidak
berharga. Hidupnya dirasakan tidak berarti, karena kebutuhan acceptance (merasa diterima) dari
sesamanya tidak terpuaskan. Orang-orang seperti ini membutuhkan teman yang bias
mengerti dan menghargai dirinya.
3.
Existensial
Loneleniss
Existensial Loneleniss adalah kesepian yang dialami seseorang
kehilangan pegangan hidupnya, kehilangan hubungannya denga Allah, sehingga
hidupnya mengambang tanpa jangkar. Perasaan yang seperti ini biasanya dialami,
oleh seseorang yang mengalami krisis dalam kehidupannya dimana kebutuhan akan
Allah meningkat.
Apa yang dikatakan
Alkitab tentang kesepian? Alkitab mengatakan bahwa kesepian itu dosa. Dalam
artian dengan jelas disaksikan, bahwa tokoh-tokoh dalam Alkitab, seperti Musa,
Ayub, Daud dan nabi-nabi pernah mengalami kesepian dalam hidupnya. Bahkan Yesus di taman Getsemani juga Paulus
pernah mengalami kesepian (Mzm. 42; Mat. 26:38, 40; 2 Tim. 4:9-11). Namun dalam
Alkitab juga dikatakan bahwa kesepian ini menjadi bagian yang integral, dari
kehidupan manusia setelah manusia jatuh kedalam dosa dan kehilangan persekutuan
yang harmonis dengan Allah. Jadi pemulihan hubungan dengan Allah dan sesama
manusia menjadi dasar utama penyelesaian masalah, bagi mereka yang merasakan
kesepian. Membangun hubungan pribadi dengan Allah dan sesama manusia, menjadi
inti dari kehidupan manusia yang penuh arti (Hos. 6:6; Yer. 7:3).
a. Kolerasi
Penyebab Kesepian (Loneliness)
Kesepian
(Loneliness) dapat disebabkan masalah
kondisi dan situasi kehidupan seseorang.
Janda-janda, orang-orang yang hidupnya sendiri, manusia lanjut usia, dan
lain-lain adalah orang-orang yang selalu merasa kesepian (loneliness). Juga pejabat dinggi di bidangnya, sering merasa
kesepian. Karena tidak sembarang orang dapat membina komuniksai denga dirinya,
sehingga ia renta dilanda kesepian (loneliness).
Itulah kondisi dan situasi kehidupan seseorang, sering membuat dirinya
tidak mampu menemukan kesibukan yang member arti kehudpannya. Clinebell
menyebutkan tentang tiga kebutuhan dasar rohani setiap orang :
·
Kebutuhan
akan pengalaman untuk merasakan sesuatu
yang ilahi.
·
Kebutuhan
untuk merasakan, kehidupannya sendiri.
·
Kebutuhan
untuk merasakn dirinya, sebagai bagian mutlak dari kehidupan dunia ini.[3]
b.
Masalah Pertumbuhan Pribadi Dengan
Pembentukan Pribadi
Craig Ellison dalam majalah Christianiti Today, menyebutkan masalah
pertumbuhan dan pembentukan pribadi yang menyebabkan kesepian, ada tiga hal
sebagai akar kata kesepian (loneliness), yaitu
:
·
Ikatan
kasih (attachment) : anak-anak sejak
lahir membutuhkan ikatan kasih dari manusia yang lain terutama ibunya, yang
member rasa aman dan bahagia. Tanpa ikatan kasih (attachment) dari manusia yang lain, ia akan kesepian (loneliness), hampa, tidak dapat
mengembangkan bakatnya, untuk berkomunikasi dengan sesamanya.
·
Penerimaan
(acceptance). Misalnya orang tua
dapat mengkomunikasikan penerimaan itu dengan pelbagai cara, antara lain :
sentuhan, belain, menjadi teman bicara bagi anak, melalui disiplin yang benar, melalui pujian dan lain-lain.
Bila hal-hal yang positif ini tidak dialami dalam keluarga, maka si anak akan
mengembangkan perasaan diri tidak berharga, dan tidak diterima sebagai satu
pribadi. Ia akan sulit mempercayai temannya dan juga ada kesulitan, dalam
membangun relasi dengan sesame. Ia merasa dirinya tidak berharga, dan ‘funr self image’ dan juga menghambat
dirinya untuk menghargai orang lain.
·
Kemampuan
membangun hubungan dan komunikasinya dengan orang lain, akan membuat dirinya
menjadi canggung, kaku, dan kurang mampu merasakan kebutuhan dan perasaan orang
lain. Ia tidak tertatih memakai dan mengkomunikasikan emosinya. Sebab orang
tuanya tidak bergaul sebagai pribadi dengan pribadi, dengan dirinya. Dalam
hal-hal lain, boleh jadi semua kebutuhannya semua disediakan akan tetapi tidak
membina kontak pribadi. Individu-individu seperti itu akan kesepian, sebab
dengan partnernya sendiripun ia hanya mampu membangun komunikasi secara fisik,
dan tidak lebih dari itu. Tidak berkembang kemampuannya mengadakan hubungan
sosial. Jadi, tidak adanya ikatan kasih, tanpa adanya penerimaan, dan tidak
adanya kemampuan membangun hubungan social pada masa kecil anak-anak adalah
merupakan tiga akar kesepian (loneliness).
c.
Masalah Piskis Penyebab Kesepian
Ada beberapa hal yang menentukan memunculkan
kesepian (loneliness), akibat masalah
piskis, antara lain :
·
Penilaian
yang salah dan penghargaan yang kurang terhadap dirinya sendiri (low self-esteem). Seseorang yang tidak
memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri, akan cendrung menggantungkan
diri pada orang lain. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, ia akan merasa tidak
aman dan kesepian loneliness).
·
Sikap
hidup yang merugikan diri sendiri (self
defeating attitude). Konsep yang salah tentang kepuasan dan kebahagian
sering membuat yang bersangkutan mengembangkan sikap hidup yang merugikan diri
sendiri. Misalnya, ia berkopentensi secara kotor dan tidak menghargai
persahabatan. Oleh karena prasangka bahwa kebahagian akan diraih bila ia
memiliki apa yang ia mau. Sikap yang tidak menyenangkan ini ia ekspresikan
terhadap sesamanya. Ia tidak bergaul intim dan takut terbuka, dan lain-lain
sehingga ia menjauhkan diri dari sesamanya.
d.
Masalah Sosial Penyebab Kesepian (loneliness)
Perubahan-perubahan sosial yang cepat
menceraikan orang dengan sesamanya, bahkan
dari orang yang dikasihinya membuat kesepian (loneliness), antara lain :
·
Teknologi
: Kemajuan teknologi membuat orang semakin tidak dibutuhkan oleh sesamanya.
Pusat perhatian hidup bergeser ke sumber-sumber kenikmatan lain (seperti barang
lux dan mewah). Membuat manusia cenderung egoistik dan mengabaikan pentingnya personal-relationship dengan sesamanya.
·
Mobilitas
: Penemuan alat transportasi modern membuat manusia semakin sering bpergian
atau pindah tempat tinggal. Sehingga semakin sedikit kesempatan membina personal-relationship.
·
Urbanisasi
: Perpindahan orang dari alam pedesaan ke kota dan pusat-pusat industry,
mendorong mereka untuk kehidupan yang lebih baik. Dalam suasana persaingan yang
semakin kompentitif, orang semakin individualistis, dan persekutuan hidup
semakin longgar.
·
Televisi
: Reklame dan bentuk-bentuk hiburan tanyangan kekerasan hidup dan semakin
mendorong manusia menjadi konsumtif dan kehilangan kepekaan emosi, terhadap
orang yang ada di sekitarnya dan membentuk jiwa anti social.[4]
Deskripsi
Permasalahan
Percakapan antara konselor dengan konsele. Dimana disini berawal dari
konselor yang mendatangi tempat tinggal si konsele dan lalu bercakap-cakap
dengan dia, tentang apa dan bagaima situasi dan kondisi yang sedang dialami
oleh si konsele. Konsele menanggapi dengan baik atau positif kedatangan
konselor tersebut dan konsele juga menjawab semua pertanyaan yang telah
dilontarkan oleh si konselor kepada dia, sebagai konsele. Berkaitan dengan hal
ini, yang menjadi pokok pembicaraan antara konselor dan konsele ialah keadaan
hidup yang dialami oleh konsele. Dimana hal tersebut ialah hal yang mengarah
kepada jiwa atau diri si konesele, yaitu ketidakmapuannya membina hubungan
dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Sehingga hal tersebut, membuat dia
merasa kesepian dan merasa tidak diperdulikan dan di hiraukan. Hubungan disini,
ialah mengarah kepada hal yang khusus, yaitu hubungan dia (konsele) dengan
pacarnya.
Dimana
percakapan ini, dilakukan ditempat kediaman (kos/kontrakan) si konsele.
Sedangkan waktu percakapannya dilakukan pada malam hari, tepatnya sekitar pukul
19:35 WIT. Untuk durasi waktu, dalam melakukan percakapan diperkirakan sekitar
30 menit-an. Untuk hubungan antara konselor dan konsele, mereka berdua sudah
saling kenal. Karena mereka berdua satu kampus atau universitas.
Keterangan jalannya percakapan :
Ko : Konselor
Ki : Konsele
Verbatim
Ko : Hai,, selamat malam (si konselor menyapa
konsele)
Ki : Hai juga (jawab si konsele)
Ko : Bagaimana kabarnya?
Ki : Kabar aku bai-baik saja.
Ko : Ohh,, begitu ya.. Syukur aja kalau begitu.
Ki : Yaa.. (jawab si konsele)
Ko : Kelihatannya kos sepi benar, pada kemana
orang-orang di kos sebelah kos mu?
(konselor
bertanya?)
Ki : Heem,, kalau ga salah ingat sih mereka pada
libur.
Ko : Oh,, jadi mereka pada pulang kampung ya?
Ki : Bisa jadi,, begitu. Soalnya aku kurang tau juga,
pada pergi kemana mereka yang pastinya.
Ko : Oh,, ya-ya..
Ki : Yaa.
Ko : Sipz.. Oya kalau boleh tau kamu sudah
makankah?
Ki : Heem,, tadi sudah,, tidak lama sebelum kamu
datang.
Ko : Oh
gitu,, matap aja kalau begitu. Jadinya aku tidak merasa mengganggu,, dengan
kedatangan ku di tempat mu sekarang.
Ki : Ya
ga apa-apa,, santai aja. Lagian aku butuh teman juga kok di kos, sekalian teman
bicara. Ga enak rasanya sendiri terus di kos.
Ko : Hehehe,, ya-ya.. Terima kasih kalau begitu..
Ki : Ya,, sama-sama..
Ko : Ya,, kalau begitu bisa kita lanjutkan
perbincangan kita.
Ki : Ya,, bisa aja.. Silakan..
Ko : Sipz.. Oya,, akhir-akhir ini ku lihat tingkah
mu beda sekali di kampus.
Ki : Heem,, berbeda kayak mana ya maksud mu?
Ko : Enggak aja,, tingkah mu aja yang terlihat berbeda..
Biasanya semangat,, tetapi kulihat akhir-akhir ini berubah sekali!
Ki : Heem,, biasa aja kayaknya tingakah ku.. Tidak
ada bedanya,, dari yang sebelum-sebelumnya.
Ko : Ehem,, iya kah tapi berbeda benar aku lihat,, tidak
seperti biasanya. Kalau boleh tau,, kamu punya masalahkah atau apa. Entah itu
masalah dengan keluarga, teman atau pacar, cerita aja tidak apa-apa. Saya bisa
pegang rahasia kok tenang aja,, dari pada kamu pendam sendiri. Tapi kalau tidak
mau tidak apa-apa juga kok, saya juga tidak maksa, karena itukan hak kamu..
Ki : Heemm,, gitu ya. Ya deh ku cerita aja,, kupikir-pikir
percuma juga ku memendamnya sendiri. Toh tidak ada gunanya juga, malahan bikin
ku sakit aja. Lagian aku percaya juga sama kamu, soalnya teman sekampus ku
juga..
Ko : Ya terimakasih atas kepercayaannya.. Lanjut
apa cerita mu tadi?
Ki : Begini sebenarnya hubungan ku lagi tidak baik.
Ko : Ehemm,,
hubungan dengan siapa emangnya. Dengan orang tua kah, teman atau pacar?
Ki : Hubungan ku dengan pacar ku aja kok.. Bukan
dengan orang tua ataupun teman-teman.
Ko : Oh,, kalau boleh tau apa ya yang menjadi
masalahnya.. Sehingga membuat hubungan kalian tidak baik?
Ki : Begini ceritanya..
Akhir-akhir ini,, ketika aku mau bertemu ataupun ketika aku sedang bertemu
dengan pacar ku.. Kadang-kadang dia sering tidak menghiraukan aku. Bahkan
terlihat dia tidak peduli lagi dengan ku..
Ko : Emang kalau boleh tau,, bentuk dia tidak
menghiraukan mu dan tidak memperdulikan mu itu seperti apa?
Ki : Begini,, ketika aku mau ketemu dia,, terkadang
bermacam-macam aja alasanya. Kalau dia tidak bisa ketemu dengan aku. Entah itu
banyak tugas kah, sedang sibuk kah, karena ada pekerjaan lain kah katanya.
Heem, pokoknya banyak sekali alasannya, sehingga hal itu terkdang sempat membuat ku betul-betul bingung. Dengan sifat
dan tingkah lakunya, yang berubah. Bahkan selain itu,, ketika aku nelepon dia,,
sering tidak dia angkat. Begitu juga ketika aku sms,, lama sekali baru dia
balas. Jadi itu cerita dan masalahnya,, akhir-akhir ini aku terlihat berbeda
dari yang sebelum-sebelumnya. Dengan masalah ini,, aku betul-betul merasa sedih
dan kesepian. Soalnya dia orang yang sebelumnya sangat dekat dengan ku,,
betul-betul berubah. Dimana sebelumnya dia sering membuatku tersenyum dan
tertawa. Tetapi pada akhirnya dia membuat ku sedih dan merasa sangat kesepian.
Ditambah lagi di kos aku sendiri aja, tidak ada teman makin cocok sudah.
Ko : Oh itu ya,,
cerita dan masalahnya?
Ki : Ya,, itu masalah yang ku hadapi sekarang ini.
Ko : Ya-ya,, yang pastinya saya ikut sedih dengan
masalah yang kamu hadapi.. Terimakasih
sudah mau berbagi dengan aku. Memang terkadang kita tidak mengerti, sifat
yang satu dengan sifat yang lainnya. Karena sesungguhnya kita semua berbeda.
Berbeda pikiran, pendapat maupun tingkah laku atau sifat.
Ki : Ya terima kasih..
Ko : Ya sama-sama,,
berhubungan dengan masalah yang kamu hadapi. Saya tidak bisa membantu memberikan
jalan keluar. Namun saya mencoba memberikan saran dan pendapat, semoga kamu
dapat menyelesaikan masalah mu dengan baik, dan kamu tetap tabah menghadapinya.
Ki : Ya-ya.. Ga apa-apa aja.
Ko : Begini.. Pertama saran saya kamu harus tetap
sabar dan tabah, dengan masalah yang kamu hadapi. Kamu tidak boleh menyerah dan
putus asa. Tetap berusaha saja memperbaiki hubungan mu. Kedua kamu harus
selidiki dengan jelas dan teliti. Sebab penyebab dari sifat-sifat pacar mu yang
berubah tersebut.. Ketiga,, tetap berusaha mendekati dia,, ngomong baik-baik
dengan dia.. Jangan sesekali mengeluarkan kata-kata yang memicu bertambahnya
masalah.. Sehingga dengan sifat (sifat baik) mu yang seperti itu,, semoga aja pintu
hatinya bisa terbuka dan mau memperbaiki hubungan kalian berdua kembali.. Itu
saja saran dan pendapat dari saya,, oya saya lupa hehehe.. Yang terakhir jangan
lupa libatkan Tuhan,, mohon bimbingan dan tuntunan-Nya.. Sehingga kamu dapat
menyelesaikan masalah mu dengan cara-cara yang positif (baik).. Semogga saja
hubungan kalian berdua dapat baik kembali seperti yang sebelum-sebelumnya,,
yang telah kalian berdua jalani.. Tuhan menolong mu dan menyertai mu.. Amin
Ki : Hehehe,, ya-ya.. Amin juga.. Terimakasih atas
saran dan pendapat yang telah di berikan.. Lumayan memberikan kelegaan buat
aku..
Ko : Hehehe,, sipz-sipz.. semoga sukses..
Perjuangkan terus hubungan mu,, yakin saja kamu pasti bisa memperbaikinya,, dengan
pertolongan Tuhan..
Ki : Ya-ya terimakasih..
Ko : Ya sama-sama.. Oke,, kayaknya waktu sudah lumayan
malam.. Aku mau pamit pulang dulu dulu.. Soalnya tugas kuliah punya ku belum
selesai ku buat..hehehe
Ki : Ya-ya,, silakan..
Ko : Ya,, saya permisi pulang dulu ya.. Sampai
jumpa besok di kampus.. Selamat malam.. Tuhan memberkati..
Ki : Oke-oke.. Selamat
malam juga.. Tuhan memberkati.. Hati-hati di jalan..
Ko : Sipz..
Dampak positif dan negatife dari permesalahan
yang dihadapi
·
Dampak Positif :
Kesepian
tidak selalu berdampak buruk. Kesepian eksistensial, yakni kesepian yang tidak
disebabkan persoalan interpersonal merupakan alarm dari situasi yang harus
segera di hadapi atau diselesaikan.
Dengan demikian, perasaan kesepian yang
dialami perlu di pertanyakan. Tidak semua bisa di obati dengan cara
bersosialisasi atau pun mencari cinta yang baru. Perasaan kesepian bisa jadi
pertanda bahwa ada kebutuhan mendesak yang harus kita tanggapi dalam diri
sendiri, entah itu untuk menyelesaikan persoalan yang tertunda, menanggapi
tantangan hidup, harus mengembangkan potensi diri, membuat keputusan akan masa depan
dan menjalaninya dengan berani, atau untuk meninggalkan pola hidup selama ini
yang tidak produktif, dsb.
Intinya, perasaan kesepian adalah awal dari
pertumbuhan. Maka, adalah keliru jika orang berusaha menghindari kesepian
karena dalam sepi lah kita bisa bertemu dengan diri sendiri dan berdialog
secara jujur untuk menemukan apa yang terbaik dan harus kita lakukan saat ini
dan di masa mendatang. Persoalan berikutnya adalah, bagaimana menjalankan apa
yang sudah seharusnya dan sudah saatnya untuk kita laksanakan. Semakin ditunda,
semakin jauh kita dari perjalanan menemukan diri dan menumbuhkan kepribadian
yang sesuai dengan tujuan & panggilan hidup kita.
·
Dampak Negatif :
Perasaan kesepian jika berkepanjangan bisa
menimbulkan berbagai persoalan lanjutan. Problem adaptasi sosial, sulit
berteman, suka menyendiri bahkan hambatan akademik yang membuat prestasinya
jauh dari optimal, merupakan dampak dari perasaan kesepian panjang yang dialami
oleh anak-anak. Bahkan, menurut Marano, anak-anak kesepian karena social
rejection, diabaikan dan disingkirkan dari lingkungan sosial (ataupun
keluarga), merupakan salah satu penyebab putus sekolah; karena dalam
kesehariannya, mereka cenderung menunjukkan perilaku agresif, dan apa yang
diistilahkan sebagai kenakalan, serta bentuk perilaku antisosial lainnya. Di
kalangan dewasa, kesepian dikatakan sebagai penyebab depresi serta adiksi, baik
itu adiksi terhadap relationship (co-dependent), sex,
belanja (shopaholic), kerja (workaholic), alkohol /minuman keras,
maupun obat-obatan terlarang (substant abuse).
Secara medis juga memperlihatkan dampak kesepian terhadap kesehatan. John Cacioppo dari University of Chicago meneliti dampak kesepian ini dan secara mengejutkan menemukan bahwa:
ü Orang
yang kesepian dilaporkan mempunyai tingkat stress yang lebih tinggi, bahkan di
saat rileks dibandingkan dengan orang-orang yang tidak kesepian.
ü Kesepian
meningkatkan sirkulasi hormon stress dan meningkatkan tekanan darah.
Pengaruhnya kepada sistem sirkulasi jantung yang bekerja lebih keras dan
menghadapi potensi kerusakan akibat tekanan yang tidak stabil.
ü Kesepian
mengganggu kualitas dan efektivitas tidur sehingga menghambat proses restorasi
fisik maupun psikologis yang diperlukan tubuh. Orang-orang yang mengalami
kesepian lebih sering terbangun malam hari dan tidur lebih sedikit dibandingkan
mereka yang tidak kesepian.[5]
Upaya yang dilakukan konselor dan konsele dalam mengatasi masalah
Upaya Konselor
·
Kesepian
(Loneliness) masalah serius karena
tidak pernah menajadi masalah independen dan dapat menggenjala dalam tingkah
laku (isolation), purn self esteem, purn
acquiring social skills, rendah diri, putus asa, yang sering mendorong yang
bersangkutan melakukan hal-hal yang merugikan lebih lanjut, antara lain :
“keinginan bunuh diri, kecanduan alkohol, dan adiktif lainnya. Mencari
pekerjaan baru, suasana baru, kegiatan-kegitan yang menyenangkan biasanya tidak
menyelesaikana masalah yang sesungguhnya. Konselor harus menolong konsele agar
menyadari dan mengakui bahwa ia kesepian (loneliness).
Seringkali konsele tidak berani, mengakui bahwa persoalannya adalah kesepian (loneliness). Karena pengakuan dan
kesadaran itu akan menyakitkan.
Biasanya konsele merasa cukup dengan
menceritakan gejala kesusahannya (antara lain : dikhianati, ditinggalkan,
diperlakukan tidak adil dan lain-lain. Tolonglah
agar ia menyadari dan mengakui bahwa ia kesepian (loneliness). Dan sebagian
besar disebabkan paktor yang memang dimilikinya, sebelum stress kehidupannya
muncul (Predisposing-paktor pada masa
lalunya). Dalam hal seperti itu perlu dibandingkan dalam diri konsele sikap
posesif terhadap masa lampaunya. Agar yang bersangkutan melihat masa lalunya
sekarang ini dengan kacamata seorang yang matang. Kondisi yang ada sekarang
tidak sama dengan kondisi yang ada dimasa lalu. Mengakui ‘Kespian
(loneliness), berarti melihat bahwa penyebab dari persoalannya sekarang ini
adalah kesepiannya.
·
Menggali
penyebab adalah tugas yang harus dilakukan konsele (dengan pertolongan
konselor) dan sesudah menggali penyebabnya, ia juga didorong untuk mengatasi
kelemahan tersebut.
·
Menerima
realita yang memang tidak dapat diubah, antara lain : Kesunyian akibat kematian
orang yang dikasihi, kecacatan dan lain-lain. Herry Pathof, menyebutkan tiga
cara mengatasi kesepian (loneliness)
yaitu :
ü Latihan untuk mengembangkan selera kehidupan
ü Latihan untuk memelihara dan mengembangkan
hubungan dengan sesamanya.
ü Latihan untuk melihat dimensi kehidupan
secara lebih luas. Dan hal ini sangat tergantung pada komunikasinya dengan
Allah.
·
Mengubah
apa yang dapat diubah. Mengembangkan selft
esteem (kepercayaan dan pengharapan diri sendiri). Albert Ellis berpendapat
bahwa banyak orang terjerat dalam bermacam-macam kelemahan dan tingkah laku
yang merugikan. Disebabkan mereka mengembangkan pikiran yang tidak normal (insane) dan mengatakan pada dirinya
bahwa dia adalah orang yang imferior. Membuat ia ‘purn selft-esteem’ dan terus menerus kesepian. Menolong konsele
untuk berani memikul resiko. Doronglah ia agar berani.
·
Mempelajari
skill baru.
Mempelajari skill baru antara lain :
ü Skill komunikasi yang baru dan wajar
ü Bagaimana menjadi teman bicara
ü Etiket pergaulan dan lain-lain.
·
Mengingatkan
dan memperkenalkan konsele akan sumber penghiburan, pengharapan dan seumber
kekuatan manusia, yaitu Allah didalam Tuhan Yesus Kristus.
ü Pendekatan denga Tuhan membebaskan manusia
dari ketakutan dan kesepian(loneliness)
bahkan keputusaasaan ( 1 Tim. 17; Mat. 11:28-30; 1 Kor. 13:17 dan lain-lain).
ü Hidup dari orang-orang yang percaya tidak
tergantung pada realita, talenta dan kekuatan pribadi. Karena bagi orang
percaya, Allah memberikan Roh Kudus yang menyertai, menguatkan , bahkan menuntun
kedalam kebenaran Allah ( Yoh. 14:25-27; 16:13 dst; 1 Kor. 2:9-16; dan
lain-lain).
ü Realita ini menyebabkan orang percaya dapat
mengubah kesepian (loneliness) menjadi
‘solitude’ kesendirian yang justru
positif.[6]
Upaya
Konsele
ü Menyibukkan
diri.
Salah satu cara termudah
untuk mengurangi kesepian adalah dengan menyibukkan diri. Merawat orang lain,
entah itu dengan mengasuh anak atau keponakan, memelihara binatang, atau
mengajar, akan membuat konsele sibuk. Sehingga bisa meringankan rasa sepi.
Konsele juga bisa menawarkan diri sebagai relawan di lingkungan tempat ibadah,
sekolah khusus, rumah singgah, yayasan, dan lain sebagainya.
ü Terlibat
dengan komunitas.
Buat suatu tujuan, karena memiliki tujuan dan
perasaan bahwa konsele terlibat dalam suatu komunitas tertentu akan membuat
konsele tidak sendiri. Cari tahu aktivitas yang akan melibatkan dalam
komunitas. Bacalah surat kabar dan majalah sesering mungkin, untuk mencari
konser musik, pameran budaya, dan seminar-seminar yang menarik untuk dihadiri.
Ada banyak cara untuk terlibat dengan komunitas tertentu, yang memungkinkan
konsele mendapat teman-teman baru.
ü Bekerja
lebih keras sehingga mudah tertidur.
Salah
satu indikator paling umum dari rasa kesepian adalah gangguan dalam tidur.
Konsele butuh waktu lebih lama untuk tidur, berulang kali terbangun, dan merasa
mengantuk sepanjang hari. Kurang tidur, dengan sebab apapun, bisa menurunkan
mood, membuat konele lebih mudah jatuh sakit, dan menghabiskan energi.
ü Kenali
apa yang hilang dalam hidup.
Menurut pengalaman White, membuat banyak
rencana dengan teman-temannya ternyata tidak mengurangi rasa kesepiannya. “Yang
saya inginkan adalah kehadiran yang tenang dari orang lain," katanya. Ia
mendambakan memiliki seseorang yang menemaninya beraktivitas di rumah. Semakin
konsele memahami apa yang tidak konele miliki, semakin besar jalan keluar yang
bisa konsele temukan.
ü Buat
komitmen untuk berinteraksi dengan orang lain.
Emosi yang negatif seperti kesepian, iri
hati, dan rasa bersalah, memainkan peran penting dalam mendapatkan kehidupan
yang bahagia. Emosi-emosi tersebut merupakan tanda yang penting bahwa sesuatu
harus segera diubah. Sakitnya rasa sepi seharusnya mendesak konsele untuk
segera berhubungan dengan orang lain. [7]
Hasil
Akhir Dan Refleksi
Kesepian bukanlah masalah baru. Kesepian sudah ada sejak lama.
Pemazmur dalam Mazmur 102:2-8 pun pernah mengalaminya, "TUHAN,
dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu.
Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak.
Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab
aku! Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti
perapian. Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan
rotiku. Oleh sebab keluhanku yang nyaring, aku tinggal tulang-belulang. Aku
sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah menjadi seperti burung
ponggok pada reruntuhan. Aku tak bisa tidur dan sudah menjadi seperti burung
terpencil di atas sotoh."
Dalam dunia yang sudah
mengalami ledakan populasi ini, kelihatannya aneh jika kesepian merupakan salah
satu masalah terbesar. Saat ini, kesepian memang menjadi masalah serius, yang
mau tidak mau harus diperhatikan.
[1]
http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=650
[2] Pastoral
Konseling. Pdt. Dr. E. P. Gintings. Hal 124-15
[3] Pastoral
Konseling. Pdt. Dr. E. P. Gintings. Halaman
126-127
[4]
Konseling Pastoral. Pdt.
Dr. E. P. Gintings. Hal 127-128
[6]
Konseling Pastoral. Pdt.
Dr. E. P. Gintings. Hal 129-130