MAKALAH
TUGAS MATA KULIAH
TEOLOGI FEMINIS
Judul
“Peranan perempuan di Gereja Kalimantan
Evangelis”
Penulis : Obet Nego
NIM : 11.16.23
Dosen
Pengampu : Pdt., Dr. May Linda Sari
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
BANJARMASIN-KALSEL
NOV 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak dapat dibayangkan bila hidup
manusia didunia tanpa adanya kehadiran perempuan. Apa jadinya bila di dunia ini
tidak ada ada perempuan? Pasti akan sulit sekali dan dapat kita tebak hasilnya.
Yakni manusia akan punah sejak awal mula. Pentingnya peran perempuan yang sama
seperti halnya juga laki-laki. Dengan kelebihan dan keurangan yang dimiliki
perempuan, para perempuan berusaha menujukan jati diri mereka yang sebenarnya,
terkhusus pada zaman post modern.
Namun disayang banyak sekali dan
meragukan keberadaan tentang kemampuan perempuan. Keraguan itu muncul sejak
awal-mula dan mungkin saja sekarang ini. Dapat terlihat jelas dan tergambar
jelas ketika kita melihat di dalam teks-teks Alkitab terkhusus dalam Perjanjian
Lama. Dalam Perjanjian lama jelas bahwa sistem yang di anut ialah patriakal.
Dimana wanita di anggap kaum atau ciptaan nomer 2. Namun beranjak dari sejarah
perempuan itu mulai aktif berperan dalam kehidupan manusia
Dalam makalah ini kita akan melihat
kenyataan perempuan yang terjun aktif dalam pelayanan gereja. secara khusus
disini pendeta perempuan yang turuit ambil bagian dalam dunia pelayanan. peran
mereka sagatlah penting bagi GKE. Semoga makalah ini bermanfaaat.
BAB II
ISI
1.
Latar
belakang
Melihat sejarah tentang keberadaan
perempuan dan perannya sangatlah menyedihkan. Perempuan menjadi korban dari
penindasan yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Harkat dan martabat perempuan
sering kali di rendahkan dan tidak tidak dipandang sama sekali. Penguragan nilai
perempuan dan melihat perempuan sebagai ciptaan nomer dua dari laki-laki. Hal
ini jelas-jelas menimbulkan kecemburuan sosial kareena terjadinya pembatasan
golongan dan gender.
Karena
kita hidup didunia yang umumnya bersifat patriakal selama kira-kira delapan
ribu tahun, maka wanita tidak dianggap memberi arti banyak, kecuali dalam
pengaruhnya terhadap kaum pria. Semua orang bisa berangapan, bahwa mereka
selalu dan dimana-mana tertindas secara menyakitkan, namun itu tidak benar.
Walaupun demikian, memang kebutuhan, harapan, ciri khas dan sikap pria selalu
dipentingkan secara menonjol. Wanita terutama dihargai karena kemampuannya yang
khas untuk memberi keturunan dan dukungan sosial yang memenuhi ambisi pria.[1]
Jika
kita menengok sejarah yang terjadi maka sangat ironis meiihat peranan perempuan
di masyarakat. Status nomer dua menjadi batu sandungan kaum perempuan untuk
berkarya bebas. Gaya patriakal membuat orang kerap kali memandang nomer dua
perempuan. Padahal jika kita melihat perempuan juga memiliki kesempatan bisa
melakukan seperti yang kaum pria lakukan ( pemikiran).
2.
Peranan
perempuan dalam kisah penciptaan
Laki-laki
dan perempuan dalam kisah penciptaan memiliki kesamaan derajat. Laki-laki dan
perempuan diciptakan segambar dan serupa dengan Allah seperti dalam nast Kejadian 1:27. Bahkan dikatakan
dalam Alkitab juga bahwa perempuan diciptakan untuk menjadi penolong yang
sepadan ( Kej 2:21-23). Perempuan di ciptakan menjadi mitra dan rekan pria
untuk menjalani kehidupan secara bersama. 2 point ini jelas mengambarkan
kedudukan perempuan dan tugasnya sebagaimana mestinya.
Secara deskriptif
dikatakan dalam Kej 1:27 bahwa laki-laki dan perempuan berbeda secara
seksualitas tetapi posisinya setara sebagai sesama ciptaan Allah. Allah
menciptakan manusia (laki-laki dan perempuan) menurut tselem (gambar)
dan demut (rupa) Allah. Kata tselem tidak pernah digunakan
untuk suatu gambaran visual yang konkrit, tetapi murni suatu gambar yang tidak
memiliki isi dan bentuk yang konkrit. Kata tselem merupakan istilah
umum yang menunjuk kepada hubungan, dan menggambarkan sesuatu yang tidak ada.
Kata Tselem sebenarnya menunjuk kepada “tanda‟, yakni suatu tanda yang
menunjuk kepada sesuatu atau seseorang yang tidak hadir. Ini berarti, menurut
Kej. 1:26-27, manusia yang ditempatkan di dunia adalah “tanda‟ yang menunjuk
kepada kehadiran Allah. Jadi manusia menjadi tanda kehadiran Allah yang
diberikan mandat sebagai wakil Allah untuk memerintah di dalam dunia[2]
Kesamaan
identitas antara laki-laki dan perempuan sangat terlihat dalam gambar Allah
menciptakan manusia. Kesamaan rupa dan tanda yang Allah berikan kepada manusia
tanpa membedakannya antara perempuan dan laki-laki secara pemikiran, walaupun
ada kesamaan fisik dan memang jelas perbedaan fisik yang mencirikan keduanya.
Manusia
yaitu laki-laki dan perempuan
diciptakan menurut gambar Allah menunjukkan
bahwa posisi mereka setara tanpa hierarki. Diciptakan menurut gambar Allah adalah
suatu martabat dari laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan tugas yang sama
dari Allah (Kej 1:26 ;28-29). Sehingga laki-laki tidak akan berada diatas
perempuan ataupun sebaliknya.[3]
3.
Peranan
Perempuan dan perkembangannya hingga zaman post modern.
Hampir
segalanya telah berubah semenjak masa itu. emansipasi wanita melanda bagai air
bah. Masing-masing ge;lombangmembawa kemajuan baru (maupun persoalan) yang
timbul antara gelombang itu. wanita pejuang emansipasi yang gigih, muda dan
modern menunjukan kecendrungan demikian. Ada bukti kuat bahwa hal itu, sampai
batas tertentu, sudah merupakan instink wanita. Dalam system patriakat wanita
dididik untuk memperkuat instink demikian sekaligus mencegah munculnya sikap
ingin bebas memutuskan sendiri.[4]
Sulitnya melenyapkan pemikiran-pemikiran
patriaki yang terjadi di masyarakat sejak zaman dahulu hingga sekarang ini.
Namun tidak semua wanita menyerah dengan problema itu. seberkas gabungan
menguntungkan antara intuisi, kelicinan, dan temperamen memungkinkan banyak
wanita untuk maju terus dengan sukses besar, tetap mempertahankan keseimbagan
melewati segala penghalang. Namum bolehlah kita menyimpulkan, bahwa kedua segi
khusus pada identitas wanita. Yang pertama adalah perhatian asasi yang
dimilikinya terhadap hubungan antar manusia. Yang kedua ialah kecendrungan
untuk mengikuti nilai-nilai umum yang berkiblat pada pria, sehingga menyulitkan
melakukan penilaian terhadap kebutuhan dan kekuatannya sendiri. Bahakan yang
terkuat diantara kita pun, secara sadar atau tidak, masih saja menginjakan satu
kai dalam system patriakal.[5]
.
Walaupun dengan keterbatasan yang dimiliki
kaum perempuan dalam semangat perjuangan meraih kesamaan gender. Mereka lambat
laun dalam perkembangan zaman membuktikan kemampuan perempuan bahwa perempuan
mampu bersaing dengan pria. Banyak posisi penting yang diduduki perempuan sebagai
bukti bahwa perempuan memiliki kesamaan kemampuan bukan hanya masalah
meneruskan keturunan namun juga berjuang untuk mempertahankan kehidupan.
Perjuangan itu terus berlanjut hingga zaman post modern ini.
4.
Peran
perempuan dan Gereja Kalimantan Evangelis
Peran perempuan
dalam Gereja Kalimantan Evangelis sangatlah penting. Dilihat secara menyeluruh
keaktifan anggota jemaat perempuan sangatlah dominan dibandingkan anggota
jemaat laki-laki. Berdasarkan gambaran umum melihat kondisi yang terjadi maka
pentingnya peranan perempuan dalam pelayanan di Gereja Kalimantan Evangelis.
Oleh karena itulah penyadaran akan pentinganya peranan perempuan dalam gereja.
Contoh lain peranan
penting perempuan dapat dilihat dari konsisten dan komitmen yang kuat dalam
mengambil, menjalankan jabatan pengurus di dalam gereja bahkan sebagai pendeta
perempuan di GKE. Dengan fakta yang ada jumlah pendeta perempuan lebih banyak dari
pada laki-laki juga dapat menunjukan bahwa prempuan mempunyai kemampuan yang
sama dalam memimpin jemaat pada khususnya.
5.
Sumbangsih
pemikiran Teologi Feminis dalam pengembagan pemikiran teologi di STT
Jika kita
melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini pada dunia pelayanan terkhusus di
GKE. Banyak peranan kaum perempuan yang menunjukan existensinya dan
kemampuannya berjemaat dan berorganisasi gereja. Sebagai Sekolah Tinggi Teologi
Gereja Kalimantan Evangelis Banjarmasin yang sebagai sumber pendidik berbasis
teologi secara khusus. Hendaknya STT GKE Banjarmasin membuat program yang
menyangkut pembinaan warga gereja GKE terkhusus anggota perempuan, dimana
meilhat kenyataan fakta yang terjadi dilapangan bahwa banyaknya peran perempuan
dalam dunia pelayanan. Perlu adanya pembinaan apalagi pemberian pendidikan
tentang isu-isu yang menyangkut teologi feminis. STT GKE harus memberi ruang
untuk member pengajaran akan hal-hal yang menyangkut perempuan maupun yang
berbau teologi feminis.
Diharapkan
dengan adanya pendidikan yang di berikan oleh STT GKE kepada kaum perempuan
secara Khusus akan memberikan pemahaman. Kepada semua pihak tentang keberadaan
perempuan seharusnya melalui pendidikan teologi feminis dan isu-isu yang
menyangkut masalah perempuan. Bisa dilaukuan semacram seminar atau diskusi
panel tentang pendidikan teolgi feminis bagi jemaat. Jika dalam STT GKE sendiri
hendaknya menambah waktu study tentang teologi feminis
BAB III
PENUTUP
Laki-laki dan perempuan pada
dasarnya berbeda secara fisik. namun fisik bukanlah hal utama yang membuat
alasan bahwa perempuan itu harus di nomer duakan. Namun jika kita melihat
secara objektif ada kesamaan yakni secara pemikiran tiap laki-laki dan
perempuan. Keduanya memiliki kemungkinan untuk melakukan tindakan dan pemikiran
yang sama dan tidak bisa dibatasi oleh karena fisik saja.
Kita harus melihat kesamaat tugas
dan kesamaan ciptaan. Perempuan diciptakan untuk menjadi mitra kerja laki-laki.
Bukan untuk di nomer duakan derajatnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua.
[1]
Barnhouse, Ruth Tiffany, IDENTITAS WANITA
( bagaimana mengenal dan membentuk citra diri), Yogyakarta, Penerbit
Kanisius, 1988, Hal 29-30.
[2]
Ellen van Volde, Stories of the Beginning, Genesis 1-11 and
Other Creation Stories (London: SCM Press,1996) h. 24-25, 27,28
[4]
Barnhouse, Ruth Tiffany, IDENTITAS WANITA
( bagaimana mengenal dan membentuk citra diri), Yogyakarta, Penerbit
Kanisius, hal 39
[5]
Ibid.hal 46